Dua Belas

664 111 19
                                    

Mobil yang dikendarai oleh Arantxa melaju di jalanan Jakarta yang padat, walau ia dan Cacha  baru pulang pukul sepuluh malam, karena meskipun menolak ajakan keluarga El untuk makan malam, Ara harus membawa Cacha untuk makan malam. Mereka memilih restoran di daerah Kemang. Dan karenanya, Chaca harus melupakan Sour Sally.

"Lo yakin mau langsung balik ke apartemen?" tanya Cacha. Setengahnya dia agak khawatir dengan sikap sahabatnya kali ini. Sepanjang acara makan malam mereka di Kembang Lawang tadi, Cacha melihat sorot mata Arantxa yang seolah masih menyimpan shock.

Memang yang terjadi hari ini terlalu banyak dan berat untuk dicerna. Pertama -tama, rupanya yang menggantikan Pak Prihadi sebagai direktur marketing Suaka Rembaka adalah lelaki yang berusia 35 tahun. Berwajah mirip Chris Pine. Dan pada suatu masa lelaki itu pernah mendatangi meja tempat mereka makan di sebuah restoran bakmi di mal. Tanpa alasan yang jelas mengajaknya berkenalan.

Belum lagi kejadian tempo hari sewaktu Arantxa baru pulang dari tempat gym, lalu tahu- tahu saja lelaki itu sudah nongol fi hadapannya.

Yang kedua, jelas-jelas Cacha bisa melihat bahwa lelaki itu sebenarnya sangat berminat pada Arantxa, akan tetapi, Arantxa terlihat ingin pergi ke tempat di mana ia bisa menjauh dari lelaki itu.

Dan yang ketiga, Arantxa menolak untuk diajak bergabung makan malam padahal tadinya dia sudah excited banget ingin bertemu dengan teman lamanya, sampai bela-belain menghadang kemacetan Jakarta yang sinting pada pukul lima sore.

"Yakin." Jawab Arantxa tanpa menoleh. "Atau gue putar balik ke Nemesis saja!"

"Udah dong, Ra." Danisha merasa bahwa sahabatnya sudah cukup merusak diri. "Dalam sebulan ini berapa kali lo hangover? Alkohol itu hanya bekerja dengan baik di negara-negara yang punya empat musim. Yang suhu udaranya minus. Di negara tropis, minuman itu bisa merusak tubuh lo yang cantik itu!"

"Gue nggak tahu kalau itu laki adalah kakaknya El."

"Then that's not your fault. Nggak semua hal lo mesti tahu. Nggak semua hal yang terjadi mesti Lo pikirin juga. Santai sedikit dong. Lo tuh terlalu tegang tahu, nggak."

Mobil berhenti di lampu lalu lintas yang menyala merah. Barisan mobil dan motor mengular. Wajah-wajah  yang tampak tidak sabar. Sama-sama ingin segera tiba di tempat tujuan. Sementara tujuan Danisha adalah ke kosannya di Melawai.

Keluarga wanita itu tinggal di Bekasi. Cacha adalah sulung dari empat bersaudara. Dan baru beberapa bulan yang lalu, Shanina, adiknya yang terpaut dua tahun lebih muda dari Danisha, sudah dilamar oleh teman SMA nya itu. Sementara Cacha yang paling sulung malah belum memperlihatkan tanda-tanda akan mendapatkan jodoh.

Meski begitu, Cacha terlihat amat santai. Tidak terlalu ambil pusing. Namun begitu, Arantxa selalu merasa khawatir bila Cacha memendam kesedihannya seorang diri tanpa mencurahkannya pada para sahabatnya. Gretha atau Arantxa. Sikapnya yang cenderung ekstrover, membuatnya terlihat selalu ceria. Bahkan walau dirinya banyak digosipkan yang bukan-bukan, Cacha selalu menanggapinya dengan cuek-cuek saja.

Tadi ketika orangtua El menawari untuk ikut serta makan malam, Arantxa dengan terpaksa menolak. Berada di ruangan yang sama dengan Rayan sebanyak dua kali dalam sehari jelas tidak akan mampu ditanggungnya tanpa keinginan untuk melemparkan piring porselen atau guci antik di rumah besar koleksi Monica Soerja ke wajah tampannya itu.

Ya. Dia tampan. Akan tetapi tetap saja bagi Arantxa Titania Gunawangsa, seorang Narayan Rawikara Soerja Rembaka tidak lebih dari seorang asshole sejati.

Menyembunyikan siapa dirinya yang sebenarnya dari Arantxa. Memangnya ini permainan? Seharusnya lelaki itu tahu, kalau Arantxa bukanlah tipikal wanita yang silau oleh harta. Atau ketampanan dan kemapanan.

In Between Where stories live. Discover now