Lanjutan Kisah Cinta ALTARA bagian 2.
Alta Arsenio Wijaya, sang raja jalanan yang menjabat sebagai ketua geng motor paling berpengaruh di Jakarta. Dijuluki sebagai dewa kematian yang tak kenal ampun dengan musuhnya. Otoriter, kejam, dan tak berperas...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Menangis bukan tanda kita cengeng tapi tanda kalau kita punya perasaan." Alta Arsenio Wijaya
•••••
Alta mengepalkan tangannya dengan erat, "Saya akan buktiin kalau perkataan om salah!"
"Silahkan! Tapi ingat satu hal, kalau ucapan saya benar. Maka kamu orang pertama yang akan saya bunuh!" Tegas Leon menekankan penuh setiap perkataannya. Tatapannya tajam dan penuh intimidasi.
"Dad, udah!" Tara berdiri menengahi dua orang yang sedang melempar tatapan sengit. Seolah tak mau kalah dengan argument nya masing-masing.
Tatapan Leon beralih kepada putrinya, "Tara, Dad sangat kecewa. Tidak hanya berbohong tapi kamu juga melanggar janji dengan dad. Padahal Dad sudah menaruh kepercayaan besar sama kamu. It's really hurt."
Tara menunduk merasa bersalah, "M-maaf dad."
"Mulai sekarang Dad akan menyuruh orang untuk mengawasi kamu. Apapun yang kamu lakukan harus dalam pantauan Dad."
"Tapi, Dad..."
"Tidak ada bantahan, Tara! Ini hukuman karena kamu sudah melanggar janji dengan dad!" Ucap Leon dengan tegas.
"Iya Dad." Tara mengangguk paham sambil meremas jemari nya. Hal yang paling dia takutan benar-benar terjadi. Tidak akan ada kebebasan lagi untuknya.
Leon menatap keduanya sebentar. Kemudian, pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia bahkan tidak memberi pelukan hangat yang biasanya dia lakukan ketika bertemu Tara. Padahal ini pertemuan pertama mereka setelah satu bulan tidak bertemu.
"Maaf. Gara-gara aku kamu sampe dihukum." Ucap Alta menatap Tara dengan perasaan bersalah. Kalau tau begini dia tidak akan melakukannya. Alta pikir tidur bersama tidak akan menjadi masalah selama mereka tidak macam-macam tapi ternyata itu justru menjadi boomerang untuk mereka berdua.
Tara menyeka air matanya yang jatuh, "It's okey, aku juga salah." Dia menggigit bibirnya bawahnya menahan isak tangis.
Alta menarik Tara kedalam pelukannya, "Nangis aja. Jangan ditahan."
"T-tapi.."
"Nangis bukan berarti cengeng tapi tanda kalau kita manusia yang punya perasaan." Perkataan Alta mampu merobohkan tembok pertahanan yang Tara bangun. Gadis itu tak bisa lagi menahan air matanya. Akhirnya dia menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Alta.