•
•
🌺🌺🌺
•
•Setelah Luna mendapatkan semua yang dibutuhkan, ia segera pulang ke rumah agar ia bisa mulai menyiapkan makan malam. Ketika ia memasuki rumah, ia terkejut mendapati bahwa suasana benar-benar sunyi. Luna mengira Draco dan teman-temannya akan mengacaukan segalanya, tapi ternyata tidak. Sebaliknya, ketiganya dan Dallen tidak terlihat di mana pun. Dengan asumsi bahwa mereka pergi keluar, Luna bergegas ke dapur dan mulai menyiapkan makanan.
Tepat saat jam berdentang pukul enam, Luna akhirnya sampai pada titik di mana semuanya sudah cukup beres dan dirinya bisa bersiap-siap untuk malam itu. Saat ia berjalan menuju tangga, pintu depan terbuka, Draco dengan Dallen yang sedang tidur di kereta dorongnya memasuki serambi.
"Hai," sapa Luna ceria, tidak seperti biasanya, ia masih merasa gembira setelah bertemu dengan Neville. "Kalian dari mana saja?"
"Kami membawa Dallen ke Diagon Alley sebentar lalu menuju taman," jelas Draco, sambil melepas jaketnya. Luna harus mengakui, hanya beberapa jam tak bertemu Dallen rasanya cukup berat baginya. Ia sangat merindukan anaknya itu. Sambil menggendong Dallen, Luna memberikan kecupan ringan di kening bayi itu.
"Dia sepertinya sangat nyenyak," ucap Luna sambil terkikik, memperhatikan bagaimana kelopak mata Dallen tidak bergerak saat ia menimang-nimang bayi itu. "Kau pasti membuatnya kelelahan."
"Ya, dia jadi pusat perhatian, itu sudah pasti," ucap Draco, mengenang sore harinya bersama Dallen dan teman-temannya. "Zabini dan Goyle menganggap Dallen cukup berguna."
"Apa maksudmu?" Luna tidak suka mendengar itu. Semua teman Draco cukup terkenal karena perilaku mereka yang kurang menyenangkan dan Luna tidak yakin apakah ia ingin tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan saat ia pergi.
"Ternyata bayi adalah magnet untuk para gadis," jelas Draco, sambil tertawa melihat ekspresi wajah Luna. "Zabini berhasil meyakinkan seorang penyihir wanita bahwa Dallen adalah anaknya. Gadis itu bahkan tidak menyadari bahwa Zabini berkulit hitam dan Dallen tidak."
"Kau memanfaatkan anakku..."
"Anak kita," Draco mengoreksi, sambil berjalan ke dapur untuk mengambil sesuatu untuk diminum, Luna mengekor di belakangnya, bersiap untuk mengomel.
"Anak kita," ulang Luna, merasa terganggu dengan koreksi Draco, "Dimanfaatkan untuk menarik gadis-gadis?"
"Ya, dan itu berhasil dengan sangat baik," ucap Draco puas, sambil mencubit pipi Luna main-main. "Mereka tidak menyakitinya, jadi tidak perlu marah-marah."
"Tidak bisakah kalian bermain petak umpet saja, daripada memanfaatkan Dallen untuk menggaet para gadis," gerutu Luna sambil menepis tangan Draco, tapi ia tersenyum tipis memecah tatapan tegas yang berusaha ia berikan pada Draco.
"Aku tidak memanfaatkan Dallen untuk itu. Teman-temanku yang melakukannya, dan jika itu akan memengaruhi Dallen, aku tidak akan membiarkannya. Terus terang saja, anak kita suka perhatian." Draco berbalik dan meninggalkan dapur dengan es teh di tangan, tapi kemudian ia kembali setelah menyadari bahwa ia lupa membawa Dallen. Luna setengah hati tidak ingin menyerahkan Dallen pada Draco, tapi karena ia hanya punya puny awaktu satu setengah jam sebelum tamu mereka tiba, ia memutuskan untuk membiarkan Draco membawa bayi itu sehingga ia bisa mandi dan bersiap-siap.
"Terserah apa katamu," gerutu Luna, menandakan akhir perdebatan mereka yang menyenangkan dan menyerahkan Dallen pada Draco. "Bisakah kau memandikannya dan mengganti pakaiannya sementara aku mandi?"
"Itu memang rencanaku," jawab Draco meyakinkan, sambil menggoyang-goyangkan bayi yang sedang tidur itu dengan lembut hingga bayi itu terbangun. Ternyata ini adalah kesalahan, karena Dallen mulai menangis sekeras-kerasnya. "Ada yang sedang rewel."
![](https://img.wattpad.com/cover/373544924-288-k687183.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Coincidence | Druna | END✔
Fanfic[LENGKAP] Tepat sebelum meninggalkan Hogwarts untuk selamanya, Draco dan seorang gadis dari asrama lain menghabiskan malam bersama di menara. Tanpa disadari Draco, malam itu membuatnya menjadi seorang ayah. Apa yang terjadi ketika ia bertemu lagi de...