Chap 11 : Kekhawatiran Orang Tua

93 10 0
                                    

Setelah mengatakan hal tersebut, Gracio pamit bersama Shani & Zean untuk kembali ke rumah mereka karena setelah pulang dari luar negeri mereka langsung menuju kediaman keluarga Chaesara. Meninggalkan rumah dengan keadaan yang sunyi lebih tepatnya ke canggung karena ucapan Gracio membuat Aran diam bingung harus menjelaskan darimana kepada kedua orang tuanya tentang apa yang sudah dirinya alami dan berusaha menutupinya dari mereka.

"Sejak kapan Ran?"

"Sejak kapan Ayah ngajarin berbohong apalagi ke orang tua!!" Tegasnya pelan namun dengan penekanan pada setiap katanya.

Aran yang mendengar itu hanya menundukan kepalanya sambil menahan tangis tak bisa menjawab pertanyaan sang Ayah kepadanya. Boby yang melihat anaknya hanya menundukan kepala tanpa menjawab pertanyaan dirinya membuat ia geram.

"Kalau ada orang ngomong itu ditatap bukan malah liatin lantai, emang yang ngomongnya ada di lantai."

"G-gak y-yah." Jawab Aran yang masih menundukan kepalanya.

"ZAHRAN ARIFIN, TATAP ORANG YANG SEDANG BICARA DENGAN KAMU!!" Bentak Boby.

"Mas, gak usah dibentak juga anaknya." Ucap Shania menenangkan suaminya itu.

"Aran, inget kan apa yang selalu diajarin sama bunda dan ayah? Kalau ada yang ngajak Aran bicara harus apa hm." Lembut Shania.

"H-harus ditatap terus kalo ditanya harus dijawab bun." Ucapnya sambil menatap Shania dan Boby.

"Terus kenapa Aran bohong sama Bunda dan Ayah?

Selama ini Bunda pikir cerita kamu yang nolongin orang dari jambret, ketabrak mobil dan masih banyak lagi lah yang kamu ceritain itu bener.

Kenapa Ran? kenapa kamu gak bilang kalau kamu dibully hampir tiap hari hiikss, bunda pikir kamu di sekolah aman aman aja hiiks. Meskipun kamu bilang teman kamu sedikit hiiks tapi mereka baik baik hiiks, kenapa kamu bohong Aran?" Pecah sudah tangisan Shania yang sedari tadi ia tahan kini ia biarkan air matanya mengalir.

Aran yang melihat sang Bunda menangis tak kuasa menahan tangisnya lagi. Sakit melihat orang yang ia cintai, ia hormati, dan selalu berusaha menjaga agar air matanya tidak keluar, justru kini ialah penyebab dari itu semua. Ia langsung memeluk sang bunda sembari menenangkannya dengan mengusap punggung sang Bunda.

"Bunda serasa gagal ngejaga anak Bunda satu-satunya hiiks, Bunda ngerasa gagal jadi sosok ibu yang baik bahkan anaknya tiap hari dibully Bunda gak tau hiiks."

"Bunda gak gagal hiiks, ini salah Aran hiiks. Maafin Aran hiiks, selama ini hiiks Aran bohong ke Bunda dan Ayah hiiks, Aran gak mau hiiks Bunda sama Ayah khawatir hiiks sama Aran. Maafin Aran hiiks." Sambil mengeratkan pelukannya pada Shania. Lalu ia mulai menceritakan semua kejadian yang telah ia alami tidak ada yang ditutupi satu pun olehnya dan juga alasan kenapa ia tak melawan.

Boby yang melihat hal itu pun sedih dan ikut memeluk keduanya. Setelah mendengar isakan tangis Shania & Aran mulai berhenti, Boby memberikan nasehat kepada anak tunggalnya itu.

"Aran dengerin Ayah nak, mungkin bohong ke kita itu menurut kamu adalah hal yang benar, kamu menutupi semua kejadian itu agar Ayah dan Bunda gak khawatir ke kamu tapi itu salah nak. Dengan kamu menutupi hal itu dan ketauan sekarang kami semakin khawatir ke kamu nak, setidaknya kalau kamu cerita mungkin gak akan jadi seberat itu nak." 

"Maaf Yah, Aran cuman gak mau di pindahin gara gara Aran sering dibully. Beasiswa yang Aran dapetin bakal sia-sia kalau Aran pindah. Aran gapapa kok lagian mereka udah gak ngebully Aran lagi." Tangisnya sudah berhenti kini ia melepas pelukan dan mulai menatap kedua orang tuanya.

"Maaf kalau Aran selama ini bohong ke Ayah sama Bunda, Aran bisa kok ngatasin masalah ini karena Aran yakin mereka bakal berubah kayak akhir akhir ini. Mereka udah gak ngebully Aran lagi kok ayah sama bunda gak usah khawatir."  

"Justru bunda makin khawatir Aran, yang dibilang sama Gracio bener Ran. Orang orang kayak mereka gak mungkin berhenti kecuali emang itu salah satu rencana mereka."

"Yang dibilang sama bunda bener Ran, Ayah gak yakin mereka tiba tiba berhenti nge bully kamu. Takutnya mereka punya rencana yang lebih kejam buat ngejatuhin kamu nak."

"Percaya deh sama Aran Bun, Yah. Aran yakin mereka udah mulai berubah. Kalaupun sekarang perubahan mereka cuman akting demi rencana baru mereka, Aran janji bakal ngelawan mereka."

"Bener yaa Ran, Bunda gak mau kamu diem aja setelah apa yang mereka lakuin ke kamu. Kalau pihak sekolah masih tutup mata, bunda bakal laporin mereka ke polisi dan bawa ini ke jalur hukum. Selain karena kamu yang dibully perbuatan orang tua mereka yang melindungi anaknya dan ngerebut perusahaan keluarga kita sekalian bunda laporin." Tegas Shania.

"Njuu, kita gak harus ngerebut balik HCN. Biarin aja mereka yang ambil, lagian kita gak seperti dulu lagi. Kondisi kita sekarang sederhana bahkan untuk kehidupan sehari-hari aja masih kurang." Ujar Boby.

"Kondisi kita emang kayak gini mas, tapi mas harus inget bahwa HCN bukan cuman milik keluarga Chaesara tapi juga milik keluarga Harlan dan Natio. Aku yakin setelah ini Gracio dan Shani gak akan diam aja, mereka pasti bilang ke papa Alex soal kondisi HCN sekarang. Lagian Keynal gak punya hak sama sekali atas perusahaan itu. Kamu tau sendiri kalau papa Alex gimana kekuasaannya, bahkan perusahaan sekelas HCN aja masih kecil buat dia Mas. Dan ingat satu hal lagi dia itu mertua kamu alias papa aku dan Shani, dia gak mungkin diam aja ngeliat anaknya dalam kondisi ekonomi kayak gini. Yang dia tau HCN sekarang masih dipegang sama kamu."

"Maaf Bun, Yah dipotong omongannya sama Aran. Bukannya bunda bilang kalau Aran itu gak punya kakek dan nenek dari pihak Bunda dan Ayah? Kenapa sekarang Bunda bilang Bunda masih punya papa?"

"Banyak yang belum bunda ceritain soal keluarga kita Ran, nanti yaah dijelasin nya. Sekarang mending kamu mandi dulu, pulang dari cafe langsung duduk terus ngobrol sama kita kan. Udah makan belum kamu? Kalau belum di meja makan ada tumis kangkung sama sambel terus tadi bunda baru beli kerupuk."

"Iyaa Bun, Aran belum mandi trus belum makan, yaudah Aran tinggal mandi dulu Bun,Yah." Jawabnya sambil meninggalkan kedua orang tuanya ke kamar untuk mengambil handuk lalu bergegas mandi.

Selepas ditinggalnya Aran untuk mandi, Boby kembali bicara kepada istrinya itu untuk tetap tidak mengambil alih HCN karena dia akan sangat malu terhadap mertuanya karena perusahaan yang dititipkan kepadanya dari orang tua mereka diambil alih oleh seseorang yang tidak ada hubungannya dengan 3 keluarga itu.

Tapi Shania akan tetap pada pendiriannya yaitu mengambil kembali apa yang menjadi hak mereka dan jujur kepada papa Alexander Chandra Natio tentang apa saja yang terjadi selama ini, karena papa alex sekarang berada di negara Inggris untuk mengurus bisnis miliknya. Karena sudah tidak mau lagi berdebat dengan suaminya, Shania menyalakan televisi dan alangkah terkejutnya ia karena yang disiarkan oleh televisi itu adalah berita kebakaran sebuah cafe yang diketahui milik Aran Cs.

'KEBAKARAN HEBAT DI MÈMOIRE CAFE'S MENYEBABKAN 25 ORANG MENINGGAL DUNIA DITEMPAT'

Disisi lain, Vion bersama The Bully's yang melihat berita itu tersenyum senang karena rencana mereka berhasil.

"Step berikutnya, Jeblosin Aran ke penjara." Ungkap Vion kepada The Bully's.

Tbc
.
.
.
.
.

Jangan lupa Vote dan see u di next chap

MémoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang