Disisi lain, di sebuah gedung perkantoran yang sibuk dengan arus lalu lintas manusia yang tak henti-hentinya, seorang gadis dengan rambut lurus panjang sedang duduk di meja kerjanya, dikelilingi oleh tumpukan dokumen dan layar laptop yang bersinar terang.
Suasana kantor dipenuhi oleh hiruk-pikuk suara ketikan keyboard yang tiada henti, panggilan telepon yang berdering secara bersamaan, dan percakapan rekan kerja yang sibuk berdiskusi tentang berbagai proyek.
Minju, gadis tersebut, berusaha fokus pada pekerjaannya, namun kebisingan di sekitarnya membuatnya sulit berkonsentrasi.
Berbagai tumpukan kertas di sekelilingnya menambah kesan kekacauan, mencerminkan betapa sibuk dan menantangnya pekerjaan yang harus dia tangani. Suara printer yang sesekali berdecit menambah tingkat kegelisahan di ruang kerja yang padat ini.
Akhirnya, setelah berusaha untuk fokus dengan hasil yang kurang memuaskan, Minju memutuskan untuk berhenti sejenak. Dia menutup laptopnya dengan lembut, merasakan keletihan dari hari yang penuh tekanan.
Dengan sebuah napas panjang dan lelah, dia bersandar ke kursi, merenggangkan lehernya yang kaku akibat duduk terlalu lama.
Tiba-tiba, nada dering ponselnya memecah keheningan yang singkat tersebut, menandakan adanya panggilan masuk. Layar ponselnya menampilkan nama 'Jihan'.
Minju menarik napas dalam-dalam sebelum mengangkat telepon dengan gerakan lambat, menempelkan ponsel ke telinganya dengan ekspresi yang sedikit cemas namun berusaha profesional. “Siang, Jihan,” sapanya dengan suara yang mencoba terdengar ceria meskipun ada kelelahan yang jelas terdengar.
“Hallo Kak Minju, siang juga,” jawab Jihan, suara dari seberang terasa antusias namun ada nada keraguan di dalamnya.
“Itu Kak, aku udah ngasih titipan Kakak,” lanjut Jihan dengan nada puas, mengungkapkan rasa lega telah menyelesaikan tugas yang diberikan.
Minju merasa lega mendengar kabar tersebut, meskipun kelelahan masih membebani pikirannya.
“Makasih yah, Jihan. Dain kabarnya gimana? Dia bilang dia sehat, tapi aku cuma pengen mastiin aja,” tanya Minju, menunjukkan kepeduliannya yang mendalam terhadap adiknya. Suara Minju mengandung kekhawatiran tersendiri, menandakan betapa pentingnya kesehatan sang adik.
“Oh, dia sehat. Cuman kemarin di ultahku dia pulang cepat,” jawab Jihan dengan nada yang mulai terdengar serius, menambah rasa penasaran Minju.
“Kenapa?” tanya Minju, rasa khawatir mulai mengusik pikirannya dan wajahnya mengernyit.
“Dijemput temannya, dipanggil Kakak sama Rora, tapi nyebelin banget sumpah!” Jihan mengungkapkan rasa frustrasinya dengan nada yang jelas terdengar kesal.
“Protective banget sama Rora, padahal Rora udah jelasin kalau aku sama dia itu dekat dan udah lama kenal,” lanjut Jihan dengan nada yang mengeluh, menyiratkan rasa kesal terhadap situasi yang dia hadapi.
Minju mengerutkan kening, mencoba memahami situasi yang diceritakan oleh Jihan dan mengumpulkan pikiran untuk menilai dampaknya.
“Siapa?” tanya Minju, berusaha mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang sosok yang dimaksud oleh Jihan.
“Aku gak tahu namanya, tapi dari pakaian sama merek mobil dan adanya sopir, sepertinya orang berada,” jawab Jihan dengan rasa ragu, menambah kegelisahan di hati Minju.
Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dan khawatir tentang siapa orang yang terlibat dalam situasi ini.
“Tapi dari sikap Rora sih kayaknya dia nyaman sama tuh batu bara,” lanjut Jihan dengan nada ambigu, mencoba memberikan sedikit penjelasan tambahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gengsi [Pinksoz/Royeon]
Romance[Genre: Romance & Slowburn.] [Sedang berkolaborasi dengan 🤍my honey🤍 Author "BUCIN 99% (Chisa)" @Chiki_bm7.] Ahyeon, seorang kakak kelas yang anggun namun terkenal dengan sikap gengsinya yang sulit didekati, dan Rora, seorang adik kelas yang juga...