Waktu sepertinya terhenti. Setiap langkah mendekati kamar, Ahyeon merasakan semuanya. Jemarinya yang bertautan dengan Rora, menarik adik kelas itu, seolah memberikan keberanian.
Suasana sunyi hanya dipecah oleh suara angin yang berhembus cukup keras di luar jendela, menciptakan irama alam yang mendampingi perjalanan mereka menuju tempat yang lebih tenang. Rasanya setiap langkah adalah pengingat akan sesuatu yang baru saja terjalin, membuat keduanya semakin dekat.
Ahyeon membuka pintu kamar dengan tangan yang sedikit bergetar. Detak jantung keduanya berdetak sangat cepat, seolah-olah melawan ritme normalnya.
Bahkan rasa gengsi tidak mampu menutupi intensitas detak jantung itu, yang kini menjadi latar musik malam itu. Rasanya seakan ruangan tersebut dipenuhi oleh suara detakan yang berirama, mengiringi setiap gerakan mereka.
Ketika sampai di kasur, Ahyeon mendudukkan Rora dengan lembut. Keduanya tidak berani menatap satu sama lain, masing-masing tenggelam dalam pikiran dan perasaan mereka sendiri.
Rora hanya menatap ke arah lantai, sementara Ahyeon menatap ke langit-langit, berusaha mencari ketenangan di tengah kekacauan emosinya. Keheningan yang ada di antara mereka bukanlah keheningan yang kosong, melainkan penuh dengan makna yang tak terucapkan.
Mereka cukup lama berada di posisi itu, seolah-olah menyiapkan diri untuk sesuatu yang lebih besar. Hanya suara napas mereka yang terdengar, mengisi ruangan dengan irama yang menenangkan sekaligus mendebarkan.
Kedua gadis itu seakan terjebak dalam waktu yang melambat, membiarkan diri mereka merasakan setiap detik yang berlalu.
Ahyeon akan melepaskan tautan jemari mereka dan bergerak ke arah kasur yang berlawanan. Namun, Rora yang meremas kuat jemarinya, tidak memberikan celah untuk melepaskan.
Sentuhan itu, meskipun sederhana, terasa begitu dalam dan penuh makna. Ahyeon bisa merasakan kehangatan di balik genggaman Rora, memberikan rasa nyaman yang tak pernah ia duga sebelumnya.
Keduanya sadar bahwa detak jantung mereka bahkan lebih cepat daripada bunyi detik pada jam di meja belajar Rora. Detak itu seolah menjadi pengingat akan keberadaan mereka yang begitu dekat namun penuh dengan perasaan yang belum terungkap.
Ahyeon akhirnya ikut duduk, lalu perlahan bergerak ke arah berlawanan, memberi ruang namun tetap merasakan kehadiran satu sama lain.
Dengan perasaan yang campur aduk, mereka merebahkan tubuh mereka ke arah kasur. Keduanya menatap langit-langit yang sama, mencoba menemukan ketenangan dalam keheningan yang menyelimuti.
Mata mereka tidak lagi mencari jawaban di sekitar, melainkan mencoba memahami perasaan yang sedang berkecamuk di dalam hati masing-masing.
Keheningan itu cukup lama, namun bukanlah keheningan yang menakutkan. Ini adalah keheningan yang penuh dengan arti, seolah-olah kata-kata tidak lagi diperlukan.
Mereka berbicara melalui keheningan itu, menyampaikan segala rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Ahyeon merasakan kelelahan perlahan menghilang, digantikan oleh rasa damai yang jarang ia rasakan. Kehadiran Rora di sampingnya memberikan rasa aman yang tidak bisa ia temukan di tempat lain. Ia tahu bahwa momen ini adalah sesuatu yang istimewa, sesuatu yang mungkin tidak akan terulang.
Rora, di sisi lain, merasakan campuran antara kecemasan dan ketenangan. Keberadaan Ahyeon di dekatnya memberikan rasa aman, namun juga memicu perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Detak jantungnya yang cepat menjadi pengingat akan momen yang berharga ini, yang akan selalu ia ingat.
Dalam keheningan yang penuh makna itu, keduanya akhirnya menemukan kedamaian. Mereka tahu bahwa apa yang mereka miliki saat ini adalah sesuatu yang berharga, sesuatu yang akan selalu mereka kenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gengsi [Pinksoz/Royeon]
Romance[Genre: Romance & Slowburn.] [Sedang berkolaborasi dengan 🤍my honey🤍 Author "BUCIN 99% (Chisa)" @Chiki_bm7.] Ahyeon, seorang kakak kelas yang anggun namun terkenal dengan sikap gengsinya yang sulit didekati, dan Rora, seorang adik kelas yang juga...