Sesudah berkumpul dan merayakan juara 1 lomba band bersama anak-anak Dahlia di arena biliar milik orang tuanya Liam, Nino memutuskan pergi jalan-jalan sebentar sebelum pulang ke rumahnya.
Sepanjang jalan dengan berjalan kaki Nino memperhatikan sekitarnya sambil bernyanyi mengikuti lagu yang ia dengarkan melalui earphone murahan yang seharga 9000 yang dibelinya saat flashsale di sebuah e-commerce.
Nino berjalan kaki karena ia tidak membawa kendaraan. Setelah mengikuti lomba ia tidak langsung pulang ke rumah, ia bersama teman-temannya pergi ke sebuah bank lalu berlanjut ke tempat biasa anak-anak Dahlia berkumpul untuk berpesta merayakan juara dengan makan-makan.
Merasa sudah terlalu jauh berjalan tanpa tujuan Nino berhenti sejenak lalu ia menyadari tidak jauh dari posisinya ada sebuah taman. Melihat tempat yang biasa orang-orang kunjungi untuk bersantai dan menenangkan pikiran, Nino memutuskan mengunjungi taman tersebut.
Di dalam taman Nino melihat berbagai aktivitas orang-orang yang datang berkunjung walaupun tidak begitu ramai. Saat sedang menikmati suasana taman mata Nino tanpa sengaja melihat ke seorang perempuan dengan seragam sekolah yang duduk di kursi roda bersama seorang pria dan di dekat kedua orang itu ada kanvas yang menunjukan aktivitas si perempuan yang tengah melukis.
Walau terlihat kalau laki-laki itu sedang menemani si perempuan melukis, Nino menyadari kalau si perempuan tengah dalam bahaya setelah Nino melihat tangan kanan si perempuan memberi kode 4 jari. Mengetahui kode jari tersebut membuat Nino segera datang menghampiri.
"Hai, hai, halo. Anda siapa ya?" ucap Nino yang membuat si perempuan dan pria menoleh ke arahnya.
"Gua temannya," jawab pria itu. "Lu siapa?"
"Gua juga temennya. Lu sama temen gua ini teman apa? Main apa sekolah?"
"Teman sekolah."
"Sekolah di mana?"
"SMA Galaksi."
"Bajingan!"
Bugh!
Nino langsung menonjok keras pipi kiri si pria yang membuat si perempuan dan orang-orang yang ada di sekitar yang mendengar asal teriakan Nino melihat momen itu terkejut.
"Teman gua sekolah di SMA Mahadaya. Sekarang lu pergi atau lu bonyok sama gua dan orang-orang di sini!" bentak Nino.
Si pria yang awalnya ingin membalas perbuatan Nino langsung mengurungkan niatnya dan pergi meninggalkan Nino dan si perempuan dengan perasaan kesal karena aksinya gagal.
"Lu gapapa?" tanya Nino.
"Gua gapapa. Terima kasih ya udah tolongin gue," jawab si perempuan seraya tersenyum.
"Iya, sama-sama. Laki-laki tadi mau berbuat apa ke lu?" tanya Nino penasaran.
"Dia mau curi hape gue dengan modus minjem hape buat telepon sodara."
"Lu yakin dia berniat seperti itu?"
"Iya. Dia beberapa kali lewat pas gue lagi ngelukis dan masih ada supir gua yang nemenin gua. Mungkin saat gua lagi teleponan sama Mama dia ngelihat hape gua jadinya dia berniat untuk mencuri disaat supir gua pergi."
"Oh begitu ceritanya. Untung aja gua tahu kode 4 jari, jadinya lu bisa selamat."
"Oh iya, kamu tahu dari mana gua sekolah di SMA Mahadaya?"
"Melihat seragam lu itu. Gua tahu lu sekolah di sana."
"Oh, pantes aja lu tanya sekolah di mana ke cowok itu."
"Kan dia bilang teman sekolah kamu. Terus aku 'kan kurang percaya soalnya tampangnya itu orang udah lulus dan lagi nganggur."
"Gua Nala."

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanfictionKisah Elion, Liam, Nino, Ribko dan Regi yang bertemu dengan takdir mereka setelah mereka meneruskan salah satu keinginan Enilo yang tiba-tiba saja meninggalkan mereka.