Bab 1 : Joan Family.

183 23 2
                                    

Pagi itu beneran sibuk dan repot sekali, Tian benar-benar hampir kawalahan tapi dia tetap berusaha untuk bisa melewatinya.

" Ti, ada kau tengok berkas map warna hijau di meja kerja? " teriak Joan dari dalam kamar.

Belum sempat Tian menjawab perkataan Joan, tiba-tiba anak keduanya bertanya akan kaos kakinya yang hilang.

" Mamaaaa kaos kaki aku hilanggg!!! " teriaknya Haka, anak ketiga dari Joan dan Tian.

Sementara Aru buru-buru turun dan berlarian untuk membantu mamanya sejenak, dia biasanya akan nyapu rumah atau bantu siapin bekal karena dia paham kalau tangan mama nya itu cuman dua.

" Makasih udah bantuin ya " kata Tian yang senang atas itu.

" Sama sama ma, jugaan aku mau nanya mama ada nemu buku sains aku gak di meja belajar ku? " tanya Aru yang buat Tian pusing jadinya.

Akhirnya Tian mencuci tangannya dan berjalan ke kamar Aru sambil mencari bukunya, tak lama Tian menemukannya yang tertutup di bawah selimut.

" Terus ini apa? makanan? " tanya Tian yang memberikannya.

" Ma, jangan marah dong " jawab Aru yang merasa ga enak.

" Ah iya-iya, mandi sana nanti telat ke sekolahnya " ucap Tian pada akhirnya.

Tian turun ke bawah dan ngelihat Joan yang belum mendapatkan apa yang di carinya, Tian bantu mencari itu akhirnya rupanya ada di laci kerja mejanya.

" Lain kali carinya pelan-pelan mas " jelas Tian yang membuat Joan menganggukkan kepalanya.

" Iya sayang, ayo sekalian sarapan kita " balas Joan yang berakhir mereka berdua keluar.

Sementara Haka sendiri sudah berada di meja makan sambil sibuk mengikat tali sepatunya, sungguh Haka sendiri memang kesulitan mengikat tali sepatu.

" Cih, masih pagi sudah romantis saja " sewot Haka yang merasa tak senang.

" Suka suka bapak, kenapa emangnya? protes pulak " sahut Joan yang menentang atas itu.

" Ihhh! jangan berantem dong masih pagi ini " ujar Tian yang segera memberhentikan mereka dengan cepat.

" Iya-iya maaf/iya-iya maaf " kata mereka berdua secara bersamaan.

Setelahnya mereka semua sarapan, Dipta juga ikut sarapan meskipun dia hanya di rumah kali ini karena dia sendiri tengah sakit.

" Badan kamu udah enakan? " tanya Tian ke Dipta.

" Sedikit nya, tapi nanti sembuhnya itu " jawab Dipta yang persis seperti bapaknya sendiri.

Jadi Dipta itu mengikuti bapaknya sementara Aru mengikuti mamaknya, kalau Haka itu dia kayak 50:50 dari orang tuanya.

Akhirnya semua berangkat kerja sementara Dipta jaga rumah sambil ngerjain beberapa tugas yang bisa dia kerjakan.

Sejujurnya kepala Dipta ini pusing dan merasa sangat kedinginan padahal dia sudah memakai baju tebal, akhirnya dia menyudahi perkerjaannya yang belum selesai dan langsung ke tempat tidur.

Dia menutup jendela rumah dan saat itu tengah terik mata hari, dia hanya memutar musik lalu tidur dengan sedikit grasak-grusuknya itu.

Siang pun tiba, Tian pulang lebih awal dibanding jam biasanya ke rumah, karena dia sedikit khawatir akan kondisi Dipta itu.

Dia masuk ke kamar Dipta dan melihat bahwa orangnya sendiri masih tidur, Tian hanya tersenyum dan mendekatinya secara pelan-pelan.

" Bang? bangun yuk? udah siang loh, ga lapar? " tanya Tian yang duduk di dekatnya.

Hal ini membuat Dipta langsung bangun dan duduk, badannya terasa sedikit lebih enak dibanding sebelumnya.

" Mak, masak bubur ayam ya? aku malas kali makan yang berat " ujar Dipta yang mendapat anggukan dari sang mama.

" Iya mama masakin, abang masih mau apa lagi? " tanya Tian yang membuat Dipta memikirkannya sejenak.

" Sekalian teh lemon hangat, itu aja " ucap Dipta yang membuat Tian pun mengangguk dan keluar dari sana.

Gegara Dipta masih ngantuk, jadilah Dipta lanjutin tidurnya itu dan masalahnya Dipta kalau tidur itu ga ingat waktu sama sekali.

Selesai Tian masak, Tian kembali ke kamar Dipta buat bangunin dia dan akhirnya Dipta bangun lalu memakan bubur dan meminum tehnya itu.

Sedangkan Tian masih lanjut memasak makan siang hingga dia ga sadar kalau tangannya udah lecet kena pisau dari tadi.

Joan, Haka dan Aru pun pulang ke rumah dan masuk ke kamar untuk mengganti baju mereka, tak lama Joan keluar dan menghampiri Tian di dapur.

" Kenapa? " tanya Tian yang singkat.

" Singkat kali, kau yang kenapa? " tanya Joan balik kepadanya.

" Aku mau nanti belanja ya? kita berdua aja tapi " bisik Tian yang membuat Joan tertawa sambil mengangguk.

" Hahah boleh-boleh " balas Joan yang akhirnya membantunya.

Haka sendiri turun dan duduk di dekat Dipta dan dia ingin sekali memakan bubur itu.

" Mama! bubur punya bang Dipta masih ada ga? " tanya Haka yang membuat Joan heran.

" Kalau kau mau, ambil sendiri " kata Joan dengan acuh tak acuhnya.

Haka hanya mendecih dan berjalan mengambil bubur itu, untungnya buburnya masih panas dan Tian hanya tertawa.

Akhirnya makan siang pun jadi yaitu ayam goreng sambal ijo dan sayur asam, mereka semua makan sambil tertawa bersama.

Selesai makan Joan pun membantu Tian dalam mencuci piring sementara Aru dan Haka membersihkan meja makan dan menyusun piringnya.

Joan sadar dengan tangan Tian yang lecet itu, dia hanya menggeleng dan selesai cuci piring Joan menyuruh Tian ke kamar.

" Kenapa mas? " tanya Tian yang masuk ke dalam kamar.

" Duduk sini " jawab Joan yang membuat Tian duduk di sebelahnya.

" Kenapa? " tanya Tian lagi yang masih bingung.

Joan meraih kedua tangan Tian dan memperhatikannya secara seksama, dia pun mengeluarkan alkohol, perban, plaster dan lainnya.

Joan membersihkan luka Tian dan Tian hanya bisa mendesis kesakitan karena di paling tak suka di obati, luka Tian ini cukup banyak rupanya.

Bukan hanya terkena pisau tapi terkena alat masak di cafe dan dapur, lalu tangannya juga merah karena menggunakan krim yang tak cocok di tangannya itu.

" Tangan mu ini merah, kenapa bisa gini? " tanya Joan yang membuat Tian menjadi sedikit sedih.

" Anu.. aku kemarin beli krim tangan biar lembab terus, tapi krim tangannya ga cocok di tangan ku makanya jadi merah " jelas Tian yang menunduk sambil mengusap tangannya itu.

Joan kembali menarik tangannya Tian dan memplester dan memperban beberapa lukanya, setelahnya Joan meletakkan barang-barang tadi di laci kerja.

" Lain kali hati-hati, mau ngapain kek kau pelan-pelan aja biar ga luka jugaan kalau mau beli krim ginian pake testernya dulu aja ya " jelas Joan pelan ke Tian yang membuat Tian hanya bisa mengangguk dan memainkan tangannya.

Joan mengelus kepalanya dan sedikit tersenyum, Tian sendiri jadi sedih dan malah nangis sementara Joan kaget tapi dia mendiamkannya.

" Udah ga usah nangis, lain kali diperhatikan " ujar Joan pada akhirnya.

"PASUTRI GAJE SEASON 2!" | Johnten ft kapal lain. | SLOW UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang