Bab 78: aku ngompol?

146 4 0
                                    

Pov Zira

Semilir angin malam yang dingin menerpa wajahku. Cahaya bintang yang bersinar menyinari malam yang gelap. Diriku terus menatap purnama yang terlihat sangat indah malam ini, entah sejak kapan diriku memerhatikan bulan tapi sungguh aku tak ingat sudah berapa lama aku terus duduk menatap ke arah bulan.

"Sayang, kamu masih duduk disini?" Tanya suamiku yang datang menghampiri diriku.

Assegaf Zizan Fauzi itulah nama lengkapnya, entah mimpi apa diriku ini aku masih tak percaya bisa menikah dengan pria tampan dan alim seperti Gus Zizan. Ah mengingat nam Gus Zizan aku jadi ingat masa masaku saat masih menjadi santri disini. Aku masih jelas bagaimana dulu aku menyebut suamiku sebagai Gus dingin, aku juga ingat bagaimana aku membuat pusing Gus Falqri.

Mengingat soal Gus Falqri aku jadi teringat kejadian beberapa bulan lalu saat aku yang meminta Nurul untuk membuatkan diriku nasi goreng yang ku tambahkan beberapa toping aneh namun dimakan oleh Falqri. Sungguh wajah Falqri yang frustasi saat itu benar benar membuat diriku ingin tertawa.

"Sayang, kenapa? Kok senyum senyum sendiri?" Tanya Zizan padaku yang membuat diriku segera menatap manik mata kecoklatan milik Zizan.

"Hei sayang? Hubby tanya nih, kok gak di jawab?"

"Maaf hubby, aku cuma ingat hal hal lucu yang terjadi beberapa bulan lalu hehek, juga... Hubby keliatan tampan banget." Pujiku pada suamiku.

"Loh kan emang hubby ini tampan."  Ucap suamiku dengan pedenya sementara diriku hanya terkekeh mendengar nya, meskipun yang ia katakan benar hubby ku emang tampan.

"Hubby, aku senang banget! Kita hidup bahagia seperti ini tanpa ada masalah, beberapa bulan ini kita semua bisa bahagia semua memori kita itu sangat indah." ucapku seraya bersandar di bahunya.

"Benarkah? Emang apa saja yang kamu ingat dalam beberapa bulan ini hm?" Tanyanya membuat diriku mendelik dikira aku udah tua apa sampe bisa lupa memori kenangan indah selama beberapa bulan ini apa.

"Kalo aku bisa kasih tau semua kenangan indah itu apa hadiahnya?" ucapku mengerjai suamiku.

"Hum.. Hubby bakal kasih hadiah yang sangat indah untuk kamu sayang." ucap suamiku membuat jiwa jiwa kepo ku meronta ronta.

"Humm yang aku ingat, saat aku buat nasi goreng aneh yang dimakan sama Gus Fakir Miskin.. Hehek," Mengingat nya lagi membuat aku ingin ketawa terus.

"Lalu saat kita rayain ulang tahun umi, main kembang api saat tahun baru, main di pasar malam, mancing ikan disungai dan minggu lalu ketika kita buat kejutan untuk Gus Fakir Miskin itu aja." Lanjutku mengingat semua memori yang selama enam bulan ini kami lalui bersama.

"Masa? Itu kenangan indah? Lalu bagaimana dengan kamu yang ngidam makan mangga diatas pohon sampe bikin panik semua orang? Ngajak Rahmi nyari ibu ibu yang lagi ngerumpi? Bahkan kamu pernah ngerjain santri yang mau bolos kelas?" ucap suamiku dengan kekehan diakhirnya. Jika diingat ingat itu memang kenangan tapi bukanya indah malah jadi aib.

Gimana gak jadi aib? Orang waktu aku manjat pohon aja aku gak bisa turun gak tau kenapa? Padahal aku ini ahlinya manjat, lalu ketika ngajak Rahmi nyari ibu ibu bukanya dapat ibu ibu gosip malah ketemu orang gila yang telanjang. Kalo diingat bikin aku mau muntah dan untuk Santri yang mau bolos itu salahnya sendiri kan mau bolos harusnya dia belajar baik baik bukan bolos kayak aku, padahal dulu aku rajin banget hehek.

( author: rajin darimana coba?:) ).

"Ish hubby kok diingatkan lagi sih! Huh." Kesalku pada suamiku.

"Maaf maaf, yasudah ini hubby kasih liat hadiahnya." ucapnya yang membuat diriku reflek menatap kearahnya. Dia terlihat mengeluarkan sebuah kertas, gak mungkin itu surat cerai kan? Ih gak lucu kalo itu benar huhu.

Santri Kesayangan Gus Zizan ( The End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang