Chap 22 : Merelakan Mereka Yang Pergi

59 7 0
                                    

Daniel dan Indah akhirnya kembali ke ruangan Ollan di mana semuanya tengah berkumpul. Bersiap untuk pergi ke rumah sakit lain untuk mengetahui lebih lanjut tentang kecelakaan yang merengut nyawa kedua orang tua Aran dan satu bodyguard Gracio.

Daniel, Aldo, Gito, Rasya, Kathrina, Ashel, Indah, dan Fiony diperintahkan untuk tetap diam di rumah sakit dan menjaga Ollan. Jadi hanya Aran, Zean, Gracio, Cello, Christian, Marsha, Shani, dan Chika yang pergi ke rumah sakit yang lain.

Selama perjalanan, Aran hanya diam dan melamun, ia berharap ada keajaiban yang bisa mengembalikan orang tuanya. Chika yang melihat Aran seperti itu bingung harus bersikap bagaimana.

Setelah ditampar dan dipukul oleh Daniel, ia tak berbicara sedikitpun. Jika ada yang mengajaknya berbicara, Aran akan membalasnya dengan deheman saja. Zean selaku sepupunya merasa iba dengan apa yang telah terjadi dengannya.

Kehilangan seseorang yang berharga membuatnya berubah drastis. Para sahabatnya hanya bisa diam karena mereka merasakan apa yang dirasa oleh Aran. Setelah 45 menit perjalanan, akhirnya mereka tiba di rumah sakit itu.

Pihak kepolisian pun menyambut rombongan Gracio, namun Aran yang merasa itu membuang waktu, ia langsung bertanya di mana kedua orang tuanya sekarang. Polisi itupun langsung menunjukan sebuah ruangan visum.

Pihak kepolisian menjelaskan bahwa ke 3 korban tak bisa diselamatkan lagi. Setelah mengalami benturan yang keras pada bagian kepala mereka mengalami geger otak. Sebenarnya disaat itu bisa saja nyawa mereka terselamatkan, namun mobil yang dikendarai meledak dan menewaskan mereka di tempat.

Aran yang merasa sudah tak ada lagi harapan baginya untuk kembali bertemu kedua orang tuanya pun langsung berteriak histeris sambil memukuli tembok rumah sakit.

"KENAPAA!! BUNDA SAMA AYAH NINGGALIN ARAN!! ANDAI KALIAN NUNGGU DI RUMAH SAKIT SEBENTAR AJA, KALIAN GAK AKAN KAYAK GINI!!"

"Aran, udah nak, ikhlasin kedua orang tua mu, kamu gak boleh kayak gini, kasian ke merekanya, Ran," ujar Shani yang menenangkan Aran dengan memeluknya.

Gracio menyuruh anaknya untuk membantu menenangkan Aran. Sementara Cello masih mengobrol dengan pihak kepolisian agar kasus ini diselidiki lebih lanjut.

Aran yang histeris tiba- tiba kehilangan kesadarannya dan terjatuh, beruntung Gito dengan sigap menahan tubuh Aran agar tidak terbentur.

Gito membawa Aran ke IGD rumah sakit itu agar bisa ditangani, diikuti oleh Christian, Zean, Marsha, Chika, dan Shani yang khawatir dengan keadaannya.

Cello masih saja bersikeras memaksa pihak kepolisian untuk menyelidiki kejadian ini lebih lanjut, namun pihak kepolisian sudah menyatakan dengan mutlak bahwa ini hanya sebuah kecelakaan semata.

"Mohon maaf, Pak, pihak kami sudah menyelidikinya, dari CCTV yang terlihat di TKP, bahwa mobil yang dikendarai korban melaju kencang, menabrak pembatas jalan, terguling lalu terbakar."

"Gak mungkin, Pak, saya sangat kenal dengan orang yang menyetir mobilnya, beliau tidak akan ngebut kalau tidak ada yang mengancam keselamatannya, saya minta kasus ini diselidiki ulang," kekeh Cello pada polisi itu. 

Karena tak ingin lagi dibantah, polisi itu mengajak Cello untuk melihat rekaman CCTV yang ada di sekitar TKP. Diikuti Gracio yang juga merasa janggal dengan kecelakaan ini, ia selalu memerintahkan para bodyguardnya untuk mengendarai kendaraan dengan kecepatan normal.

Kecuali, di saat yang genting, seperti mengantarkan korban kecelakaan, mengejar keberangkatan, ataupun di saat mereka dibuntuti oleh orang tak dikenal yang bisa mengancam nyawa mereka.

Rekaman CCTV pun diperlihatkan, sekilas memang tidak ada yang aneh dengan rekaman itu, Namun, Cello yakin, rekaman ini bukanlah murni sebuah rekaman CCTV pada umumnya. Ia pun diam - diam menyalin rekaman itu untuk ia periksa lebih lanjut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MémoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang