[8] That Stormy Night

18 4 0
                                    

17 Juni 2023

"Kelamaan ini curhat masa lalunya," keluh Emma, melihat-lihat menu untuk memesan minuman kedua.

Janu melirik ngeri ke arah sepupunya, lalu menyenggol lengan cewek itu sambil berbisik, "Em, komennya jangan jahat gitu dong. Lo nggak tahu–"

"Gue mungkin nggak tahu gimana Hezki berduka karena kehilangan Robin, tapi yang gue tahu sekarang Hezki lagi nyari temennya yang satu," potong Emma, dengan wajah datar. Matanya kemudian menatap tajam ke arah Hezki. "Lo harus punya waktu khusus menceritakan ini semua ke gue. Gue nggak punya banyak waktu untuk mendengarkan lo bernostalgia."

Janu langsung ketar-ketir melihat perubahan ekspresi Hezki yang menjadi masam. Cowok itu berdeham dan menyugar rambutnya, lalu berujar, "Lo bener, kalian nggak perlu mendengar semua curhatan gue. Tadi gue kebawa perasaan, sorry."

"Sorry, Hez, gue rasa kita harus fokus ke Jason dulu," balas Emma, memelankan suaranya. "Lo bilang Jason tadi punya bisnis terlarang di SMA dulu, tapi yang lo ceritain malah bisnis buruk lo sama Robin. Jadi, benar nggak Jason punya bisnis terlarang?"

Hezki tak langsung menjawab, tangannya sibuk menggulir layar ponsel. Setelah menemukan apa yang dicari, dia menyerahkan ponselnya pada Emma. "Itu obat dopping yang populer di Kelas A+ dan kelas Reguler. Namanya DEPP."

Di layar ponsel Hezki terpampang botol kecil berisi bubuk putih yang bulir-bulirnya cukup halus, mirip dengan tepung. Di sampingnya juga terpampang versi sasetnya yang dibungkus menggunakan plastik bening. Ukurannya kecil dan sepertinya bisa masuk saku seragam anak sekolah.

"Sialan, itu obat yang dijual Lukas?" seru Janu, yang segera menyesali suaranya yang cukup nyaring. "Ini beneran bisnis turun temurun?" tanyanya lagi dengan volume suara yang dipelankan.

Emma melirik sepupunya itu dengan alis terangkat. "Maksudnya apa, Jan? Angkatan lo ada yang jualan obat ini juga?"

"Ada Em, kata Bang Hezki ini bisnis diturunkan melalui jaringan khusus anak Kelas A+," jelas Hezki, yang mengusap kasar wajahnya. "Di kasus yang gue ceritain kemarin, ada anak Kelas A+ yang juga ngedarin obat ini. Sekarang dia dipindahsekolahkan, tapi gue nggak tahu sih, akarnya kebasmi apa nggak di AngSa. Ngeri banget ini anak sekolah, otaknya udah kayak bandar."

"Keluarga Jason punya banyak bisnis, dari yang legal sampai ilegal. Mengedarkan ini di sekolah bukanlah hal yang sulit." Hezki menarik kembali ponselnya dan menatap Emma tajam. "Jadi, lo bilang punya bukti Jason melakukan hal terlarang. Bisa gue lihat?"

Kali ini Emma mengambil ponselnya dari tas dan menggulir cukup lama sebelum menyodorkannya ke tengah meja. Sebuah video langsung terputar yang menunjukkan beberapa cowok sedang memaksa seorang anak minum sesuatu dari botol air mineral setelah sebelumnya mereka memasukkan bubuk putih. Rekaman itu diambil dari jarak yang cukup jauh, jadi tidak jelas apa yang mereka masukkan ke dalam botol air mineral itu. Namun, Hezki bisa dengan jelas mengenali wajah Jason, Nino, dan Leo di belakang cowok-cowok yang sok jagoan merundung anak yang tergeletak di atap sekolah itu.

"Gue nggak tahu dia dicekoki apa, tapi gue rasa reaksi obatnya cukup cepat," ujar Emma pelan. Video itu selesai tak lama setelah anak itu tergeletak lemas. Emma menarik kembali ponselnya. "Gue kira itu minuman keras, tapi orang nggak akan selemas itu kalau dicekoki minuman keras dalam takaran segitu."

"Tergantung kekuatan masing-masing orang, Emm," ralat Hezki. "Lo mungkin belum pernah minum, tapi tingkat toleransi alkohol tiap orang berbeda. Selain itu, alkohol dengan kadar tinggi seharusnya nggak sembarangan dioplos dengan zat lain, seperti misalnya DEPP."

Tiba-tiba Emma tidak berselera minum melihat ekspresi serius di wajah Hezki. "Apa ...." Emma mengurungkan niatnya bertanya, karena dia sendiri takut salah bicara.

LIES BEHIND USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang