Setelahnya Yuda pulang ke rumah, dia bergegas ke kamar mandi dan mencuci kakinya, dia ingin memberitahu sesuatu kepada Kafka namun tak bisa.
Mau dia chat juga Kafka bakalan ga baca chat dia sama sekali termasuk penting sekali pun, jadi ga akan ada gunanya.
Tiba-tiba Yuda mendapatkan pekerjaan dari Niko, dia langsung mengerjakannya supaya tidak menumpuk nantinya, tapi sialnya pekerjaan itu membuat dia pusing lagi gegara tak memahami apapun.
Dia ingin marah tapi dia harus bisa menenangkan dirinya, jika dia marah Kafka akan berpikir bahwa Yuda sangat kesal kepadanya.
Yuda mencoba mengistirahatkan kepalanya, tiba-tiba saja Jemima masuk dan membisikkan sesuatu kepadanya.
" Ayah! ayah kemana ajaa, aku kangen ayah tauuu ayo ngobrol ayahh " bisiknya Jemima yang membuat Yuda segera melihatnya.
" Shuttt! jangan ribut jem nanti buna mu marah, ayo ngobrol di luar aja " ajak Yuda pada akhirnya.
Mereka berdua pun keluar dan duduk di bawah kursi yang terletak di bawah pohon mangga di depan rumahnya.
" Ayah, ayah kenapa diem aja? biasanya ayah bakalan marah kalau kami sabotase waktu ayah " ujar Jemima yang membuat Yuda bingung mau jawab seperti apa.
" Ayah sama buna lagi punya sesuatu yang harus di selsaikan sendirian, maaf kalau ayah ga banyak ngobrol jadinya, ayah pun mau ngobrol sama kau cuman buna mu ga bolehin " balas Yuda yang mengelus kepala Jemima dengan lembut.
Kafka keluar yang ingin menyapu teras, dia melihat Jemima tengah mengobrol dengan Yuda dan hal ini membuat dia emosi.
" JEMIMA! MASUK! " teriak Kafka dengan kuat.
" Sana Jem, masuk dulu ya " kata Yuda yang membuat Jemima hanya bisa berlarian masuk ke dalam.
Kafka menghampirinya dengan wajah penuh emosi, Yuda tak ingin melihat wajah emosi itu karena dia tak suka akan itu.
" Yuda, jangan suruh anak mu buat ngobrol, inget ga sih akan perjanjian kita itu? " jelas Kafka yang tak terima karena janjinya di langgar.
Yuda hanya mengangguk dan akhirnya pergi dari sana, dia masuk ke dalam dan melanjutkan pekerjaannya hingga selesai.
Malam tiba, dia baru selesai makan malam dan menerima pesan bahwa Joan dan Niko mengajaknya minum. Yuda ingin menolak tapi dia udah jarang minum gituan.
Akhirnya Yuda bersiap-siap dan menuliskan sesuatu di kertas, dia melipatnya dan meninggalkan di atas laptopnya.
Yuda pun pergi ke salah satu pub dan minum bersama Joan dan Niko, dia pergi ke toilet kala itu dan selesai buang air kecil, dia mendengar suara tembakan.
Hal ini membuatnya berusaha mencari suara tersebut, Niko dan Joan juga mencoba mencari titik suara itu tapi tak menemukannya.
Yuda berlari kesana-kemari demi menemukan suara itu, dia menemukan seorang lelaki yang menyandera wanita dengan mengancam bahwa sang lelaki akan membunuh wanita itu.
Tapi Yuda mencoba berpikir akan strategi yang bagus, setelah tahu jalannya dia mulai berlari dan tiba-tiba saja lengan kirinya di tembak.
Hal ini membuat Yuda terjatuh dan merasakan sakit yang hebat di tangannya itu, Niko dan Joan mencoba mencari suara tembakan tadi dan menemukan Yuda yang terkapar sambil kesakitan.
" Yu! tahan bentar ya! " seru Niko yang menghampirinya.
Akhirnya Niko dan Joan mencoba melawan sang lelaki itu dan mereka berhasil mengalahkannya dalam sekejap, wanita tadi langsung di suruh tunggu di luar.
Tak lama ambulance datang, rupanya ada beberapa orang yang terluka dan mobil kepolisian juga datang. Mereka membawa sang lelaki tadi.
Sedangkan Niko dan Joan tengah kena marah oleh Tian dan El saat itu karena pergi ke pub, berbeda dengan Yuda yang pergi ke rumah sakit.
Tangannya di obati rupanya peluru itu masih ada di dalam tangannya, dokter yang bertugas kala itu adalah Hanni, Hanni berusah mengeluarkannya dan menjahit lukanya.
" Nah udah ini, eh kau naik apa kesini? " tanya Hanni ke Yuda.
" Bawa motor tadi " jawab Yuda yang membuat Hanni bingung.
" Eh? takutnya nanti kenapa-napa, suruh jemput aja " lanjut Hanni yang khawatir.
" Udah gpp nya, aku pulang dulu " ucap Yuda akhirnya.
Yuda pun pulang dengan membawa motornya secara pelan, dia terpaksa karena tangannya sangat amat sakit untuk digerakkan.
Sesampainya di rumah, dia menutup luka tangannya dengan jaket yang ia kenakan. Baru saja dia masuk ke kamar rupanya Kafka tengah berdiri dengan wajah amarahnya itu.
" YUDA! KAMU TUH DARI MANA SIH? KELUAR GA BILANG, AKU TUH BINGUNG TAHU GAK! KAMU KETEMUAN SAMA CEWEK ITU YA?! " sentaknya Kafka yang membuat Yuda heran.
" Lah? ga kau baca pesan ku ya? " tanya Yuda yang mendengarnya.
" Pesan apa? kamu ga ada ngirim apapun. " jawabnya Kafka dengan ketus.
Yuda mengambil surat yang ia tulis tadinya dan memberikannya ke Kafka, iya Yuda akan selalu kena masalah dengan Kafka kalau dia udah marah-marah.
"Kafka, aku izin keluar aku mau minum sama yang lain cuman Joan dan Niko, ga ada yang lain selain orang itu. Aku ga ketemu cewek yang kemaren, maafin kalau aku udah ajak Jemima ngobrol dan sejujurnya Jemima yang minta buat ngobrol bukan aku, aku ga masalah kau mau maafin atau nggak karena aku paham kalau kau bakalan ungkit tentang hal di hari itu"
Itulah isi pesan surat Yuda yang tertulis di kertas tadi, Yuda hanya bisa menghembukan nafasnya dengan berat untuk kesekian kalinya.
" Aku keluar dulu. " ujarnya dengan nada datar itu.
Belum sempat Kafka menjawab, Yuda sudah pergi terlebih dahulu dan menyalakan motornya, dia pergi ke pantai itu lagi.
Duduk disana sambil meminum soda kaleng yang ia beli di perjalanan, sejenak dia merasakan sakit di tangannya dan rupanya bekas jahitan itu terbuka lagi.
Hal ini membuat darahnya keluar dengan sangat banyak, Yuda mencoba berusaha naik ke motornya tapi tangannya tak bisa, tangannya sudah mati rasa.
Karena kehilangan banyak darah, dia pun terkapar di dekat motornya untungnya ada orang yang menyadari itu dan langsung menelepon ambulance.
Yuda di bawa ke rumah sakit dan langsung masuk ke ruang operasi, Hanni yang masih berjaga menjadi bingung mengapa jahitannya bisa terbuka dengan lebar.
Akhirnya luka itu pun dibersihkan dan Yuda menjadi kekurangan darah, mana stock darah mereka habis. Untungnya golongan darah El dan Yuda sama, yaitu A.
El pun langsung mendonorkan darahnya, setelah pendonoran selesai, Yuta langsung diberikan darah itu dan lukanya di jahit untuk kedua kalinya.
Setelahnya Yuda di antar ke ruang inap, berbeda dengan Hanni yang tengah mencoba menelepon Kafka kala itu.
" Halo kak Han? kenapa nelpon malam-malam? " tanya Kafka yang mengangkat teleponnya.
" Kafka bisa datang sekarang gak? Yuda masuk rumah sakit " jawab Hanni yang membuat Kafka kaget.
" Kak Han! kok bisa? " tanya Kafka yang benar-benar kaget.
" Udah datang aja kesini " balas Hanni pada akhirnya.
Hanni mematikan telepon itu dan melihat kondisi Yuda yang belum sadar dari obat biusnya, dia mengecek air infusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"PASUTRI GAJE SEASON 2!" | Johnten ft kapal lain. | SLOW UP
FanfictionDON'T TAKE ANYTHING FROM HERE IF U DON'T SAY PERMISSION, DILARANG MENGGUNAKAN IDE ATM (AMATI-TIRU-MENJIPLAK) apalagi yang sama persis. (Kalau memang terinspirasi ga masalah, intinya ga ngambil ide cerita apapun dari sini, karena hampir seluruh ide...