04. naeun's mail • shoelaces

106 8 3
                                    

Shoelaces

Apink's Naeun
Beast's Gikwang

special appearance : wendy from red velvet

---------------------------------------------------

Hai! Selamat malam! Bagaimana kabarmu? Bukankah ini hari yang-

Berlari adalah kegiatan wajib yang dilakukan oleh Son bersaudara setiap sore, kecuali jika langit sedang tidak bersahabat. Awalnya, orangtua mereka yang selalu mengajak mereka untuk melakukannya dan meskipun sudah lama berpisah dengan orangtuanya. Son bersaudara tetap melakukannya. Mereka juga sudah berjanji untuk berlari bersama-sama dan tidak akan melakukannya jika salah satu dari mereka tidak ada di rumah.

Namun sebelum membuat perjanjian itu, mereka benar-benar ceroboh karena terlalu sering bersama. Dongwoon dan Naeun pernah melakukannya tanpa Wendy. Mereka yang sama-sama buta arah tersesat karena lupa jalan pulang mereka. Alhasil, baru malam hari mereka sampai di rumah.

Yang lebih tidak mengenakkan lagi adalah saat Dongwoon pergi menginap ke rumah temannya hanya untuk bermain game. Ketika itu, Dongwoon pergi tanpa meninggalkan uang sepeserpun untuk adik-adiknya. Jadilah, Naeun dan Wendy harus menanggung malu karena camilan mereka yang sangat banyak dibayar oleh Daehyun, teman mereka di perumahan yang sama.

Sore yang cerah ini, Wendy dan Naeun sudah siap dengan jaket dan celana olahraga mereka dan berada di teras rumah. Headset untuk mendengarkan lagu sudah terpasang di ponsel masing-masing. Wendy sudah terlebih dahulu selesai mengikat tali sepatunya.

"Dongwoon oppa, cepatlah!" seru Wendy sambil berkacak pinggang.

Agak lama mereka menunggu, tidak ada balasan dari dalam rumah.

Naeun yang sedang berkonsentrasi untuk mengikat tali sepatunya, mengusulkan. "Bagaimana kalau kamu menyusul ke kamarnya saja, Wen? Siapa tahu dia tertidur."

"Baiklah. Tunggu di sini ya, Unnie."

Naeun mengangguk seraya memandangi adiknya yang memasuki rumah lalu menghilang karena berbelok ke ruang tamu.

Lalu, tatapannya beralih pada tali sepatunya yang masih belum terikat. Bibirnya manyun dan dalam hati, Naeun mengutuk dirinya sendiri. Ia lebih tua dari kebanyakan remaja di perumahan ini, tapi mengapa ia tidak bisa mengikat tali sepatunya sendiri? Dongwoon pun sudah sering mengajarinya cara yang mudah. Sayangnya, Naeun malah menganggap cara Dongwoon lebih susah. Ini benar-benar menyebalkan!

Ugh! Seminggu yang lalu, Naeun berhasil mengikat tali sepatunya sendiri meskipun memakan waktu lama. Ia sudah memberitahu Dongwoon dan Wendy untuk tidak melepas ikatan tali sepatunya saat mendapat giliran untuk mencuci. Pasti salah satu dari mereka melupakan perkataan Naeun! Membuat Naeun semakin kesal dengan hal-hal yang berhubungan dengan simpul tali.

Tidak, tidak. Ia tidak boleh kesal. Jika seminggu yang lalu dirinya bisa melakukannya, seharusnya sekarang dia juga bisa kan?

Naeun pun menghela napas pelan, berusaha menenangkan diri. Setelah merasa lebih baik, ia ambil kedua ujung tali sepatunya. Mencoba mengikatnya dan membuat simpul, seperti yang sering Dongwoon ajarkan padanya. Semoga saja, kakak tertuanya itu memang tertidur supaya Naeun punya banyak waktu untuk latihan mengikat tali.

Berkali-kali ia hampir berhasil namun di saat-saat terakhir, selalu saja ia tidak bisa mengingat langkah final yang harus ia lakukan.

Tidak tahu ah, aku bingung!

Saking putus asanya, Naeun pun melempar ujung tali sepatunya yang sekarang menjuntai ke tanah. Dia hanya merundukkan kepalanya yang sengaja ia tempelkan di lutut sambil menunggu kedatangan kakak dan adiknya.

"Psst! Naeun!"

Panggilan tersebut tidak terlalu keras, tetapi juga tidak terdengar seperti orang berbisik. Namun tetap saja membuat Naeun sontak mendongakkan kepalanya. Mendapati sosok pemuda tampan sudah berdiri sambil membungkukkan badannya di depan pagar rumah Naeun.

"Gi-Gikwang?"

"Iya, hai," sapa Gikwang sambil melambaikan tangannya. "Aku boleh masuk?"

Naeun mengangguk tanpa memiliki keberanian lagi untuk memandang Gikwang. Pipinya sudah seperti kepiting rebus. Merah dan terasa panas sekali! "Bo-boleh, langsung dibuka saja."

Pemuda itu mendorong pintu pagarnya. Kemudian, ia melangkah mendekati Naeun dan duduk bersila di depan gadis itu. "Kamu kesulitan mengikat tali sepatu lagi ya?"

Naeun mengangguk.

"Mau aku bantu?"

Naeun mengangguk lagi.

Gikwang terkekeh, melihat wajah Naeun yang memerah. Tanpa sadar, membuatnya mengusap-usap rambut panjang gadis itu. "Kamu benar-benar manis ya."

Pyong! Kini bukan pipinya saja yang merona, hidung dan telinga ikut berubah merah. Pujian Gikwang nyaris membuat gadis itu berteriak sekencang-kencangnya sambil berlari menuju kamar untuk mengurung diri! Namun badannya sedang tidak sependapat dengan hatinya. Ia hanya bisa terdiam dan menempelkan kepalanya pada lututnya lagi.

"Naeun, jangan menunduk. Aku sengaja datang ke sini untuk melihatmu," ujar Gikwang yang sedang mengikat tali sepatu Naeun.

"Ka-kau tidak perlu melakukannya." Naeun memundurkan telapak kakinya agar Gikwang berhenti melakukannya. Tetapi, pemuda itu keras kepala. Ia malah mendekatkan badannya dengan gadis itu membuat Naeun makin tersipu malu.

Gikwang sangat tahu semuanya tentang Naeun. Melihat gadis yang ia sukai bertingkah aneh seperti ini, semakin yakin pula bagi Gikwang bahwa Naeun juga menyukainya.

"Naeun, Naeun. Kakakmu mana?" tanya Gikwang tiba-tiba.

Gadis itu menggeleng cepat. "Tidak tahu."

"Pergi denganku yuk."

Eh?

Kepala Naeun langsung mendongak saat mendengarnya. Ini gila! Wajah mereka benar-benar sangat dekat! Apalagi dengan senyuman khas Gikwang yang selalu ia sukai dari dulu.

"Yuk, lari denganku saja ya?"

Jika Gikwang mengatakannya dengan lengkungan bahagia itu, bagaimana Naeun bisa menolak?

Mail ChroniclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang