Joan waktu itu pulang dari kantor, dia merasa bahwa dia sangat amat kelelahan dan rencananya ingin tidur.
" Mas? kamu kenapa? " tanya Tian yang melihat Joan sedikit pucat.
" Aku pengen tidur aja " jawab Joan dengan singkat.
" Kalau gitu aku antar ya? " tanya Tian yang menawarkan bantuan.
" Ga usah, aku bisa sendiri " ujar Joan yang masuk ke dalam kamar.
Joan meletakkan tas kerjanya dan merasakan bahwa dia tengah pusing hebat saat itu, pengelihatannya tak jelas dan dia berkunang-kunang.
Dia memegang kepalanya dan berharap rasa sakit itu hilang, tapi sialnya dia mendadak terjatuh dan kehilangan kesadaran.
Suara benturan kepalanya ke lantai itu terdengar cukup keras, Tian yang mendengarnya bergegas ke kamar dan melihat Joan yang tak sadarkan diri.
" Mas? mas Joan! bangunn " kata Tian yang menggoyangkan tubuhnya.
Haka yang tengah ada di kamar juga kaget karena mendengar suara benturan itu, dia turun dan memeriksa ke kamar kedua orang taunya.
Dengan cepat Tian dan Haka menidurkan badan Joan di kasur, Haka menyelimutinya dan Tian mencuci tangannya lalu mengusap tangan Joan.
" Mama? bapak kenapa? " tanya Haka yang membuat mama nya menjawab pelan.
" Mungkin papa mu pusing, mama juga gatau kenapa papa bisa pusing " jawab Tian yang menggeleng.
" Coba cari obatnya ma " lanjut Haka kepadanya.
" Mama gatau papa simpan dimana obatnya, cuman papa yang tahu dimana obatnya " sahut Tian yang membuat Haka grasak-grusuk dalam mencari obat itu.
Ternyata itu benar kalau memang cuman Joan yang tahu dimana soal keberadaan obat itu, mereka hanya bisa menunggu Joan sadar.
Tak lama Joan sadar dengan pengelihatan kabur, dia meminta kacamata dan Haka mengambilnya. Dia melihat Tian dengan mata bengkaknya.
" Mas? kepala kamu udah ga sakit lagi? " tanya Tian yang melihat Joan sadar.
" Udah nggak, tadi ga sempat minum obatnya makanya ga sadar " balas Joan yang duduk.
Haka pun segera keluar dari sana untuk mengambil segelas air hangat untuk bapaknya ini.
" Mata mu bengkak, habis nangisnya? " tebak Joan yang mengelus pipi Tian.
" Aku takut mas kenapa-napa " jawab Tian yang memeluknya lalu menangis.
" Nggak, aku ga kenapa-napa " ujar Joan pada akhirnya yang membalas pelukan itu.
Joan mengelus punggung Tian yang masih menangis sesegukan itu karena ketakutannya, sementara Haka tak jadi masuk ke dalam karena mendengar percakapan kedua orang tuanya.
" Huft.. ternyata mama memang setakut itu.. " lirih Haka yang duduk di sofa sambil meletakkan gelas tadi.
Berbeda dengan Tian yang menyudahi tangisnya dan hanya bisa memeluk Joan supaya dia tak sedih lagi, sementara Joan sedikit tertawa gegara itu.
" Peluk aja kalau mau, jangan nangis lagi ya " jelas Joan yang mengelus kepala Tian dengan lembut.
Tian hanya mengangguk tanpa menjawab dan mempeerat pelukannya itu, dia tak ingin melepaskannya karena dia tak mau Joan kemana-mana.
Tiba-tiba Joan merasakan ada suatu hawa yang menghampirinya, hawa ini membuatnya bingung namun dia menjadi tak terkendali setelahnya.
Dia menaikkan wajah Tian hingga selurus dengan wajahnya dan mengecupnya dengan begitu kasar hingga membuat Tian yang tertidur di kasur.
" E-emhh! " seru Tian yang lolos namun itu tak membuat Joan berhenti mengecupnya.
Joan melumatnya dengan kasar dan Tian mengalungkan tangannya di leher Joan, semakin lama mereka berdua semakin terlarut akan kecupan itu.
Joan melepaskannya dan melihat wajah merah Tian serta deru nafas mereka berdua yang begitu cepat karena tadi, Joan menahan kedua tangannya Tian dan mulai menciumnya lagi.
