•
•
🌺🌺🌺
•
•Ketika Luna tiba di rumah dari Diagon Alley, ia benar-benar kacau. Berulang kali, ia memutar ulang seluruh percakapan dengan Draco di benaknya, meragukan keputusannya. Sebagian besar, ia merasa telah melakukan hal yang benar dengan menolak permintaan Draco untuk menjadi bagian dari kehidupan Dallen, tapi jauh di lubuk hatinya ia tidak bisa menahan perasaan seolah ia telah mengambil sesuatu dari Draco yang bukan miliknya. Setelah menyusui Dallen dan membaringkan bayi itu di tempat tidur, Luna menuju dapur untuk menyiapkan sesuatu untuk dimakan. Saat ia duduk di meja untuk makan malam, ada ketukan keras di pintunya. Saat membukanya, Luna terkejut melihat ayah kandung putranya berdiri di sana.
"Luna, please," ucap Draco, tangannya mencegah Luna menutup pintu tepat di depan wajahnya. "Aku hanya ingin berbicara denganmu tanpa penonton, tanpa orangtuaku di sana. Kumohon, dengarkan aku."
Akhirnya Luna membuka pintu sepenuhnya, dan mempersilahkan Draco masuk. Saat berjalan kembali ke ruang makan, Draco mengikuti Luna.
"Kau mau pasta?" tanya Luna sambil menunjuk ke arah makan malam yang telah dibuatnya.
"Um, tentu," ucap Draco, skeptis, tidak yakin apakah Luna mampu membuat sesuatu yang bisa dimakan atau tidak. Tanpa bersuara, Luna menyiapkan piring mereka dan memutuskan bahwa situasinya sekarang memang memungkinkan untuk berbicara, ia juga menuangkan segelas anggur untuk mereka berdua. Beberapa menit pertama makan malam mereka dihabiskan dalam keheningan, tapi menyadari bahwa ini tidak akan membawa mereka ke mana pun, Draco akhirnya berbicara. "Ini benar-benar enak."
"Terima kasih," jawab Luna.
"Kenapa kau marah padaku?" tanya Draco tiba-tiba sambil meletakkan garpunya dan mendekatkan gelas anggur ke bibirnya.
"Kau mengancam akan mengambil anakku," ucap Luna kesal.
"Tidak, kau marah padaku sebelum itu," bantah Draco. "Jika tidak, kau pasti sudah mengatakan padaku bahwa kau hamil, atau setidaknya tidak menolak untuk membiarkanku menjadi bagian dari hidup Dallen begitu aku mengetahuinya. Jadi, ada apa? Malam itu di menara, apa aku menyakitimu dan tidak menyadarinya?"
"Tidak," jawab Luna.
"Apa karena pengalaman pertamamu? Karena jika memang begitu, maka itu belum tentu salahku. Aku pernah mendengar bahwa pengalaman pertama selalu menyebalkan bagi seorang gadis," ucap Draco sambil tertawa canggung.
"Tidak. Aku tidak benar-benar marah padamu sampai kau mengancam akan mengambil Dallen dariku."
"Kau sudah marah jauh sebelum aku memberi ancaman itu. Jika kau tidak mau memberitahuku apa alasanmu marah padaku, maka setidaknya beritahu aku kenapa kau sangat bersikeras agar aku tidak menjadi bagian dari kehidupan anakku?" tanya Draco, melanjutkan makannya.
"Aku tidak suka keluargamu atau apa yang mereka perjuangkan, dan aku tidak ingin kepala anakku dipenuhi dengan sampah itu," jawab Luna sambil menghabiskan anggurnya dalam sekali teguk.
"Aku bukan ayahku. Aku tahu aku telah melakukan beberapa kesalahan dan melakukan beberapa hal yang sangat buruk, tapi aku bukan orang jahat. Aku sama mampunya menjadi orang tua yang baik sepertimu. Ketika kita berhubungan seks, tidak satu pun dari kita berencana untuk memiliki anak di dunia ini, tapi kita melakukannya. Dan aku memiliki hak yang sama untuk menjadi ayahnya, seperti halnya kau menjadi ibunya."
"Apa yang kau inginkan?" tanya Luna singkat.
"Kenapa kita tidak bisa menjadi keluarga?" tanya Draco. "Kita bisa mencoba menjadi keluarga, kau dan aku."
"Tidak."
"Kau bahkan tidak mau mencoba?"
"Tidak, aku seorang ibu berusia tujuh belas tahun. Aku tidak punya waktu untuk mencoba," jawab Luna sambil menuangkan segelas anggur lagi untuk dirinya sendiri dan segelas lagi untuk Draco.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coincidence | Druna | END✔
Fanfiction[LENGKAP] Tepat sebelum meninggalkan Hogwarts untuk selamanya, Draco dan seorang gadis dari asrama lain menghabiskan malam bersama di menara. Tanpa disadari Draco, malam itu membuatnya menjadi seorang ayah. Apa yang terjadi ketika ia bertemu lagi de...