✨.2 : Protect Each Other

102 16 29
                                    

“Jangan biarkan cahaya kita meredup sedikitpun, atau cahaya kita akan menghilang!”


***

Assalamualaikum. Ayah, Bunda!! Bintang pulang!” teriak Bintang yang sedang bahagia karena mendapatkan teman baru saat memasuki rumah besarnya itu.

Waalaikumsalam,” jawab Kara yang datang bersamaan dengan Tara.

“Ayah, Bunda. Ini Bulan, teman baru Bintang. Kita bertemu saat Bintang main di taman tadi. Oh, iya, ternyata rumah besar yang ada di seberang rumah kita itu adalah rumahnya Bulan. Bukankah itu hal yang sangat kebetulan?” Bintang benar-beanr sangat bersemangat menceritakan tentang teman barunya itu kepada Kara dan juga Tara.

“Kamu cantik dan manis sekali, Sayang.” Kara yang merasa gemas kepada Bulan itu pun langsung mengusap lembut puncak kepala Bulan.

“Terima kasih, Tante.”

“Jangan panggil Tante, panggil saja kami Bunda dan Ayah, seperti yang Bintang lakukan,” kata Kara yang langsung mendapat anggukkan setuju dari Tara.

“Iya, Nak. Kamu boleh memanggil kami dengan  sebutan Ayah dan Bunda.”

Bulan tersenyum sambil mengangguk. Dia benar-benar senang, rasanya dia baru merasakan kembali kasih sayang dan perhatian, walaupun itu bukan dari kedua orang tuanya, tapi Bulan benar-benar senang, sampai dia tidak ingin menghilangkan di wajahnya yang manis dan cantik tersebut.

“Yeayyyy!” Bintang bersorak senang. “Kalau begitu, mulai sekarang Bintang punya Adik perempuan,” lanjutnya.

“Kenapa aku harus menjadi Adikmu? Bukannya kita ini seumuran?”

“Kan aku ini laki-laki jadi aku yang harus jadi Kakak kamu, Bulan.”

“Siapa yang bilang jika anak laki-laki yang harus selalu menjadi seorang Kakak?”

Bulan dan Bintang mulai berdebat tentang usia mereka. Kara dan Tara yang melihat hal ini pun hanya diam sambil menahan tawa, melihat tingkah laku kedua anak manis yang ada di hadapan mereka ini.

“Lho, aku salahnya di mana? Bukannya seorang laki-laki itu memang yang harus menjadi pemimpin kan? Dalam artian menjaga dan melindungi. Sama dong kayak Kakak yang selalu menjaga Adiknya.”

“Haish, kenapa kamu ini sangat pintar berbicara? Mungkin kita memang seumuran, tapi bisa saja kan aku lahir lebih dulu daripada kamu.”

“Itu tidak mungkin. Memangnya kamu lahir bulan apa? Aku Maret!”

“Tuh kan, benar. Aku lahir bulan  Januari. Aku lahir lebih dulu daripada kamu. Jadi, aku yang jadi Kakaknya dan kamu Adiknya. Okay, Dedek Bintang?” Kata Bulan bangga sambil mengejek Bintang.

“Pokoknya aku yang harus jadi Kakaknya titik!” kekeh Bintang.

“Sudah-sudah, kenapa kalian malah jadi bertengkar seperti ini? Siapa yang menjadi Kakak ataupun Adik itu tidak penting. Karena yang terpenting adalah, mulai sekarang kalian harus saling menjaga dan melindungi satu sama lain. Mulai hari ini, anggap saja kalian ini saudara.” Tara yang benar-benar sudah gemas itu pun langsung melerai perdebatan yang terjadi di antara Bintang dan juga Bulan.

“Nah, kalau sama apa yang dikatakan Ayah, aku setuju,” kata Bulan.

“Ya sudah.  Intinya mulai sekarang kita keluarga. Deal?” Bintang mengulurkan tangannya ke arah Bulan.

Tanpa ragu, Bulan langsung menjabat tangan Bintang. “Deal!”

“Kalian ini kenapa lucu sekali.” Bahkan Kara sudah tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mencubit kedua pipi anak manis itu.

STARLIGHT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang