Lanjutan Kisah Cinta ALTARA bagian 2.
Alta Arsenio Wijaya, sang raja jalanan yang menjabat sebagai ketua geng motor paling berpengaruh di Jakarta. Dijuluki sebagai dewa kematian yang tak kenal ampun dengan musuhnya. Otoriter, kejam, dan tak berperas...
Makasih karena udah setia nungguin cerita ini update 🥰
Oke, sebelum baca VOTE dulu ya
Oh iya cerita ini belum masuk konflik ya karena masih awal-awal jadi kita santai dulu jangan tegang-tegang okey
Siapin mental kalian karena ada kejadian gak terduga yang bakalan bikin shick shack shock hahaha
Mari kita nikmati setiap alur nya biar nnti ga bingung. Kok bisa begini kok bisa begitu hehe. Semuanya ada proses ya say Thank you
[Happy Reading]
___________________________________________
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
••••
Alta mengetuk-ngetuk ujung pulpen ke permukaan meja kemudian memutar-mutarnya untuk menghilangkan rasa bosan. Baru tiga puluh lima menit berlalu sejak dia masuk kelas management bisnis. Tapi pantatnya sudah gatal ingin keluar. Matanya tak henti-hentinya melirik jam dinding, berharap kelas cepat berakhir.
"Maaf pak saya terlambat." Alta mengalihkan pandangannya ke pintu. Seorang pemuda meminta izin agar bisa memasuki kelas.
"Dari mana saja kamu, Brian? Kenapa terlambat?" Pria paruh baya yang sering dipanggil pak Tito itu memarahinya. Menatap Brian dari atas hingga bawah.
"Maaf pak, tadi saya ada urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan." Brian beralasan tapi tidak menyebutkan secara rinci.
"Lebih penting mana antara kuliah?"
"Dua-duanya penting bagi saya pak tapi karena itu lumayan urgent jadi saya tidak bisa meninggalkannya."
"Huh, "Pria itu menghela nafas lelah sambil mengusap wajahnya gusar, "Ya sudah kamu boleh masuk. Saya tidak pernah melarang mahasiswa untuk belajar meskipun dia terlambat. Setidaknya kamu masih punya niat untuk mengikuti kelas saya."
"Terima kasih banyak pak." Brian menaiki anak tangga dan kemudian duduk di kursi yang kosong. Jaraknya lumayan jauh dari Alta.
"Baik, kita lanjutkan sampai mana tadi?" Pria paruh baya itu kembali melanjutkan kelasnya yang sempat tertunda. Pak Tito di kenal sebagai dosen baik hati. Dia tidak pernah menolak mahasiswa yang datang terlambat. Dia menghargai siapapun yang ingin mengikuti kelasnya. Selama ada kemauan untuk belajar kenapa harus di tolak? Itu prinsip kerja pak Tito.
Selama kelas berlangsung Alta tak henti-hentinya memperhatikan Brian. Akhir-akhir ini dia jarang berkumpul di markas. Di grup chat pun dia tidak pernah nimbrung lagi. Penampilannya pun berubah drastis. Brian dulunya sangat rapi tapi sekarang terlihat acak-acakan.