✨. 10 : Lightning And Starlight

90 9 23
                                    


"Tak ada pun satu manusia di dunia ini yang tidak dihinggapi masalah. Semua manusia tentu mempunyai rasa sakit dan masalahnya masing-masing. Dan itu berlaku untukmu dan juga Papa. Tuhan memberikan rasa sakit ini, karena Tuhan tahu, kamu  bisa menghadapinya. Karena Tuhan tidak akan pernah memberikan ujian di luar batas kemampuan hambanya."

***

"Jangan bercanda!" Bara sedikit meninggikan suaranya. Dia mulai kesal. Karena jika Bintang benar-benar bercanda, ini sama sekali bukan hal yang lucu.

Bintang tersenyum. "Aku sudah tahu jika respon yang akan Abang berikan akan seperti ini. Jadi lupakan saja!"

"Jadi apa yang kamu katakan itu benar?" tanya Bara sekali lagi, kali ini dengan nada yang normal. Takut jika suaranya akan membangunkan Bulan yang sudah terlelap.

"Aku sudah besar, Bang. Aku sudah bisa membedakan mana waktu yang tepat untuk bercanda dan mana waktu yang tepat untuk serius. Dan kali ini, aku sedang berbicara serius. Untuk apa aku bercanda tentang hal ini? Aku bahkan tidak pernah menceritakan tentang hal ini kepada Ayah dan juga Bunda, karena aku tidak ingin membuat mereka tambah khawatir. Yang tahu tentang hal ini hanya Bulan. Dan karena sekarang ada Abang di sini, mungkin akan lebih baik jika Abang juga tahu tentang hal ini," tutur Bintang sambil menatap Bara dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

Awalnya Bara  ragu dengan apa yang dikatakan oleh Bintang, tapi setelah dia perhatikan baik-baik kedua mata Bintang tidak ada kebohongan di matanya, yang berarti itu benar. Bintang tidak berbohong.

"Apa yang dia lakukan? Apa dia menyakitimu secara fisik? Apa dia merundungmu? Cepat kasih tahu Abang!" Bara mulai sewot.

Bintang menggelengkan kepalanya cepat. "Dia sama sekali tidak menyakitiku secara fisik, bahkan dia juga tidak merundungku. Aku sudah mengatakannya di awal, jika dia tidak berniat ingin menyakiti. Tapi, tanpa disadari dia menyakitiku secara tidak langsung. Karena dia tidak tahu jika aku sakit. Mungkin, jika dia tahu, dia tidak akan bertindak sejauh ini," dengan tenang Bintang mulai menceritakan permasalahan yang dia alami di sekolah selama ini kepada Bara. Karena Bintang tahu jika Kakaknya itu pasti bisa memberi saran atas masalah ini. Mungkin dia juga bisa mencari jalan keluarnya.

"Langsung atau pun tidak langsung tetap saja pada akhirnya dia menyakitimu, Bintang. Dan kamu berpikir jika dia tahu kamu sakit dia akan berhenti melakukannya? Begitu?"

"Iya, aku tahu. Entahlah, itu hanya pendapatku saja. Aku tahu, dia anak yang baik, Bang. Dan pada dasarnya dia memang anak yang baik, penurut, dan pandai." Bintang adalah bintang, dia selalu berusaha untuk tetap bersinar dan menyebarkan energi yang positif, dia tidak ingin energi negatif merusak pikirannya.

"Jika dia memang anak yang baik, dia tidak akan melakukan hal itu, Bintang Faziel Azhar!" Tampaknya Bara mulai gemas dengan Adik kecilnya itu.

"Dia memang anak yang baik, Bang. Jika Abang bertemu dengannya mungkin Abang juga akan berpikiran sama denganku. Dia selalu tersenyum, belum lagi dia mempunyai lesung pipi yang membuatnya terlihat semakin manis dan tampan. Dia memang baik, Bang, he really do. Hanya saja dia tidak menyukaiku, dia memang tidak menunjukkan secara langsung jika dia tidak menyukaiku, dia selalu menutupinya dengan senyuman. Mungkin dia berpikir jika aku tidak mengetahuinya, tapi dia salah, tentu saja aku tahu. Seperti yang Bulan katakan, mungkin  bibirnya tersenyum tapi matanya tidak berbohong jika dia tidak suka atau mungkin membenciku. Perlu digaris bawahi, dia seperti itu hanya kepadaku!"

STARLIGHT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang