Mengetahui kalau Enilo sudah tiada tangis Elion dan teman-temannya langsung pecah. Mereka semua begitu terkejut, sedih dan terpukul dengan kepergian Enilo yang cepat padahal baru 1 jam yang lalu mereka bertemu dan bercanda bersama di arena biliar ayahnya Larry.
Momen-momen di beberapa hari terakhir saat bersama Enilo berputar di dalam kepala anak-anak Dahlia yang ternyata Enilo sudah memberi isyarat pamit langsung disadari oleh Elion dan kawan-kawan.
Walau sama-sama merasa sedih Larry, Ribko, Nino dan Regi langsung menghampiri dan memeluk Elion untuk menguatkan dan menenangkan sang sahabat. Mereka berlima tahu kalau Elion orang di sini yang paling terpukul dan sedih atas meninggalnya Enilo karena mereka sudah bersama-sama sejak di kandungan.
"Elion?"
Semua yang ada di depan ruang IGD sontak menengok ke seorang pria yang datang memanggil Elion. Ribko yang melihat orang itu terkejut karena tidak disangka olehnya kalau bos ibunya datang.
Tanpa pikir panjang Elion langsung bangkit menghampiri untuk memeluk sang ayah yang sudah mengetahui apa yang terjadi pada Enilo setelah melihat orang-orang tengah bersedih di depan ruang IGD.
Rasa sedih dan kehilangan kembali Oniel rasakan setelah 17 tahun sejak istri pertamanya yang juga ibu kandung dari si kembar Manuel meninggal. Namun yang saat ini Oniel rasakan bercampur dengan rasa bersalah dan penyesalan karena tidak menempati janjinya untuk jadi ayah yang baik dan juga tidak mencegah Enilo pergi dengan motornya yang dipinjam untuk dipakai ke sekolah.
"Pa, Enilo, Pa."
"Mmhhh Iya, Papa tahu. Kamu yang sabar dan ikhlas ya. Biar saudaramu tenang di sana."
Ribko terkejut mendengar percakapan Elion dan bos ibunya yang ternyata bos ibunya adalah ayahnya Elion. Seketika Ribko jadi berpikir soal dugaan kalau ibunya dan ayahnya Elion menjalin hubungan dan jika itu benar dan memutuskan menikah berarti ia dan Elion akan jadi saudara.
"Papa juga ya."
"Enilo masih di IGD atau sudah dipindah?" tanya Oniel yang ingin segera mengurus proses pemulangan jenazah Enilo.
"Om Wijaya?" panggil Elion.
"Masih di dalam," ucap ayah Delyn memberitahu.
Tak lama kemudian sebuah bangsal yang di atasnya ada jasad orang yang tertutupi kain yang didorong oleh petugas rumah sakit keluar dari ruang IGD. Melihat itu Elion dan ayahnya langsung menghampiri sehingga petugas yang tengah mendorong berhenti.
Saat sudah berada di samping bangsal, Oniel yang sudah menguatkan mental dan hatinya membuka kain yang menutupi bagian kepala sehingga terlihat wajah dingin Enilo yang membuat ayahnya, Elion dan teman-temannya yang melihat hanya menatap dengan tatapan sedih. Merasa cukup dengan apa yang dilihat Oniel menutup kembali wajah Enilo. Lalu petugas rumah sakit langsung mendorong kembali bangsal menuju ruang jenazah.
"Pa, aku boleh minta pemakaman Enilo untuk dilakukan besok pagi? Aku ingin tidur bersama Enilo untuk terakhir kalinya," pinta Elion sebelum ayahnya pergi untuk mengurus pemulangan jenazah.
"Iya, Papa akan bilang ke Pak RT," ucap Oniel mengerti keinginan sang anak.
"Terima kasih, Pa. Aku sama teman-temanku akan menunggu di luar."
Oniel langsung pergi ke bagian rumah sakit yang mengurus jenazah. Sementara Elion, anak-anak Dahlia dan keluarga Delyn pergi keluar untuk menunggu proses pemulangan jenazah Enilo selesai dan juga agar pikiran dan perasaan mereka lebih tenang saat berada di luar.
"Tante, Delyn, mau tanya. Tante sama Delyn sama Om emang lagi ada di deket lokasi Enilo kecelakaan?" tanya Nino penasaran karena Elion mengabari kalau Enilo kecelakaan setelah dikabari oleh Delyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanficKisah Elion, Larry, Nino, Ribko dan Regi yang bertemu dengan takdir mereka setelah mereka meneruskan salah satu keinginan Enilo yang tiba-tiba saja meninggalkan mereka.