Bab 10

172 40 8
                                    

"Jevin, bagaimana? Apa sudah ada kabar dari Axel?"

Viona tampak sangat khawatir, sejak tadi malam dia tak berhenti mencari kabar Axelino ke berbagai pihak. Bukan hanya lapor polisi setempat, namun seluruh kerabat dan teman dekat pria itu tak luput dari interogasinya. Berharap bisa menemukan titik temu. Sudah hampir dua hari penuh Axelino menghilang tanpa kabar. Perempuan itu semakin gusar karena mendengar kabar bahwa sudah dua hari Estherina tidak ada kabar. Pihak manajemen model itu pun sedang sama paniknya. Mereka berusaha terus melakukan pencarian dengan tetap menjaga kerahasiaan ini agar tak terendus pihak media. Bisa jadi berita besar jika kabar itu sampai tersebar.

"Belum Vi, ponselnya masih tidak bisa dihubungi. Kau jangan terlalu khawatir, Axel pasti baik-baik saja."

Viona mengempaskan dirinya ke sofa, menyugar rambutnya frustrasi. Sejak dikabari Axelino menghilang, gadis itu langsung bertandang dari ibu kota ke pulau utara. Ia tinggalkan semua pekerjaan hanya demi memastikan kondisi pria yang dia cinta. Viona tidak rela jika sesuatu yang buruk menimpa Axel. Apalagi jika semua ini berkaitan dengan Estherina, sampai kapan pun Viona tidak akan memaafkan gadis itu.

"Bagaimana dengan model itu? Apa dia juga belum ditemukan?"

"Mm, kurang lebih kabarnya sama seperti Axel. Vi, aku tahu pemikiranku ini aneh, tapi entah mengapa aku curiga dua orang itu baik-baik saja sekarang."

"Apa maksudmu?"

"Maksudku situasi sekarang ini tidak harus dibesar-besarkan karena mungkin keadaannya tidak sedarurat itu. Bagaimana jika Axel dan Esther menghilang dengan sengaja?"

Viona menatap Jevin penuh tanya. Raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan.

"Jangan berpikir macam-macam Jevin. Kau pikir Axel mau bepergian dengan gadis bermasalah itu? Apalagi sampai berhari-hari, itu tidak mungkin."

"I see, itu memang sedikit mustahil tapi kemungkinannya bisa tetap terjadi, kan? Kau mungkin tidak tahu, tapi akhir-akhir ini kulihat sikap Axel pada Esther sudah mulai berubah."

"Berubah bagaimana?"

Waswas, itulah yang dirasakan Viona sekarang. Dia tidak suka pembahasan ini namun jika tidak digali, gadis itu bisa mati penasaran. Apa ada sesuatu yang tidak Viona ketahui tentang Axel dan Esther? Apa benar hubungan mereka berubah jadi membaik? Tapi kenapa? Apa penyebabnya? Terakhir yang Viona ingat, Axel masih sangat membenci Esther. Tidak mungkin kan perasaan seseorang bisa berubah secepat itu.

"Aku juga tidak tahu persisnya karena Axel tidak pernah cerita, hanya saja menurut penilaianku sepertinya Axel mulai tertarik pada Esther."

"Omong kosong, penilaianmu sangat konyol, Jevin!" ketus Viona. Suasana hatinya jadi semakin kacau.

"Iyakah? Tapi masa sih, firasatku nyaris tidak pernah melenceng loh. Aku sangat yakin kalau Axel sebenarnya mulai suka pada Est—"

"Berspekulasilah sesukamu, Jevin," tutur seseorang bersamaan dengan pintu kamar suite yang terbuka.

Viona dan Jevin terperanjat, mereka berdiri dari sofa dan menyambut kedatangan orang yang sudah membuat seisi hotel gonjang-ganjing selama kurang lebih dua hari.

"Axel!" panggil Viona langsung berlari dan memeluk pria itu erat.

Axel membiarkannya dan mengelus punggung Viona lembut.

"Hiks, kau ke mana saja? Kenapa hobi sekali membuatku khawatir setengah mati, hah?!" bentak Viona kepalang kesal.

"Maaf, tidak usah menangis, aku baik-baik saja," kata Axel sambil melerai pelukan sahabatnya.

"Wah ... pak menteri ini sungguh kekanakan! Heh, kau tidak tahu ya seisi hotel kebakaran jenggot gara-gara kau hilang kontak! Sebenarnya apa yang terjadi? Desas-desus liar tentangmu mulai bermunculan di kalangan influencer, untung ada aku yang langsung membungkam mereka untuk tetap tutup mulut. Lain kali kalau ada apa-apa itu bilang dulu, biar aku tidak pusing memikirkan rencana untuk menjaga nama baikmu," omel Jevin yang dengan gamblang mengutarakan seluruh unek-uneknya.

Antagonist, Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang