25. Kiss

2K 220 162
                                    

Ahyeon meninggalkan Rora di kelasnya dengan suara yang terdengar tegas, "Untuk acara malam, kamu sama teman-temanmu aja." Tanpa menatapnya, dia bergegas pergi, meninggalkan Rora yang merasa campuran antara kebingungan dan kemarahan.

Rora kesal. Dia yang cemburu seharusnya dia yang marah, bukan malah sebaliknya. Lagipula, apa maksud Ahyeon dengan 'bengkak'? Kenapa kakak kelasnya itu tidak jadi memberikan lipstik padanya?

Dengan perasaan kesal, Rora membuka pintu kelasnya dengan tidak sabar, engsel yang bergeser keras membuat suara gemeretak yang memecah keheningan ruangan.

Dia melihat hanya ada dua orang di dalam kelas. "Chiq—" Rora terdiam sejenak ketika melihat siapa orang yang satunya lagi.

"Ah, halo Kak Asa..." ucapnya sambil membungkuk hormat, melihat Asa berada di sana bersama Chiquita.

Asa tersenyum pelan, berjalan mendekat lalu menepuk pundak Rora dengan ramah sebelum keluar dari kelas itu.

Rora segera berbalik, menatap Chiquita yang duduk di salah satu meja. Keduanya saling bertatap lama, mencoba mencari sesuatu sebelum kedua mata itu membulat tanda terkejut.

"WOY WOY WOY!" Rora berteriak sambil menunjuk-nunjuk ke arah Chiquita, merasa semua emosinya perlu diluapkan.

"LO GANGGU!! PADAHAL BARU AJA!!" balas Chiquita, melompat-lompat dengan marah. Momentnya bersama Asa diganggu oleh kedatangan Rora yang tiba-tiba.

"KOK BISA?" balas Rora, menyentikan jarinya dengan wajah kebingungan.

"YA LAGI NGOBROL BANGSAT! PDKT!" Ucap Chiquita, suaranya penuh frustrasi. "Gue jadi gak tahu apa yang Kak Asa mau bilang!!!"

"Kok nyalahin gue?!!" Rora balas berteriak, tidak terima disalahkan atas situasi yang sebenarnya tidak dia pahami sepenuhnya.

Mereka saling memicingkan mata, seolah-olah siap untuk bertarung, namun ada kesadaran bahwa mereka berdua sebenarnya tidak marah pada satu sama lain, hanya pada situasinya.

Setelah beberapa saat, Rora menghela nafas berat, "yaudah yuk pulang, malam nanti bareng." Ucapnya dengan nada yang mulai melunak. Dia menyadari bahwa terus berdebat tidak akan membawa mereka ke mana-mana.

"Bukannya lo masih jadi babunya Kak Ahyeon?" tanya Chiquita sambil melipat tangan di dadanya, alisnya terangkat penuh rasa ingin tahu.

Rora mendengus kesal, "Tau ah, Kak Ahyeon lagi nyebelin banget, gak jelas." Jawabnya sambil menggelengkan kepala.

"Halah, paling Kak Ahyeon gitu gara-gara gengsi lo." Chiquita menjawab dengan nada mengejek, mencoba mencairkan suasana yang masih tegang.

"Heh kutu, gengsi gue udah turun sama dia ya!" balas Rora cepat, merasa perlu membela dirinya.

"Gak percaya." Chiquita mengangkat bahu, jelas-jelas tidak terpengaruh oleh pembelaan Rora.

"Terserah." Rora menjawab dengan nada final, merasa tidak ada gunanya berdebat lebih lanjut.

"Yaudah pulang!" Balas Chiquita akhirnya.

"Yaudah!"

Keduanya mengambil tas masing-masing dan berjalan menuju gerbang sekolah. Di sepanjang jalan, mereka saling dorong-mendorong, sikut-menyikut dengan pelan, mencoba mengusir sisa-sisa kekesalan yang masih ada.

Di dalam bus, suasana terasa hening dan sedikit tegang. Tidak banyak percakapan yang terjadi di antara penumpang.

Rora duduk dengan pandangan lurus ke luar jendela, masih kesal dengan perlakuan Ahyeon yang aneh dan tidak konsisten.

Di sebelahnya, Chiquita terlihat tidak tenang, masih bingung dan kesal tentang percakapannya yang terpotong dengan Asa.

"Ra," panggil Chiquita dengan suara yang sedikit gugup, mencoba menarik perhatian Rora dari jendela.

Gengsi [Pinksoz/Royeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang