24 Juni 2023
PLAK!
Janu hampir yakin sesaat tadi jantungnya berhenti berdetak dua detik. Tamparan Emma ke wajah Hezki barusan cukup keras sampai pipi Hezki memerah seketika. Tak berhenti di situ, Emma mencengkeram kerah kaus Hezki dan mendorongnya ke dinding. Janu tahu sepupunya itu sabuk hitam karate, tapi dia tak menyangka Emma akan sekuat itu memojokkan Hezki.
"Berengsek ya lo, Hezki. Maksud lo semalem ninggalin gue apa?"
Janu ingin melerai, tapi dia juga agak marah dengan perbuatan Hezki yang meninggalkan Emma di Bahama. Semalam Janu yang tak mendapati Emma kembali dalam waktu satu jam segera menyusul Emma, tetapi cewek itu keluar sebelum Janu sempat masuk ke tempat hiburan malam itu. Wajah Emma memerah, tapi Janu tidak tahu karena apa. Yang jelas, sepupunya itu minta kembali ke hotel untuk menemui Hezki secepat yang mereka bisa.
Namun, keberadaan Hezki tak diketahui karena di kamar hotel mereka kosong. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Kemarahan Emma tidak mereda begitu paginya dia datang lagi ke hotel Janu dan tidak mendapati cowok itu di sana. Emma memutuskan menunggu di kamar Janu dengan amarah yang tak kunjung mereda. Janu pun tak berani bertanya apa yang terjadi di Baham sampai Emma semurka itu.
"Lo nuker gue sama informasi apa sih, berengsek?" seru Emma lagi.
Janu sedikit gemetar mendengarnya, karena Emma bukan orang yang berucap kasar kalau tidak benar-benar marah. Kalau sampai kata kasar itu keluar terus-terusan, Janu yakin dosa Hezki begitu besar.
"Jason cuma pengen ketemu lo–"
"Gue nggak mau ketemu dia!" potong Emma. Matanya masih memelotot.
"Tunggu! Jason?" Janu ikut-ikutan melotot. "Kalian ketemu Jason di Bahama? Emma! Kenapa nggak bilang ke gue? Dia itu kan–"
"Dia itu pacar Emma," potong Hezki. Sejak kembali ke kamarnya jam sembilan pagi ini, wajah Hezki tampak aneh di mata Janu. Seperti orang yang barusan dikhianati teman sendiri. Kekecewaan terpancar jelas di mata Hezki ketika kembali pagi ini, membuat Janu bertanya-tanya ke mana perginya dia semalam.
"Kami nggak pacaran!" bentak Emma, cengkeramannya menguat. "Nggak usah mengalihkan pembicaraan. Semalem lo ke mana setelah menjual gue?"
"Gue yang harusnya nanya ke lo, Em." Seringai muncul di wajah Hezki, matanya masih memancarkan kekecewaan. "Lo jadi mata-mata Jason selama di Jogja?"
"Wah, apa lagi ini?" Janu menyugar rambut, bingung dengan informasi aneh yang datang bertubi-tubi. Lalu tangannya dengan cepat mencengkeram bahu kedua kakaknya itu. "Bisa nggak kalian ngobrol yang bener? Gue berhak tahu tentang semua yang terjadi semalam."
Karena Emma dan Hezki tetap saling menatap tajam dalam diam, Janu berdeham keras dan mengeraskan cengkeramannya pada bahu mereka. "Guys, come on!"
Hezki masih menatap tajam Emma ketika menepis tangan Janu. Alih-alih menjawab, cowok itu berjalan ke arah ranselnya di nakas sebelah tempat tidur dan mengeluarkan pakaian ganti. Hezki tidak pulang sama sekali semalam, jadi dia merasa butuh air dingin menyegarkan kepalanya yang terasa berat.
Melihat Hezki yang dengan cueknya ke kamar mandi, Janu menatap Emma meminta penjelasan. Emma mengangkat bahu dengan alis terangkat. "Apa? Memangnya lo tanya ke gue semalem gue ketemu siapa?"
"Gimana gue mau tanya kalau lo aja keluar dari tempat itu sambil uring-uringan?" Janu memelotot ganti.
Emma mengembuskan napas panjang dan menyugar rambutnya. "Gue emang ketemu Jason, oh ralat, gue dijual Hezki ke Jason. Entah kapan Hezki dan Jason ketemu yang jelas mereka sepakat menukar gue dengan informasi penting yang sampai detik ini gue nggak tahu apa."
![](https://img.wattpad.com/cover/370117162-288-k209409.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LIES BEHIND US
Mystery / Thriller"If lies can save lives, then telling the truth is a crime?" Hezki tiba-tiba mendapat kabar kalau Axel-sahabat lamanya, muncul di acara peringatan empat tahun kematian Robin. Sejak kematian Robin, Axel menjauhi Hezki dan menghilang sehari setelah ke...