Bab V[REVISI]

80 41 32
                                    

Ari terbangun dari tidurnya ketika penjaga ruko berisik membuka teralis alumunium, meneriakinya agar terbangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ari terbangun dari tidurnya ketika penjaga ruko berisik membuka teralis alumunium, meneriakinya agar terbangun. Mengusirnya. Sial sudah nasibnya. Kemarin setelah uang nya di jambret Ari menerima kenyataan pahit lainnya. Ruangan 3 x 3 di bawah jembatan itu besok di gusur pemerintah. Itu rumah satu-satunya, tempat pulang Ari. Tempat dimana saksi hidupnya 18 tahun.

Perutnya berbunyi keroncongan. Ari lapar. Tapi dia tidak punya uang. Dia tertunduk menekuk kakinya. Cepat sekali suasana hatinya berubah. Kemarin saja dia senang bisa melihat gadis itu dari dekat bahkan sampai memegang tangannya, ya meskipun harus dibayar dengan uang nya yang dijambret. Sekarang hatinya harus bersedih lagi, Ari tidak punya tempat pulang. Dia akan seperti gelandang lainnya tidur di jalanan. Ari bersedih meratapi nasibnya.

"Tolonggg! Tolonggg!"

Ari mendengar suara itu. Dengan cepat Ari berdiri mencari sumber suara.

"Tolo-"

Ari berlari, seseorang butuh pertolongan. Gang demi gang Ari lewati, mengikuti arah suara. Tiba di gang buntu Ari terhenti. Tubuhnya menegang. Jantungnya berdegup kencang. Otaknya berusaha menerima apa yang dilihat nya.

"Tidak-tidak!!" batin Ari.

Nampak jelas lima orang pria sedang bergantian melakukan hal yang tidak pantas. Gadis yang selama ini dia kagumi tergeletak lemah tanpa busana. Dia terlihat tersiksa. Lima orang pria itu terus tertawa puas bergantian, tidak menyadari seseorang di belakang nya.

Mata Ari menatap buas. Tanpa ba-bi-bu Ari melangkah cepat mendekat. Ari mengepalkan tinju. Buku-buku tulang memutih. Mukanya penuh kemarahan. Untuk pertama kalinya Ari terlihat menyeramkan. Bukankah Ari selama ini terlihat lemah?

Ari menendang kaki salah satu dari mereka hingga terjatuh. Tawa itu terhenti. Muka-muka menoleh. Kepalan tangan Ari terangkat. Nafasnya memburu. Dalam hitungan detik terjadilah perkelahian massal. Lima lawan satu. Tangannya langsung menghantam muka orang yang dicekiknya. Kemarahan itu terlepaskan menjadi amuk. Entah dari mana asal kekuatan bela diri ini, gerakannya gesit.

Delapan detik, tiga orang terjengkang. Mulut berdarah. Entah gigi mana yang patah. Salah satu dari mereka tergesa-gesa memakai celana. Ari berteriak kalap melihat gadis itu terpejam tak bergerak. Tangan nya cepat menyambar tong sampah di ujung gang. Tong itu melesat, menghajar kepala orang itu. Ngeri. Orang itu terpelanting jauh. Kepalanya berdara-darah. Ari tidak peduli.

Satu orang tersisa, ketakutan menatap amarah yang menguar dari wajah Ari. Dia balik kanan dan berlari meninggalkan keempat temannya.

"Hei bangun!"
Ari menepuk-nepuk gadis di depannya. Air matanya tak terbendung. Rasanya sakit sekali melihat gadis yang sangat dia kagumi harus mengalami kejadian seperti ini. Karena tak kunjung bangun Ari menggendong nya. Hanya satu helai kain yang menutupi tubuhnya, berkat ulah kelima orang tadi entah kemana baju gadis ini.

Sekarang Ari akan membawa gadis itu kepada Orang tuanya. Ari tau siapa gadis yang selama ini dia kagumi. Dia adalah gadis kecil menggemaskan yang dulu memberinya makan. Namanya Rin. Dulu dia datang bersama pria yang dia panggil Papa.

2 Lives [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang