"Gue nggak punya waktu buat basa-basi, Jason. Gue cuma mau tau apa lo masih berhubungan dengan Axel selepas SMA?"Mati-matian Hezki menahan emosi yang hampir meledak dari dirinya sejak mendengar suara Jason. Apalagi kalimat yang diucapkan Jason barusan membuat Hezki tidak bisa berpikir jernih.
Hezki mencari Robin! Hezki mencari Robin!
Kalimat itu menghantui Hezki selama dua tahun sejak kematian Robin. Itu kalimat yang diucapkan Jason ketika Hezki menanyakan Robin sebelum mengejar Jason di hotel dan berakhir menemukan Robin yang sekarat. Mimpi buruk yang dialami Hezki setiap malam membuatnya membenci Jason sampai ke titik terkecil sel tubuhnya.
"Hezki ... Hezki .... Udah lama nggak ngobrol sama teman lama, malah dingin gini sih?" balas Jason, semakin mengetes kesabaran Hezki. "Apa kabar Hezki? Gimana kuliah lo?"
"Jason, gue nggak akan mengulangi ini. Kapan lo terakhir ketemu Axel?"
"Nggak seru ah!" keluh Jason di seberang telepon. "Ngomongin Robin aja gima–"
"Jason, gue nggak punya banyak waktu ngeladenin lo!" bentak Hezki, kemarahannya sudah sampai ubun-ubun. Dia mengembuskan napas pelan-pelan, mengatur lagi emosinya. "Jawab!"
"Ck!" Tidak terdengar suara Jason untuk beberapa saat. "Axel ya? Gue tuh udah lupa mana pesuruh gue yang dulu. Maklum, kalau nggak guna, biasanya gue nggak inget sama orangnya."
Hezki menggertakkan giginya. "Jadi, intinya lo ketemu Axel nggak selepas lulus?"
"Hmmm ... mungkin ya, gue nggak inget," balas Jason dengan nada riang. "Kenapa sih nyariin dia? Emangnya dia ada utang sama lo?"
Utang penjelasan, batin Hezki.
"Ya udah kalau lo nggak tahu, gue tutup teleponnya–"
"Gimana kalau kita ngobrol langsung aja, Hezki? Mungkin gue punya informasi yang lo butuhin."
Kalimat Jason membuat Hezki merinding. Setelah apa yang dia alami selama tiga tahun di SMA sekelas dengan Jason, Hezki cukup tahu untuk tidak berurusan dengan cowok itu. Apalagi sekarang Jason tidak dikekang peraturan sekolah, membuatnya berkuasa penuh.
"Nggak, gue–"
"Memangnya lo nggak pengen tahu kenapa Axel nggak ikut nyari Robin?"
Tiba-tiba Hezki kesulitan bernapas. Kilasan kejadian malam itu kembali terulang dalam tempo dipercepat tiga kali di kepalanya. Percakapan terakhirnya dengan Axel terjadi sehari sebelum Robin menghilang. Cowok itu tidak terlihat bahkan sampai di pemakaman Robin. Kenangan mengerikan yang memenuhi kepalanya membuat Hezki mual.
"Kalau lo oke, gue bisa atur waktu gue buat ketemu. Chat gue aja, Hezkiel." Suara Jason tiba-tiba berubah menjadi lebih pelan dan dalam. "Gue rindu ngelihat tatapan lo, apalagi seperti malam itu."
Di detik Jason menutup telepon, Hezki membanting benda mungil itu ke atas ranjangnya dan menendang kursi belajarnya. "JASON BERENGSEK!"
"Bang Hez, kayaknya lo butuh mendinginkan kepala."
Sebuah gelas dengan air mineral dingin di dalamnya disodorkan kepada Hezki. Hezki menoleh, mendapati Janu yang menyodorkan gelas itu padanya, dan Aksa yang menahan Miria di ambang pintu kamar Hezki. Wajah adiknya itu khawatir melihat amarah Hezki yang meledak barusan.
"Sorry," kata Hezki, meneguk habis minumannya dan menyugar rambut. "Kedengeran sama kalian ya?"
Janu memandang khawatir pada Hezki sambil mengambil kembali gelas dari tangan cowok itu. "Kalau yang tadi itu Jason, pasti ada masalah yang cukup pelik," tebaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LIES BEHIND US
غموض / إثارة"If lies can save lives, then telling the truth is a crime?" Hezki tiba-tiba mendapat kabar kalau Axel-sahabat lamanya, muncul di acara peringatan empat tahun kematian Robin. Sejak kematian Robin, Axel menjauhi Hezki dan menghilang sehari setelah ke...