[3]

114 11 0
                                    

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Elion yang baru saja keluar dari kamar mandi usai menuntaskan panggilan alam langsung berjalan menuju pintu kamar kontrakannya menemui orang yang datang.

Setelah pintu dibuka Elion melihat ayahnya yang datang dengan membawa sesuatu di 2 kantong dengan yang 1 itu kue pukis. Langsung saja Elion mencium tangan ayahnya dan tersenyum.

"Enilo belum bangun?" tanya ayah Elion.

"Kalau sudah bangun 'kan pasti sekarang ada di sini, Pa. Bukan di kasur," jawab Elion.

"Oh iya ya. Lion, ini Papa bawa bubur buat kita sarapan bareng sama pukis buat cuci mulut."

"Sarapan bareng? Tumben?" Elion terkejut karena biasanya saat ayahnya berkunjung pagi-pagi ke kontrakan hanya membawakan sarapan untuknya dan Enilo, tidak sampai untuk sarapan bersama karena harus segera ke kantor.

"Sudah lama kita gak sarapan bareng. Papa rindu momen itu. Terus juga ada yang mau Papa bicarakan."

"Masuk, Pa."

Ayah Elion-Enilo melepas sepatunya dahulu sebelum masuk, sementara Elion membangunkan saudara kembarnya yang masih begitu nyenyak tidur di kasur untuk sarapan bersama.

"Engghh apaan sih? Ganggu aja?" kesal Enilo yang terbangun dari tidurnya karena bahunya diguncang-guncang oleh Elion.

"Bangun! Kita sarapan sama Papa," ucap Elion lalu pergi mengambil sendok.

"Papa?!" Enilo langsung membuka mata lalu merubah posisinya dan melihat ada ayahnya.

"Pagi. Kalau kamu masih mengantuk tidur aja lagi, gapapa," ucap ayah Enilo-Elion yang memahami apa yang dirasakan anaknya.

"Papa kapan datengnya?" tanya Enilo yang kini sudah dalam posisi duduk sambil membersihkan belek di mata.

"Baru aja Papa dateng. Kamu semalam tidur jam berapa?"

"Abis subuh, Pa."

"Ngapain kamu baru tidur abis subuh?"

"Aku lagi menyelesaikan lagu ciptaanku."

"Kamu benar-benar serius ingin jadi musisi ya?"

"Iya, Pa. Karena jadi musisi itu jalan ninja ku."

"Lu mau jadi musisi apa ninja?" celetuk Elion yang datang dengan membawa 3 sendok.

"Ini kita sarapan apa?" tanya Enilo penasaran dengan isi di dalam kantong.

"Bubur ayam deket rumah," jawab ayah Enilo-Elion sambil membagikan mangkok plastik ke anak-anaknya.

"Loh masih jualan Pak Reza, Pa?" Elion kaget dengan tukang bubur yang biasa jualan deket rumah masih tetap berjualan.

"Masih. Makanya itu kalian pulang."

"Males. Kita masih betah di sini," balas Enilo yang diangguki Enilo.

"Ngomong-ngomong setelah di-DO dari Lentera, kalian bakal pindah sekolah ke mana?" Ayah Enilo-Elion penasaran karena ia tahu masalah yang dihadapi kedua anaknya namun belum mengetahui kelanjutannya terutama akan bersekolah di mana.

"Kita sama teman-teman besok akan sekolah di SMA Mahadaya, Pa," jawab Elion.

"Kenapa tidak hari ini sekolahnya?"

"Hari ini ada lomba band. Kalo band kita menang lumayan hadiah uangnya bisa kita pakai buat beli seragam SMA Mahadaya," jelas Enilo.

"Oh, begitu. Bagus-bagus, semoga menang ya. Oh iya, Nilo, Lion, Papa mau tanya nih. Boleh gak Papa nikah lagi?"

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang