06. dara's mail • missing you

81 6 3
                                    

Missing You

2NE1's Dara
WINNER's Seungyoon

---------------------------------------------------

Hai! Selamat malam! Bagaimana kabarmu? Bukankah ini hari yang-

Lampu kamar di lantai atas rumah keluarga Park masih menyala di saat ruangan lainnya sudah gelap gulita. Mengisyaratkan bahwa pemiliknya masih bangun. Di dalam kamar tersebut, Dara sedang berkutat di depan laptopnya sambil mengambil posisi tengkurap di atas kasurnya. Ia menopang dagu dengan kedua tangannya. Wajahnya jadi terlihat lebih lucu.

Pada layar laptop Dara, aplikasi yang menyediakan layanan video call sedang menyala. Menampilkan seorang pemuda berambut hitam legam yang sedang duduk di kursi. Mungkin Seungyoon meletakkan laptopnya terlalu rapat ke dinding, sehingga mejanya masih lengang untuk sebuah buku tulis. Pemuda itu sedang menggerakkan pensil mekaniknya dengan kecepatan penuh. Sebelah headsetnya pun terpasang di telinga kanannya.

Seingat Dara, Seungyoon pernah bercerita bahwa guru musiknya menyuruhnya untuk menulis dua buah lagu sebelum tidur. Musik adalah zona nyaman Seungyoon, di mana Seungyoon senang untuk mengeksplorasi keahliannya. Mau tidak mau, Dara harus mendukung impian kekasihnya itu.

Tetapi ada satu hal yang Dara tidak suka- bukan, yang ia benci dari Seungyoon. Ketika pemuda itu berkonsentrasi membuat lagu, ia akan mengabaikan hal-hal yang ada di sekitarnya termasuk Dara sendiri. Panggilan masuk darinya tidak akan terjawab, pesan singkat juga tidak dibalas. Seungyoon baru menghubungi Dara saat hampir tengah malam, waktu di mana gadis itu sudah hampir memasuki dunia mimpinya.

Video call yang menyala di layar laptopnya sekarang adalah keberuntungan menurut gadis itu. Fiuh, Dara merasa sangat bersyukur dia menghubungi Seungyoon tepat sebelum kekasihnya bergelut dengan buku tulisnya. Tapi rasanya ingin ia tarik kembali perkataannya. Sebab, seperti biasa Seungyoon mengabaikannya seperti kemarin dan kemarinnya lagi.

"Seungyoon-ah."

Panggilan Dara masih saja tidak didengarkan oleh pemuda itu, yang masih sibuk menggoreskan grafit pensilnya di atas buku. Gumaman alunan lagu terdengar, membuat Dara hanya bersedekap di atas keyboard laptop lalu menunduk.

"Seungyoon-ah..."

Mata gadis itu pun mulai memanas. Ia mencoba menahan suara tangisannya dengan menggigit bibir. Ia benar-benar merasa sedih. Apakah hanya dia saja yang merindukan?

"Dara, apakah tadi kamu memanggilku?"

Secepat kilat, gadis itu mendongakkan kepalanya dan menyeka air matanya dengan lengan piamanya. Ia masih mendapati Seungyoon sibuk dengan alat tulisnya.

"Iya, aku memanggilmu," ucap Dara seraya turun dari kasur untuk meraih tisu. Ia pun membersihkan wajahnya. "Besok temani aku ke kebun binatang ya. Ada pertunjukan lumba-lumba di sana."

Gerakan pensil mekanik di tangan Seungyoon langsung berhenti. Dapat Dara lihat bahwa pemuda itu menghela napas. Raut wajah Seungyoon mulai berubah. "Besok?" Ia berdeham seraya menggerakkan pensilnya lagi. "Tidak bisa hari Minggu saja?"

"Tidak bisa. Semua pertunjukan kebun binatang libur di hari Minggu dan Chanyeol akan pulang di hari yang sama jadi-"

"Maaf, aku tidak bisa menemanimu," sela Seungyoon. "Mulai besok, ada latihan teater di auditorium sekolah. Aku yang akan menjadi pemeran utamanya dan tidak bisa izin."

