07. junmyeon's mail • can't get mad

105 6 4
                                    

Can't get mad

EXO's Suho
Red Velvet's Irene

special appearance : kim seokjin from bts

------------------------------------------------

Hai! Selamat malam! Bagaimana kabarmu? Bukankah ini hari yang -

Pemuda itu sedang terdiam di depan sebuah lemari besar yang terbuka. Ini adalah yang terakhir yang ingin ia lihat isinya. Menunjukkan bahwa kekosongannya membuat Junmyeon memutar otak sekali lagi.

"Seokjin, mengapa lemari peralatan kita kosong melompong?" keluh Junmyeon yang sudah menyerah mencari sendiri, pada sahabat sekaligus asistennya.

Seluruh perhatian yang dicurahkan Kim Seokjin pada tabel yang terpampang di layar komputer saat Junmyeon memanggilnya, terpaksa harus ia tunda. Kepalanya mendongak sebentar ke arah Junmyeon. Lalu, ia mendorong kursinya ke belakang agar bisa melihat temannya yang tadi tertutup oleh sekat antar meja. Kedua kakinya yang agak pegal, ia luruskan.

"Kau yakin?" tanya Seokjin memastikan. "Mungkin saja kau salah membuka lemari."

Dengan setengah kesal, Junmyeon berbalik menghadap Seokjin. "Lihat sekelilingmu. Semua pintu lemari sudah kubuka lebar. Tidak ada tumpukan jas, kacamata pelindung maupun kotak berisi sarung tangan kan?"

Seokjin pun mengikuti perkataan Junmyeon, mengalihkan pandangannya ke seantero ruangan. "Benar juga, kenapa bisa tidak ada ya?" tanggapnya saat tidak menyadari keberadaan barang hilang tersebut. "Sudah hubungi kelas satu?"

"Belum. Bagaimana kalau kau saja yang menghubungi..." Junmyeon menggigit bibirnya sambil menerawang sekitarnya. "Kau tahu? Yang benar-benar terlihat sangat lucu. Incaranmu dulu sebelum kau berpaling pada Hyeri."

Tanpa pikir panjang, Seokjin sudah tahu siapa yang dimaksud. "Yoo Ji Ae?"

"Ya! Itu namanya!" seru Junmyeon senang. Dia menunjuk ke arah Seokjin. "Kau hubungi dia ya. Aku mau pergi ke halaman belakang."

Mata Seokjin membelalak. "Aku?" Benar-benar, permintaan sahabatnya itu membuat mood-nya menjadi jelek. Hubungannya dengan Ji-ae tidaklah sebagus dulu, tidak setelah gadis itu mempermalukan dirinya di depan banyak orang.

Junmyeon memandangi kanan dan kirinya. Tatapannya berhenti pada Seokjin sebelum berkata, "Lalu, siapa lagi kalau bukan kau?"

"Kalau bukan karena kau yang menyuruhku, aku sudah menolaknya mentah-mentah." Seokjin menghela napas, "ya sudah. Aku yang akan menghubunginya. Cepat pergi. Menjengkelkan kalau kau ada di sini saat aku mengerjakan laporan."

Perkataan itu sempat membuat Junmyeon bersungut-sungut. "Memang aku mau pergi, dasar," bisiknya. "Kalkae."

Tanpa ada satu niatpun untuk menutup lemari yang tadi dia buka, Junmyeon melangkah keluar dari laboratorium dengan langkah ringan. Sesekali ia membalas sapaan dari teman dan adik kelasnya yang masih berada di sekolah demi kegiatan ekstrakurikuler. Dan tak terasa, tidak butuh waktu lama baginya untuk tiba di halaman belakang yang sangat asri dan tenteram. Lengkap dengan sebuah rumah kaca mungil yang sengaja dibangun untuk klub Pecinta Bumi.

Junmyeon memutuskan untuk menunggu di dekat undakan tangga sambil mengarahkan pandangannya ke arah rumah kaca. Meskipun buram, kaca tersebut lumayan jernih untuk memerlihatkan sosok Irene yang sedang memegang pot dengan mulut yang bergerak-gerak. Kelihatannya sedang mengajar anak baru tentang tanaman apa saja yang ada di sana dan cara merawatnya.

Sungguh cantik, pikir Junmyeon, meskipun ada setitik tanah di wajahnya.

Tanpa diduga, Irene menoleh ke arahnya. Junmyeon sempat terkejut apalagi saat iris mereka bertemu. Untungnya lengkungan bahagia di wajah gadisnya membuatnya kembali tenang.

Mail ChroniclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang