BAB XIII[REVISI]

39 15 19
                                    

Leah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Leah. Gadis itu seumuran dengan Arthur. Kesan pertamaku saat melihatnya bertarung melawan monster sungguh keren. Entah mengapa wajah serius nya sungguh cantik saat melawan monster. Saat tersenyum pun dia sangat manis. Aku menyukai nya. Selalu ada perasaan hangat ketika dia mengajak ku berbicara.

Tapi ternyata senyuman manisnya itu tidak semanis kehidupan nya. Leah seperti ku dulu. Seperti Ari. Tapi ada yang berbeda dengan Ari, dia tumbuh menjadi wanita yang kuat tidak seperti Ari yang lemah.

Ini hari ketujuh kami mengikuti kegiatan 7 malam bintang.

"Leah apa yang membuatmu mengikuti Akademi ini?"
Tanyaku padanya di sela-sela istirahat.

"Aku sebenarnya ingin masuk Akademi. Kau tahu aku ini tidak punya uang."

"Tapi tak masalah, begini saja aku sudah sangat bersyukur, tau rasanya Akademi."

Leah tersenyum padaku. Yang dikatakan nya benar. Kami senasib, sama-sama ingin masuk Akademi.

"Archer bagaimana rasanya hidup menjadi Pangeran?"
Tanya Leah menatap ku lekat.

"Rasanya sungguh menyenangkan, Leah."

"Syukurlah aku ikut senang."
Leah tersenyum memandang langit. Seseorang menghampiri kami, dia Marx.

"Archer, Leah. Sudah waktunya kalian berkumpul di gedung utama, "
Marx memberi tahu kami. Aku mengangguk mengikuti Marx bersama Leah dan Noah.

Setelah melewati banyak petualangan, akhirnya aku pulang juga. Ternyata 7 hari secepat itu. Tidak terasa.

Gedung utama sungguh penuh sekali hari ini. Begitu pun dengan tribun yang berisi para murid Akademi. Aku, Leah, dan Noah menduduki kursi yang telah disediakan untuk para peserta di tengah-tengah ruangan.

◇◇◇

Acara 7 malam bintang resmi selesai.

Semua peserta berdiri meninggalkan kursinya. Bubar dan saling menyapa. Dan bisa pulang menuju tempat tinggal nya kembali. Dari wajahnya mereka terlihat senang telah mengikuti 7 malam bintang. Begitupun aku.

Arthur dan Marx menghampiri ku. Keduanya sedari tadi diam di tribun bersama teman seangkatan nya.

"Archer!"

Aku menghampiri Arthur.

"Maafkan aku tidak bisa menghabiskan banyak waktu dengan mu,"
Arthur memegang pundakku. Aku menggangguk tersenyum.

"Tidak apa kak, untung ada Leah dan Noah yang selalu bersamaku."

Arthur tersenyum padaku.

"Leah ku dengar kau hebat sekali saat melakukan pelatihan hari ke tiga, apa kau tidak tertarik masuk Akademi tahun ini?"
Ucap Marx tiba-tiba menyahut.

Leah hanya menjawab dengan gelengan kepalanya. Aku tau yang dirasakan Leah. Dia sengaja menutupi nya dari orang-orang seakan dia benar-benar tidak ingin masuk Akademi.

2 Lives [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang