15 - Kekacauan

113 18 0
                                    



🌺🌺🌺

Butuh beberapa saat bagi Draco untuk pulih dari keterkejutannya saat mendapati Severus Snape berdiri di serambi rumahnya, tapi setelah beberapa saat, ia akhirnya bisa menenangkan dirinya dan menyapa tamunya dengan baik. Draco tahu bahwa jika orang tuanya melihat betapa buruknya ia sebagai tuan rumah, ia mungkin tidak akan pernah mendengar omelan orang tuanya berakhir. Terutama karena mereka telah menghabiskan banyak uang untuk kelas etiket selama beberapa tahun untuknya. Saat Draco mengantar Snape ke ruang duduk tempat yang lain menunggunya, ia tidak bisa menahan perasaan seperti ia akan segera mendekati kehancurannya sendiri. Draco tahu bahwa ini bisa terjadi dalam satu dari dua kemungkinan; Luna akan menangis histeris saat gadis itu melihat Snape, atau gadis itu akan melampiaskan kemarahan yang telah gadis itu tahan sejak Snape membuang semua penelitiannya ke dalam api. Sebagian kecil dari diri Draco ingin Luna marah. Draco sama sekali tidak suka terhadap Luna yang menahan amarahnya, dan menurutnya bahwa melampiaskan rasa frustrasi akan membantu membuat keadaan menjadi lebih baik, tidak hanya untuk Luna, tapi juga untuk Draco dan Dallen juga.

Menatap pria yang berjalan di sebelahnya, Draco tak dapat menahan perasaan bahwa Snape bersemangat untuk ini. Draco selalu tahu bahwa mantan profesornya itu senang meneror orang, bahkan jika dirinya berada di pihak yang baik, yang telah dibuktikannya selama pertempuran terakhir melawan The Dark Lord, tapi bahkan hal itu tidak dapat membuat Draco mengerti mengapa Snape tampaknya membenci Luna. Saat mereka mendekati ruang duduk, Draco diliputi keinginan untuk mengutuk Snape habis-habisan karena tidak hanya membuang penelitian Luna ke dalam api, tapi juga karena efek abadi yang ditimbulkan oleh tindakannya itu. Meskipun butuh banyak usaha, Draco mampu mengendalikan amarahnya dan dengan sopan mengarahkan tamunya itu.

Saat Draco dan Snape memasuki ruang duduk, ia disambut oleh pemandangan semua orang yang membelakanginya, mereka semua sibuk menatap Dallen yang berbaring di pelukan Lucius. Draco terkejut bahwa Luna mengizinkan Lucius menyentuh Dallen, apalagi membiarkan ayahnya menggendong bayi itu. Sebelum Draco sempat berbicara, Snape mendahuluinya dengan berdeham keras. Suara tak terduga itu membuat kepala semua orang di sana menoleh ke arah pintu. Satu-satunya orang yang tampaknya tidak terkejut dengan kehadiran Snape adalah Lucius, yang duduk sambil menggendong cucunya dengan pelan, seringai puas terukir di wajahnya.

"Severus," sapa Lucius, sedikit terlalu gembira. "Senang kau bisa datang." Sambil berdiri, Lucius menyerahkan Dallen pada Narcissa dan berjabat tangan dengan erat untuk menyambut teman lamanya itu. "Aku pikir kau tidak akan bisa hadir."

"Sudah cukup lama sejak terakhir kali aku bertemu Draco," jawab Snape. "Dan kurasa aku satu-satunya orang dalam radius dua puluh mil yang belum pernah bertemu dengan anggota Malfoy terbaru." Sambil berjalan ke arah Narcissa, Snape menyapa wanita itu sebelum mengambil alih menggendong Dallen.

Ketika Snape melakukan itu, Draco yakin bahwa Luna pasti akan marah, tapi sebaliknya, Luna hanya berdiri terpaku di tempatnya dengan ekspresi kosong di wajahnya; ekspresi yang tidak bisa dibaca Draco.

"Beruntung bagi anak ini, dia telah mewarisi sebagian besar sifat Malfoy. Dia cukup tampan." komentar Snape.

"Benarkah?" ucap Narcissa dengan bangga, sambil memainkan salah satu tangan mungil Dallen sementara Snape menggendong bayi itu. "Dia tampak seperti ayahnya saat dia masih bayi, bukan?"

"Tentu saja," Snape setuju, menatap bayi itu lalu ke Draco dan kembali ke bayi itu, seolah-olah ia sedang mengecek kemiripan mereka. "Apa yang terjadi pada ibu anak laki-laki ini?

"Nama anak laki-laki itu Dallen," gerutu Draco, tidak menyukai cara mantan profesornya itu menyapa putranya. "Dan kenapa sesuatu terjadi pada Luna?"

"Ah, ya, aku lupa kalau Ms. Lovegood adalah ibunya," ucap Snape datar. "Well, setidaknya garis keturunan dari pihak ayah cukup bagus. Apa dia sudah menyerahkan hak asuhnya?"

Coincidence | Druna | END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang