Lanjutan Kisah Cinta ALTARA bagian 2.
Alta Arsenio Wijaya, sang raja jalanan yang menjabat sebagai ketua geng motor paling berpengaruh di Jakarta. Dijuluki sebagai dewa kematian yang tak kenal ampun dengan musuhnya. Otoriter, kejam, dan tak berperas...
Absen dulu dong seberapa excited kalian baca cerita ALTARA?
Sebelum baca VOTE dulu ya biar ga kelupaan
__________________________________________
••••
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alta menarik sudut bibirnya, tersenyum puas memandangi postingan Instagram yang kemarin malam dia-upload. Banjiran like dan komentar membeludak di akun instagramnya. Dulunya private kini sudah publik. Bisa dilihat siapapun. Bahkan followers nya kian bertambah setiap detiknya. Para netizen berlomba lomba mengomentari postingan yang cukup menggemparkan itu. Hanya dalam waktu singkat postingan itu sudah mendapat ratusan ribu like dan puluhan ribu komentar.
"Gila, Al. Bukan main gebrakan nya langsung trending topic tau gak." Ucap Reno berdecak kagum.
"Ini yang lo maksud cara ampuh, Al?" Tanya Darren baru memahami makna perkataan Alta tadi malam.
"Hm."
"Yakin gue setelah ini pasti gak bakalan ada yang deketin cewek lo kecuali kalo dia emang mau cari masalah." Sahut Daffa sambil meneguk minuman bersoda.
"Emang itu tujuan gue." Alta mengulas senyum penuh arti.
"Udah jangan diliatin terus nanti mata kamu sakit." Ejek Tara.
Alta terkekeh, memasukkan ponselnya kedalam saku celananya, "Kalau liatin kamu boleh kan?" Ia meletakkan tangannya di atas meja. Menopang dagunya, menatap Tara yang sedang makan dari samping. Menikmati kecantikan gadis itu.
"Sepuasnya juga boleh."
Cup
"Gila cantik banget pacar gue." Alta mengecup pipi Tara karena tak tahan. Dia gemas ingin mencubit nya tapi takut gadis itu marah.
Tara melotot, "Alta! Ini di kampus, please jaga sikap!"
"Kamu sih gemesin."
"Augh, sakit Al!"
"Cium sekali lagi boleh?"
"Nggak boleh!"
"Sekali aja sayang."
"Alta!"
"Iya deh. Sini, jangan jauh-jauh duduknya." Alta menarik pinggang ramping Tara. Melingkarkan lengannya dengan posesif. Menunjukkan kepemilikan mutlak.
"Buset dah, Al. Posesif amat."
"Harus, nanti diambil orang."
"Emang siapa yang berani ngambil, Tara dari lo? Yang ada mereka babak belur duluan."