Dara sudah kesal mendengar alasan Seungyoon. Ia tahu dan mengerti bahwa mereka sama-sama sibuk. Jadwal les mereka yang tidak bersahabat, tugas dan pekerjaan rumah sudah hampir meledakkan otak. Ditambah letak rumah mereka yang berada di distrik yang berbeda membuat hubungan mereka tidak jelas. Jika diperbolehkan, Dara ingin sekali melarikan diri ke rumah Seungyoon malam ini juga. Sayangnya, kepala keluarga Park akan menghukumnya kalau ia melakukan itu.

Gadis cantik itu langsung meluapkan kekesalannya. "Tapi, Seungyoon! Sudah lama sekali sejak kita terakhir pergi berkencan!"

"Aku tahu dan aku minta maaf."

Kata-kata itu diucapkan Seungyoon dengan nada tegas sekaligus memohon. Membuat Dara terdiam untuk beberapa saat. Pikirannya sudah racau karena perkataan kekasihnya itu. Apakah jangan-jangan, Seungyoon tidak merindukannya lagi?

Titik air mata pun mulai menuruni pipinya lagi. Dengan suara parau, gadis itu berkata, "Seungyoon, aku tidur dulu. Selamat malam dan mimpi indah. Aku... Aku menyayangimu."

"Ra! Tunggu-"

Belum sempat Seungyoon berbicara dengannya, Dara telah lebih dulu menekan kursor di gambar telepon putih berlatar merah. Tanpa mematikannya, Dara langsung meletakkan laptopnya di atas meja. Kemudian mengeluarkan sebungkus tisu basah yang masih baru dari laci meja belajarnya. Mengeluarkan beberapa lembar tisu lalu mengusap wajahnya.

Ia membiarkan lembaran tisu tersebut tergeletak begitu saja di atas meja. Kakinya
kembali berjalan menuju kasur. Segera ia berbaring di bawah selimut dan menangis tanpa suara. Tidak ia pedulikan lagi soal kamarnya yang masih berantakan dengan potongan kertas bekas tugas seni Rupa. Yang Dara lakukan adalah menangis sampai kekesalannya hilang, tidak peduli sampai jam berapapun, agar ia dan Seungyoon bisa berinteraksi seperti biasa saat ia menemani kekasihnya di auditorium sekolah.

TUK!

Suara itu langsung menghentikan tangisan Dara, membuat gadis itu tidak berani menggerakkan badannya. Jantungnya mulai berdebar-debar karena takut yang ia rasakan.

TUK!

Dara semakin tidak mau turun dari kasurnya. Bagaimana jika ternyata ada hantu?! Ah, Dara benar-benar takut!

Tring tring!

Gadis itu memekik pelan saat mendengar suara dari ponselnya. Mengagetkan saja! Sangat menyebalkan! Dara pun mengutuk ponselnya yang berbunyi di saat yang tidak tepat. Dengan wajahnya masih dilumuri air mata, sekalian saja ia melihat jam saat itu dulu.

00.52

Oh tidak. Sudah hampir jam satu pagi. Padahal saat mematikan laptopnya, ia sadar betul bahwa belum tengah malam. Ia pun menghela napas, menyadari betapa lamanya ia menangis. Dara meyakinkan diri untuk tidur tetapi tidak lama, ia baru ingat kalau tadi nada deringnya berbunyi.

Terburu-buru, ia kembali memfokuskan pandangannya pada notifikasi baru di ponsel.

Seungyoon<3 : Dara, lihatlah ke jendela.

Untung saja, kasur Dara menempel dekat di bawah jendela sehingga ia tidak perlu berdiri untuk melakukan perintah Seungyoon. Tapi tunggu, memangnya mengapa ia harus melihat jendela? Apakah ada hal yang harus dilihat malam ini? Setidaknya tidak ada perayaan apapun hari ini. Atau mungkin, Seungyoon hanya ingin berbuat iseng padanya? Tidak... Seungyoon jarang melakukannya.

Namun karena tingkat penasaran di dalam hatinya melonjak tinggi, tetap saja Dara merubah posisinya menjadi posisi duduk. Ia menunduk sebentar lalu pelan-pelan mendekatkan dirinya ke jendela. Di langit tidak apa-apa, kalau di bawah...

Oh, tidak mungkin!

Di depan rumahnya, Seungyoon tengah berdiri sambil mendongak tepat ke arah jendela kamarnya. Garis lengkungan bahagia di wajahnya membuat Dara menggigit bibir.

Mata gadis itu kembali memanas.

Bagi Dara, pengorbanan Seungyoon malam itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa dia memang dirindukan.

Mail ChroniclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang