[12] To Him

13 3 0
                                    


31 Oktober 2017

"Jangan sampai ada anak-anak yang nongkrong di kelas waktu acara! Apalagi ke tempat-tempat gelap yang sepi! Kalian harus bener-bener patroli ya!"

Semua yang ada di hadapan Emma mengangguk dan berpencar membentuk kelompok dua orang. Emma yang melihat teman-temannya pergi, menyingsingkan lengannya sambil menghela napas panjang. Dia mengikat ulang tali sepatu kets-nya, lalu mengencangkan ikatan rambutnya.

"Kostum lo lucu banget, Em. Simple."

Emma memandang sinis cowok yang baru saja duduk di sampingnya, menatap Emma yang bersiap-siap. SMA Angkasa Wisesa selalu merayakan budaya kebarat-baratan, misalnya saja Halloween Night. Kalau kata Kepala Sekolah, itu cara sekolah memperkenalkan para murid dengan dunia luar. Emma mendengkus mendengar alasan itu pertama kali karena dia yakin sekali tanpa perlu diajarkan sekolah, teman-temannya sudah lebih tahu apa itu 'dunia'.

Berbeda dengan sekolah lain, rata-rata anak yang masuk ke SMA Angkasa Wisesa pasti berasal dari keluarga yang mampu. Mayoritas bahkan masuk ke ekonomi menengah ke atas karena uang sumbangannya cukup besar. Kehidupan anak-anaknya pasti tidak lepas dengan foya-foya dan juga dunia malam. Beberapa teman Emma bahkan terang-terangan membuat pesta di klub malam padahal mereka baru kelas satu SMA. Orang tua mereka tahu dan mengizinkan asal mereka tidak membuat kekacauan.

Halloween Night merupakan acara yang diadakan oleh OSIS, dalam hal ini Red Kites. Meski tidak suka, Emma harus memastikan acara turun temurun itu berjalan sukses. Kisah buruk lain dari acara ini adalah banyak murid yang memanfaatkan acara malam hari di sekolah ini untuk berbuat buruk di kelas-kelas atau spot sekolah yang sepi. Emma pikir mungkin hanya murid yang iseng berpacaran, tapi ternyata pesta alkohol berani teman-temannya lakukan di lingkungan sekolah. Untuk memastikan tidak ada orang mabuk atau mengacaukan acara, Emma dan Komite Disiplin selalu melakukan patroli.

Karena tugasnya hanya mengawal acara sampai selesai, Emma tidak mau repot-repot memakai kostum yang menyusahkan geraknya. Biasanya dia memilih kostum seragam sekolah Jepang versi cowok. Biar tetap pakai celana yang memudahkan geraknya. Kalau murid lain, jangan ditanya lagi, sudah ada yang jauh-jauh hari menyewa atau membuat kostum khusus untuk acara ini.

"Daripada gangguin gue, mending lo urusin tuh temen lo yang rebel."

Cowok itu tertawa. "Kenapa sih, Em, sejak masuk SMA lo pura-pura nggak kenal gue?"

Emma balas menatap cowok di sebelahnya dengan mata menyipit. Kostum dan riasan Joker yang dikenakan cowok itu cukup mencolok. Apalagi jas ungunya dan kemeja putih yang penuh noda darah di baliknya. Selain itu ketika cowok itu menyeringai, terbayang juga seringai Joker yang mengerikan.

"Udah cukup gue dikerjain sama temen-temen lo atau fans lo yang cemburu buta itu semasa SMP. Gue pengen masa SMA gue lebih nyaman dan tentram."

"Tapi lo selalu nyari perkara sama gue–"

"Jason," potong Emma. "Gue bukan nyari perkara sama lo. Lo yang nggak pernah mentaati aturan sekolah." Emma mengambil benda pipih dari saku jas ungu cowok di sampingnya. "Berhenti merokok sembarangan dan gue nggak akan ngeganggu lo lagi."

Jason tertawa keras, lalu merebut rokok elektriknya dari tangan Emma. "Justru gue pengen lo gangguin." Tanpa menghiraukan ekspresi kesal Emma, Jason berdiri dan meregangkan lehernya. "Pestanya mau mulai. Ayo Bu Ketua Komdis, mulai patrolinya. Sampai jumpa di depan panggung."

"Jason, nggak usah macam-macam malam ini! Gue nggak bisa melindungi lo terus!" seru Emma sebelum Jason menjauh dan tidak lagi mendengar suaranya. Namun, yang dipanggil hanya tersenyum dan melambaikan tangan seiring langkahnya yang menjauh.

LIES BEHIND USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang