#05

1.4K 75 80
                                        

Hello everyone i'm back hehehe

Sebelum membaca jangan lupa VOTE dulu ya sebagai tanda dukungan kalian

📍Happy reading 📍

___________________________________________

___________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••••

"ALTAAA." Tara berteriak panik. Ia menepuk-nepuk pipi Alta berharap dia bangun tapi hasilnya nihil. Tara menyentuh dahi Alta. Dia tersentak karena sangat panas. Tanpa pikir panjang Tara segera memapah Alta menuju kamar tamu.

"Ugh, berat banget." Tara merasa pinggang nya pegal-pegal. Dia membaringkan tubuh Alta di kasur dan tak lupa menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. 

Tara juga meminta kepada Bi Asri untuk mengambilkan obat demam sekaligus termometer. Setelah di ukur suhu badan Alta mencapai 39°C.

"Panasnya sangat tinggi non. Apa sebaiknya kita panggil dokter saja?" Tawar Bi Asri khawatir terjadi sesuatu dengan Alta.

Tara melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 01:00 dini hari, "Tapi ini udah larut malam Bi. Pasti dokternya udah pada tidur."

"Lalu, kita harus bagaimana non? Bibi takut terjadi sesuatu sama den, Alta." Ucap Bi Asri sangat cemas. Beliau mondar-mandir tidak tenang.

"Tenang dulu, Bi. Alta pasti baik-baik aja. Jangan panik." Tara mengatakan itu untuk menenangkan Bi Asri walaupun sebenarnya dia sendiri juga ikutan panik karena tidak biasa menghadapi situasi genting seperti ini.

Tara menarik nafas dan mengembuskan nya perlahan. Ia memijit keningnya sambil berpikir keras, "Bi, bisa minta tolong ambilin kompresan sama air hangat gak?" Pinta Tara di angguki BI Asri.

"Bisa non, sebentar."

"Iya, Bi."

Sambil menunggu, Tara duduk di samping Alta. Ia membelai dahi Alta dan sesekali mengecup nya. Dalam keheningan itu Tara juga menggerutu, memarahi Alta dalam tidurnya karena terlalu keras kepala.

"Al, bangun dong. Jangan sakit." Pinta Tara meraih tangan Alta dan mencium nya sambil berharap agar dia cepat sadar.

Tara menunduk merasa bersalah, "Maaf, gara-gara aku kamu jadi begini." Dia meruntuki kebodohannya karena membiarkan Alta kehujanan. Seharusnya dia lebih cepat supaya Alta tidak terlalu lama menunggu nya di luar.

"Non, Tara?"

Tara tersentak, "Eh, iya Bi."

"Ini non kompresan sama air hangat nya."

"Makasih banyak ya Bi, maaf jadi ngerepotin bibi malam-malam begini." Tara tersenyum canggung, merasa tidak enak hati.

"Santai aja non. Ini udah jadi tugas bibi buat selalu membantu non, Tara."

ALTARA 2 : FOREVER LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang