.
..
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..T
W
O
B
I
R
D
S
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..
.
..Mereka berdua saling melempar tatapan tajam, salah satu diantara mereka terlihat pucat dengan mata sembab. Orang itu beradu mulut dengan seseorang, mereka berada di rooftop salah satu gedung kampus. Teriakan dan saling menyalahkan terdengar, hari makin sore dan hanya beberapa orang saja yang ada di kampus. Gedung yang mereka pakai pun sudah tidak ada orang lagi pula itu gedung baru dibangun dan belum selesai pengerjaan nya, memudahkan mereka saling bertengkar sekarang.
"Lo tuh gak tau diri ya, bisa-bisanya udah berani sama gue. Inget kalau lo gak gue bantuin sampai sekarang lo bakalan jadi orang miskin."
"Bukannya lebih baik gue miskin, dari pada gue harus ngorbanin banyak orang."
"Lo tuh bego ya, selama hampir 3 tahun ini lo udah hidup enak. Jangan sok suci dengan tiba-tiba ngomongin tentang pengorbanan. Lo tuh udah bukan orang baik, jangan kira gue gak tau apa yang udah lo lakuin selama ini terhadap Selena."
" DIAM.... Lo orang yang nyuruh gue saat itu, jangan nyalahin gue karena semua itu salah lo Ken."
Orang yang dipanggil Ken itu hanya tertawa melihat begitu frustasinya lawan bicaranya itu. Ken mendekat dan menampar lawannya hingga terjatuh. Tak hanya itu saja, Ken menarik rambut lawan bicaranya yang seorang wanita.
"Lo udah gak mau buat nurutin perintah gue, jadi mau gak mau gue harus nyingkirin lo. Hahahahhahaa aduh perut gue sakit ketawa, gila ya kita berdua yang ngelakuin a... Atau perlu gue ingetin lagi kalau lo mau ngelakuin itu hanya karena uang yang gue beri. Jangan sok alim Sani lo gak lebih baik dari pada gue."
Setelah mengatakan hal itu Ken memaksa Sani untuk bangun dan menyeretnya ke pinggir gedung. Sani melawan tentu saja, dia tak ingin mati. Memang benar dia tidak lebih baik dari Ken, namun bukakah ada kesempatan untuk nya menjadi lebih baik lagi.
"Jangan kira gue gak tau apa yang lo pikirin San, gak ada kesempatan bagi lo karena gue akan lenyapin lo sekarang."
"Gak Ken gakk lepasin gue," teriak Sani terus mencoba melawan Ken yang terus menyeretnya ke pinggir gedung. Kekuatan Ken begitu besar hingga Sani kewalahan untuk terus melawan, seperti seekor binatang Ken terus menarik rambutnya dan memukuli dirinya. Sani menangis meratapi nasibnya, andai saja iya seandainya dirinya tidak terpengaruh dengan uang yang diberikan oleh Ken. Sani akan baik-baik saja sekarang, dia tidak perlu merasa bersalah pada Selena. Dia tidak harus merasa takut 3 tahun ini, seandainya saja dia lebih bisa bersyukur.
Sani terus meracau agar Ken berhenti melakukan kekerasan padanya. Namun seakan tuli Ken mendorongnya hingga pinggir gedung. Sedikit saja Sani berharap ada orang yang menolong nya, akan tetapi ternyata dunia begitu tidak adil baginya.
Bruk..
Darah mengalir dibelakang kepalanya, nafasnya sesak, rasa sakit itu mulai menyebar. Darah keluar dari mulutnya, Sani batuk darah penglihatannya mulai buram. Yang bisa terakhir dia lihat adalah sosok Ken yang masih berada diatas gedung, memandangi dirinya jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO BIRDS ¶BTS|
Mystery / ThrillerSelena mengerti akan kewajibannya dalam keluarga besar Airlngga, dia mengerti bahwa apapun dihidupnya telah diatur. Sedari kecil Selena paham bahwa dia tidak akan pernah bisa bebas mengutarakan pendapat nya. Namun ada satu kegiatan yang Selena suka...