Tian kaget dan dengan cepat Joan memainkan lidahnya dengan lihai, Joan menyatukan tangan Tian ke atas dan menahannya dengan satu tangan.
Tangan Joan masuk ke dalam baju Tian dan mengelus bagian dadanya, dia mencari bagian nipple nya lalu menarik itu secara bergantian.
" Sshhh.. m-mash... " lirih Tian yang tak bisa menahan lenguhannya itu.
Joan membuka paksa baju Tian dan mengecup, menjilat dan mengemut nipplenya itu tanpa ampun, ini membuat Tian meringis.
Dia bergelinjangan karena ulah Joan yang tengah mendapatkan hawa itu. Setelahnya Joan mengatakan sesuatu kepadanya.
" Mas mainin bawahnya ya? mas juga kangen yang satu ini " ucap Joan yang mengelus bagian hole Tian dengan sensual.
Tian membelakkan matanya dan membuat Joan sedikit tersenyum jahat, dia membuka bawahan Tian tanpa ada yang tersisa.
Joan perlahan-lahan melebarkan pahanya Tian dan mengelus paha itu, Tian langsung menggigit jarinya sendiri karena hal itu sangat sensitif baginya.
Joan mengeluarkan miliknya yang sudah tegang sedari tadi dan memasukkan secara paksa ke dalam hole Tian, Tian langsung terbelak dan meringis kesakitan.
Joan menggenjot punya Tian secara pelan dan tiba-tiba menggenjotnya lagi secara brutal dan cepat, hal ini membuat Tian tak bisa menahan desahannya itu.
Joan menutup mulut Tian dengan tangannya dan terus saja merusak hole Tian itu tanpa ampun, hal ini membuat Joan merasa sedikit senang.
Dia terus menghentakkan miliknya tiada henti, semakin di hentak semakin kuat desahan yang tak bisa ditahannya. Sejujurnya Tian ga kuat tapi dia sadar pas lihat wajah Joan kalau wajahnya lagi kelaparan.
Akhirnya mereka berhenti bermain badan yang terjadi selama 8 jam tiada henti itu, hal ini membuat Tian tak kuat dan memang lemas sekali.
Joan juga menjadi baru sadar atas apa yang dia perbuat kepada Tian, bekas cairan dimana-mana, badan yang telanjang, pakaian yang berserakan dan lainnya.
Dia tetap mencoba memahami apa saja yang baru terjadi, namun secara cepat Tian menjadi menidurkan kepalanya di dada Joan dan meletakkan tangan kirinya di bahu kanan Joan.
Joan hanya bisa mencoba menyusun semua apa yang terjadi di dalam pikirannya, Tian pun berkata sesuatu kepadanya.
" Mas? kamu mainnya kasar banget, aku kesakitan tapi aku paham kenapa mas main kasar, maaf kalau aku jarang ngasih mas buat ini " ujar Tian yang membuat Joan meminta maaf kepadanya.
" Nggak Ti, harusnya aku minta maaf karena tiba-tiba buat ini ke kau dan aku yakin kau nanti marah sama ku gegara ga bisa jalan, jadi maafkan aku ya? " tanya Joan yang membuat Tian duduk di pangkuannya.
Tapi sialnya punya Joan itu masih tegang dan malah menancap di hole Tian, Tian kaget dan langsung memeluk Joan dengan erat sambil membisikkan sesuatu.
" Mas? main sekali lagi yuk? " bisik Tian yang membuat Joan sedikit kaget.
" Emangnya masih sanggup yang? " tanya Joan yang takut jika Tian kenapa-napa nantinya.
" Sanggup kok, ayo " ajak Tian pada akhirnya.
Mereka pun memulai permainan itu lagi dan lebih kasar lagi dibanding sebelumnya hingga Joan hampir melakukannya seperti toilet human untuk versi 18 saja kata lainnya sebagai toilet penampung sperma.
KAMU SEDANG MEMBACA
"PASUTRI GAJE SEASON 2!" | Johnten ft kapal lain. | SLOW UP
FanfictionDON'T TAKE ANYTHING FROM HERE IF U DON'T SAY PERMISSION, DILARANG MENGGUNAKAN IDE ATM (AMATI-TIRU-MENJIPLAK) apalagi yang sama persis. (Kalau memang terinspirasi ga masalah, intinya ga ngambil ide cerita apapun dari sini, karena hampir seluruh ide...