Riuknya suara musik mengiringi suasana malam yang terus berlalu. Para siswa melompat-lompat menikmati setiap detiknya, teriakan mereka menyatu dengan melodi yang menggema dari panggung. Lampu-lampu cahaya berkilauan, menggambarkan suasana yang penuh kegembiraan dan semangat.
Saat suasana di aula mencapai puncaknya, sesosok orang dewasa dengan sikap tegas mendekat ke arah belakang panggung. Ia menunjuk ke arah jam tangannya, memberi isyarat bahwa waktu sudah hampir habis.
Musik mulai mengecil, lampu-lampu panggung kembali ke mode normal. Rami dan anak band mengucapkan terima kasih dengan penuh rasa syukur, dan sang ketua OSIS, Ruka, naik ke panggung, mengucapkan beberapa kata penutup dengan suara yang menggema di seluruh aula.
Para siswa perlahan-lahan mulai meninggalkan aula, bergerombol menuju pintu keluar. Suasana yang tadinya meriah dan penuh energi kini mulai mereda, berubah menjadi kebisingan yang lebih tenang namun tetap riuh dengan obrolan dan tawa mereka.
Sekolah berangsur-angsur menjadi sepi, hanya menyisakan anggota OSIS yang berkumpul untuk berfoto bersama.
Di tengah kerumunan yang mulai berkurang, Asa yang baru masuk melihat Rora yang masih terlihat menunggu di pinggir aula. "Rora?" panggilnya dengan suara lembut namun jelas terdengar di tengah sisa-sisa kebisingan.
Rora menoleh dengan cepat, matanya memancarkan sedikit kebingungan. "Iya, Kak?" jawabnya sambil berusaha tetap tenang.
Asa mendekat, melihat langsung ke mata Rora dengan pandangan penuh perhatian. "Masih nungguin Ahyeon?" tanyanya, nada suaranya penuh keingintahuan sekaligus kekhawatiran.
Rora mengangguk pelan, merasa sedikit ragu tetapi tetap mempertahankan senyum kecil di wajahnya. "Iya, katanya aku diantar pulang..." jawabnya, mencoba menyembunyikan keraguan yang sebenarnya dia rasakan.
Asa menaikkan alisnya, bingung dengan jawaban Rora. Ahyeon mengantar pulang Rora? Ini bukan sesuatu yang biasa. Namun, Asa memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya.
"Kamu gakpapa?" tanyanya lagi, kali ini dengan nada lebih lembut dan penuh perhatian.
Rora memiringkan kepalanya, mencoba memahami maksud dari pertanyaan Asa. "Hmm?" ucapnya, merasa bingung.
Asa menunjuk bibir Rora yang tampak terluka. "Bibirmu luka," katanya dengan nada prihatin, matanya menunjukkan kekhawatiran yang tulus.
Rora tersenyum kecil, mencoba mengabaikan rasa sakit yang terasa di bibirnya. "Ah, iya... gakpapa... jatuh tadi..." bohongnya, menampar pipinya pelan seolah-olah mencoba menjaga fokusnya.
Asa masih tampak khawatir, tetapi memutuskan untuk tidak mendesak lebih lanjut. "Oke? Canny nyari kamu tadi, dia udah aku antar ke depan gerbang," katanya, nada suaranya tetap lembut dan menenangkan.
Rora mengernyitkan dahinya, merasa sedikit bingung dengan nama yang disebutkan. "Canny?" tanyanya, mencoba mengingat siapa yang dimaksud oleh Asa.
"Chiquita," jawab Asa dengan senyum hangat, mencoba membantu Rora mengingat.
"Oh? Dia depan gerbang? Baru aja atau udah lama?" tanya Rora lagi, nada suaranya kini penuh keingintahuan.
"Baru aja, yaudah ya Ra... Aku masuk dulu," Asa tersenyum hangat, mencoba memberikan sedikit ketenangan sebelum meninggalkan Rora.
Rora mengangguk pelan, merasa sedikit lebih tenang. "Iya, Kak..." jawabnya, melihat Asa masuk kembali ke dalam aula untuk bergabung dengan anggota OSIS lainnya.
Setelah Asa menghilang di balik pintu aula, Rora berbalik menuju gerbang. Langkahnya perlahan melewati lapangan yang kini bercahaya redup, pikirannya penuh dengan berbagai macam perasaan yang bercampur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gengsi [Pinksoz/Royeon]
Romantik[Genre: Romance & Slowburn.] [Sedang berkolaborasi dengan 🤍my honey🤍 Author "BUCIN 99% (Chisa)" @Chiki_bm7.] Ahyeon, seorang kakak kelas yang anggun namun terkenal dengan sikap gengsinya yang sulit didekati, dan Rora, seorang adik kelas yang juga...