Bab 7

318 62 12
                                    

"Cepat cari solusi Pak menteri, kita tidak bisa diam di sini sampai besok. Aku masih harus menghadiri pertemuan internal dengan para talent untuk pembuatan konten bersama. Acaranya pukul tujuh malam, dan ini sudah jam empat sore," omel Esther mulai panik.

Dia terus mondar-mandir di pelataran teras kediaman keluarga paman Callan Esther yang sebelumnya masih bisa ha ha hi hi dengan penduduk setempat, yang kebetulan menghampiri Esther di rumah bu Layla. Para tetangga awalnya merasa asing dengan kehadiran dua tamu itu. Karena telanjur menarik banyak perhatian, maka Axel dan Esther memutuskan berkenalan dengan mereka. Warga yang datang ke sana menyambut Esther dan Axel dengan ramah. Mereka sempat terlibat obrolan panjang selagi menunggu kepulangan Hans dan Joe yang sedang membeli obat.

Salah satu bahan obrolan yang membuat Axel ternganga detik itu juga adalah pengakuan Esther yang mengatakan pada seluruh warga bahwa mereka berdua adalah sepasang suami istri. Warga langsung percaya tanpa ada kecurigaan ataupun sangsi sama sekali. Apalagi ketika dengan entengnya Esther meminta uang terus menerus dari Axel untuk mentraktir makan orang-orang di sana. Bahkan anak-anak kecil pun diberi uang secara cuma-cuma. Untuk jajan, katanya.

Esther melakukan itu tentu bukan tanpa maksud. Semula dia berniat mengerjai Axelino. Dia bertekad untuk menguras semua uang cash pria itu. Walaupun iseng dan niatnya untuk balas dendam, Esther merasa apa yang ia lakukan itu tetaplah mulia karena bisa membantu orang di waktu yang bersamaan. Dendam Esther terbalaskan, warga senang, dan hanya Axel yang merugi. Itu memang tujuan utamanya.

Sayangnya, kebanggaan dan kebahagiaan Estherina tidak berlangsung lama. Tuhan memang tidak pernah membiarkan manusia yang berniat jahat, hidup tenang begitu saja. Esther dan Axel berniat pulang setelah Joe dan Hans kembali usai membeli obat. Saat kakak beradik itu datang, mereka lantas pamitan pada paman Callan dan semua warga. Namun, mobil Axel tiba-tiba tidak mau menyala. Bahan bakarnya habis dan posisi mereka saat ini jauh dari pom bensin.

"Tidak ada pilihan, kita harus bermalam di sini," kata Axel setelah menimbang keputusan.

"Eh, mana bisa begitu! Kita tidak bisa menginap di sini. Aku harus kembali ke hotel segera!" kekeh Esther.

Saat ini mereka berdua mengobrol di depan rumah paman Callan. Orang yang dengan senang hati menawarkan tumpangan untuk dua orang itu menginap malam ini. Rumah Joe dan Hans memang tidak memungkinkan untuk mereka bermalam, tidak ada kamar kosong yang tersedia. Selain itu, mereka juga khawatir keberadaan mereka justru malah mengsuik ketenangan bu Layla.

"Mau dengan cara apa? Kau tidak dengar tadi jarak pom bensin ke desa ini sangat jauh? Perlu waktu 2 jam dalam sekali perjalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau dengan cara apa? Kau tidak dengar tadi jarak pom bensin ke desa ini sangat jauh? Perlu waktu 2 jam dalam sekali perjalanan. Jika bolak-balik bisa menghabiskan waktu 4 jam. Kau masih tega menyuruh Joe dan Hans untuk membelikan kita bensin? Di saat mereka baru saja pulang dari perjalanan jauh. Dan, kalaupun mereka tetap bersedia membantu, lalu kita memaksakan pulang hari ini maka kemungkinan kita akan kemalaman di jalan. Kau mau melintasi hutan mengerikan tadi malam-malam?"

Antagonist, Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang