BAB XV[REVISI]

26 16 5
                                    

Keesokan harinya tepat sore hari aku dan Arthur dipanggil Papa kedalam ruangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya tepat sore hari aku dan Arthur dipanggil Papa kedalam ruangannya. Aku sudah tau apa yang akan dibicarakan Papa pada kami. Kami membungkuk memberi hormat kepada Papa yang sedang duduk di singgasannya.

"Sudah waktunya negeri dan istana ini menemukan pemimpin nya yang baru,"

"Arthur Veagance dengan ini resmi kau akan Papa pilih untuk menjadi Raja-"

"Yang Mulia, aku keberatan." Ucap Arthur memotong pembicaraan Papa.

Arthur kau sungguh tidak sopan.

"Ada apa Arthur? Mengapa kau keberatan?"

Entah mengapa suasana menjadi tegang. Papa terlihat marah menatap Arthur tajam. Begitupun dengan Arthur yang menatap Papa dingin.

"Aku tidak ingin menjadi Raja, Papa."

"Arthur itu sudah menjadi tugas mu, kau adalah putra Raja dan Ratu," Raja menghela nafas.

"Kau harus menjadi penerus kerajaan ini."

"Tidak Papa, aku tidak menginginkan nya."

"Apa yang akan kau lakukan jika kau tidak menjadi Raja?" Tanya Papa memastikan.

"Aku akan melindungi negeri ini dengan tangan ku sendiri."

Arthur berdiri hendak meninggalkan ruangan Raja.

Aku menariknya. Itu bukan Arthur yang ku kenal, dia sungguh tidak sopan pada Papa. Ini pembicaraan penting seharusnya dia lebih menghormati Papa karena dia orang tua kami sekaligus Pemimpin di negeri ini.

"Apa yang kau lakukan?"
Aku bertanya menghentikan langkahnya.

"Sudah jelas Archer, aku tidak ingin menjadi Raja!"
Nada nya meninggi.

Entah mengapa emosi ku ikut terpancing. Aku mencengkram tangan Arthur kuat.

"Kau harus menjadi Raja!"
Aku menekan setiap ucapanku kepada Arthur.

"Mengapa kau memaksaku? Kenapa tidak kau saja yang menjadi Raja?"

Raja- Papa memandang kedua anaknya yang bertengkar.

"Ini perintah Papa, Arthur! Perintah Raja!"
Aku menunjuk singgasana yang diduduki Papa.

Arthur melepas cengkraman tanganku dengan paksa. Dan berlalu meninggalkan ku dan Papa.

"Archer, beei tahu Arthur Papa memberi kesempatan tiga hari untuk kalian untuk menentukan siapa yang bersedia menjadi Raja."

Aku menunduk memberi hormat dan meninggalkan ruangan Papa. Kulangkah kan kaki ku menuju ruangan tidur Mama. Aku harus melihat keadaan nya.

Kubuka pintu besar Mama. Dan tidak ada siapa-siapa di dalamnya.

"Mama?"

Aku segera memeriksa setiap ruangan di kamar nya. Tidak ada.

2 Lives [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang