Langit di stasiun itu perlahan berubah warna, memancarkan semburat oranye kemerahan yang seolah menari di atas kepala mereka, menambah suasana sendu yang bercampur dengan keheningan di dalam gerbong.
Cahaya lembut sore hari masuk melalui jendela, mengelus wajah Rora dan Ahyeon, membuat segalanya terasa lebih magis, lebih dalam. Stasiun yang sibuk, dengan suara pengumuman yang berulang-ulang dan langkah orang-orang yang terburu-buru, seolah hanya latar bagi dunia kecil mereka berdua di gerbong ke-8 ini.
Ahyeon, yang sejak tadi diam, akhirnya melepaskan helaan napas pelan. "Kak Ahyeon, kita sekarang kemana?" Rora bertanya, suaranya lembut dan penuh rasa ingin tahu.
Ahyeon mengangkat bahunya, seperti tidak peduli pada tujuan mereka. Baginya, tujuan akhir tidak lagi penting. Apa yang lebih penting adalah keberadaan Rora di sisinya, setelah sekian lama hatinya merindu tanpa jawaban.
"Gak tahu," jawabnya pelan, sebelum menyandarkan kepalanya di pundak Rora. Gerakan itu begitu lembut, seperti permintaan maaf yang tak terucap, seperti pengakuan bahwa Ahyeon, meskipun terlihat tegar, masih sangat membutuhkan Rora di sisinya.
Rora menoleh sedikit, melihat Ahyeon yang kini bersandar padanya. Ada perasaan yang sulit dijelaskan, campuran antara lega dan haru.
"Kak Minju tantrum gak ya..." gumam Rora pelan, mencoba mencairkan suasana, meski dalam hatinya ada rasa bersalah karena meninggalkan kakaknya begitu saja. Dia tahu, mungkin sekarang Minju sedang merutuki dirinya karena keputusannya ini.
Namun sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, Ahyeon memotong pikirannya. "Fokus aku bisa gak?" ucap Ahyeon, suaranya serius namun penuh harapan, seolah memohon agar saat ini hanya milik mereka berdua.
Rora menatap Ahyeon, melihat tatapan yang berbeda dari biasanya. Tatapan yang penuh kelembutan, namun juga mengandung permintaan yang dalam.
"Iyaa, Kakak sayang," jawab Rora, suaranya lirih namun tulus. Dia tahu, Ahyeon sedang meminta lebih dari sekadar perhatiannya. Dia meminta hatinya, sepenuhnya.
Dan saat itulah, keduanya tenggelam dalam keheningan yang berbeda. Bukan keheningan yang canggung atau tidak nyaman, tapi keheningan yang penuh makna, keheningan di mana hati mereka saling berbicara tanpa kata-kata.
Ahyeon masih bersandar di pundak Rora, sementara Rora diam-diam menoleh lagi, memperhatikan wajah gadis yang begitu berarti baginya.
Rora menghela napas pelan, merasakan betapa damai rasanya ketika Ahyeon berada begitu dekat dengannya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, atau bagaimana kisah mereka akan berakhir. Tapi untuk saat ini, itu tidak penting. Yang penting adalah mereka bersama.
Ahyeon tidak lagi menahan perasaannya, dan Rora, meskipun masih dipenuhi rasa bersalah, tahu bahwa mereka memiliki kesempatan kedua—sesuatu yang bahkan tidak pernah dia bayangkan akan terjadi.
"Aku cuman mau kamu di sini, Dain. Cuman itu," bisik Ahyeon, suaranya bergetar namun penuh kejujuran. Kepala Ahyeon masih bersandar di bahu Rora, dan di detik itu, segalanya terasa begitu benar.
Rasanya seperti rumah, sebuah tempat di mana keduanya bisa merasakan bahwa meskipun dunia luar kacau, di sini, bersama, mereka baik-baik saja.
Mereka tidak butuh banyak kata-kata. Sentuhan kecil antara tubuh mereka sudah cukup untuk mengungkapkan semuanya—bahwa setelah segala rasa sakit dan penyesalan, mereka akhirnya kembali ke tempat yang seharusnya: satu sama lain.
Saat itu, waktu seolah berhenti. Kereta yang sebentar lagi akan berjalan, orang-orang yang lewat, semuanya memudar. Hanya ada mereka, dalam dunia kecil mereka sendiri. Langit yang oranye semakin meredup, menyelimuti mereka dalam kehangatan yang perlahan berubah menjadi malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gengsi [Pinksoz/Royeon]
Romance[Genre: Romance & Slowburn.] [Sedang berkolaborasi dengan 🤍my honey🤍 Author "BUCIN 99% (Chisa)" @Chiki_bm7.] Ahyeon, seorang kakak kelas yang anggun namun terkenal dengan sikap gengsinya yang sulit didekati, dan Rora, seorang adik kelas yang juga...