(Q)uality time

502 71 8
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Hari Senin adalah hari dimana semua orang sibuk dengan urusannya masing masing, bisa dibilang hari yang padat dan melelahkan.

Sama seperti Gugun, pukul delapan malam ia baru selesai mengerjakan pekerjaan kantornya. Padahal ia masuk kantor pukul tujuh pagi, dan normalnya ia hanya bekerja 8 jam. Jadi seharusnya ia sudah dapat pulang pada pukul tiga sore.

Gugun hanya bisa menghela nafas berat, untuk melepaskan semua beban yang ia tanggung selama seharian. Moodnya benar benar buruk, pikirannya kacau dan tubuhnya lelah.

Ia mengambil tas miliknya, dan gadgetnya yang tepat berada disamping komputernya, namun benar benar tidak sempat ia sentuh. Hari ini benar benar hectic.

Ia berjalan dengan lunglai kearah lift tak lupa matanya yang sayu.

Sesampainya dilantai dasar, ia langsung membuka pintu kantor, namun ada suara familiar yang memanggilnya.

"GUGUN"

Saat Gugun menoleh ada yawi, sang kekasihnya dengan senyuman penuh semangat dan tangan yang dilambaikan.

Senyum Gugun mengembang, ia langsung berlari ke arah yawi dan memeluknya dengan erat. Ini adalah penghilang lelah terampuh bagi Gugun.

Elusan lembut di rambut benar benar membuatnya nyaman. Ia seperti recharge energy, seketika pikirannya yang kacau dan rasa lelah itu sirna.

"Hows ur day?"

Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sederhana namun itu adalah pertanyaan yang selalu Gugun tunggu, pertanyaan yang selalu Gugun harapkan terlontar dari mulut manis yawi.

"Bad"ucap Gugun dengan bibir yang melengkung kebawah.

"Why? Cerita dong kenapa bad day, sayang"ucap yawi dengan halus.

Gugun berceloteh tentang hari yang melelahkan ini, mulai dari sang atasan yang ribet entah kenapa alasannya, pekerjaannya yang menumpuk sehingga ia harus lebih lama dari jam normalnya.

Sedangkan Yawi hanya tersenyum hangat sambil mendengarkan cerita yang Gugun lontarkan, namun sepertinya wajah Gugun lebih menarik dari yang ia ceritakan.

"Yaudah, it's ok, mungkin tuhan merencanakan hari yang baik untuk esok hari"ucap yawi sambil menatap tulus Gugun.

"Kita makan bakso di depan mau?"tanya yawi yang dibalas anggukan semangat dari Gugun.

Yawi pun langsung menggandeng tangan mungil Gugun yang mungkin hanya seukuran ketiga jadinya.

Mereka menyusuri jalan jakarta dimalam hari dengan lampu jalanan yang menerangi mereka.

Gugun tersenyum senang sepanjang perjalanan, menikmati bakso hangat dan pedas memang pelarian terbaik disaat hari buruk datang. Walaupun Gugun tidak yakin ia dibolehkan untuk memakan bakso pedas yang dapat membakar mulutnya namun memberikan sensasi nikmat tersendiri.

Angin yang berhembus benar benar menusuk kulit, untung saja ia diberikan jaket milik Yawi, walaupun ini benar benar kebesaran saat ia gunakan, ia seperti tenggelam dengan jaket yang ia kenakan. Bahkan tangan mungilnya tak terlihat sama sekali.

Mereka berdua terlalu tenggelam di dalam topik yang mereka buat hingga mereka tak sadar bahwa sudah sampai tepat didepan gerobak bakso langganan mereka.

Setelah memesan, mereka duduk disalah satu bangku yang tersedia, Gugun mulai memperhatikan keadaan sekitar, jalanan Jakarta yang selalu ramai, pohon pohon yang berada dipinggir jalan bergerak seperti menari nari dikarenakan angin yang terus berhembus. Hingga Gugun melihat langit yang mulai memerah yang menandakan bahwa hujan akan segera turun.

"Mendung tau, kakak"ucap Gugun

"Gapapa sayang, kakak bawa payung"jawab yawi lalu mengeluarkan payung dari tas kerja miliknya.

Tak berselang lama bakso mereka sudah siap dan sudah tersaji tepat dihadapan mereka.

Baru saja Gugun ingin mengambil sendok sambel yang tersedia dimeja, tangannya langsung ditahan oleh yawi, dan gelengan dan tatapan tajam dari mata yawi.

Gugun tak bisa berbuat apa apa hanya bisa tertunduk lesu dan memajukan bibirnya. Dengan terpaksa ia menikmati baksonya tanpa rasa pedas.

Baru saja Gugun menyuapkan sesendok bakso kedalam mulutnya, terdengar rintik hujan dan beberapa tetes air yang terjatuh dari langit. Untung saja mereka aman, dikarenakan bagian atas ditutupi oleh sebuah spanduk.

"Kakak nginep di apartemen aku yaa"ucap Gugun dengan wajah melasnya

"Iya sayang"jawab yawi sambil menahan gemasnya, padahal tanpa menunjukkan wajah melasnya yawi akan tetap menyetujui ajakan Gugun.

Setelah selesai makan. Yawi membuka payungnya dan merangkul pinggang Gugun agar tidak terkena air hujan, yawi terlalu mempedulikan Gugun sampai sampai ia tidak sadar bahwa bagian pundak kanannya sudah basah karena ia memposisikan payung kearah Gugun tanpa mempedulikan dirinya.

Namun yawi tidak peduli yang terpenting adalah senyuman Gugun yang tak luntur dikarenakan ia benar benar menikmati hujan yang mulai membasahi semesta.

"aku menyukai mu seperti halnya aku menyukai rintikan hujan yang selalu datang membawa ketenangan"

End

Pendek dulu sorryy, jangan lupa vote and comment ya 🫶🏻

𝐀𝐋𝐏𝐇𝐀𝐁𝐄𝐓 | YAWI X GUGUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang