04. The Protector

768 70 0
                                        




Matahari begitu terik menyinari setiap insan manusia di muka bumi. Langit begitu cerah membuat suasana hati pasti sangat senang, namun tidak dengan gadis berambut coklat dengan rambut yang ia kepang deng peluh keringat membasahi dahi putih miliknya. Hembusan nafas terdengar saat ia berlari dan sampai di depan sekolah, namun harapannya pupus saat melihat gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.

"Wilona makanya kamu jangan nonton drakor sampe jam 1 makanya telat, kan?" ucap Wilona pada diri sindiri.

"Aku harus gimana dong? Aku takut Papi sama Mami marah kalo anaknya gak pernah telat malah telat. Aku nanti ketinggalan pelajaran. Mami huaaaa," ucap Wilona dengan air mata membasahi pipinya. Wilona wanita yang lembut hatinya walau masalah mungkin bagi kita kecil tapi bagi gadis ini besar dan ia akan menagis karena kesalahan itu.

Ia berjongkok sambil menagis sesengukan. Isak tangisnya terhenti saat sebuah tangan menggengam permen berada di depannya. "Buat lo biar berehenti nagis. Biasanya ank kecil kalo nagis dikasih permen, nagisnya bakal berhenti. Ini makanya gue kasih permen," ucap Pria dengan senyum semanis madu dan tatapan teduh menatap kearahnya. Pria yang menatapnya dengan lembut sambil memakan permen juga di mulutnya.

"Aku bukan anak kecil Naufal!" ujar Wilona kesal tetapi gadis itu tetap mengambil permen pemberian Naufal.

"Bukan anak kecil tapi nagis cuman karena telat," cibir Naufal yang mendapat tatapan tajam dari Wilona namun bukan takut Naufal malah gemas melihat Wilona.

"Aku gak pernah telat kalo sekolah makanya aku takut. Kamu juga telat, gak usah ledekin aku! Kamu kenapa telat?" tanya Wilona.

"Gue abis anterin nyokap berangkat kerja. Cuman kejebak macet jadi telat," ujarnya santai. Wilona heran menatap Naufal mengapa ia terlihat santai karena telat masuk padahal dirinya panik takut ketinggalan pelajaran.

"Naufal giman ini, aku mau masuk tapi telat. Kamu gak ada solusi?" tanya Wilona takut karena ketinggalan pelajaran. Memang wanita ini anak rajin pikir Naufal.

Naufal mencondongkan tubuhnya membuat Wilona gugup karena jarak dekat diantara keduanya. Naufal tersenyum yang membuat Wilona ikut tersenyum dan dengan lembut Naufal menarik tangan Wilona kearah belakang sekolah. "ikut gue. Kita bakal masuk pake pintu doraemon."

Wilona yang mendengar penuturan Naufal kaget dan tersenyum. "Sumpah emang ada pintu Doraemon Naufal? Aku pikir itu cuman fiksi ternyata beneran? Aku mauu ikut ayo kita ke pintu doraemon," ucap Wilona polos yang membuat Naufal tertawa karena tingkah polos gadis ini.

Mereka berdiri di hadapan sebuah pintu yang warnanya menyatu pada  tembok dan Naufal mengedarkan pandangan untuk memastikan bahwa lingkungan sepi dan tidak ada yang melihat mereka. Ia mendorong pintu tersebut yang ternyata mengarah kearah taman sekolah. Pintu itu tidak terlihat sepeti pintu karena warnanya yang menyatu dengan tanaman.

"Sumpah kok aku gak tau ada pintu kaya gini, makasih ya Naufal," ujar Wilona tersenyum manis pada Naufal.

"Iya sama-sama. Jangan kasih tau siapa-siapa soal pintu ini termasuk kesaudara lo. Ini biar jadi rahasia kita ngerti?" tanya Naufal yang diberi anggukan oleh Wilona.

Wilona dan Naufal jalan bersama kekelas namun sebelum mereka masuk kekelas, Naufal mencekal pergelangan tangan Wilona. "Tapi pertolongan gue gak gratis," ucap Naufal membuat Wilona menatapnya heran.

"Kamu mau aku bayar? Berapa duit Naufal 50rb cukup gak?" Tanya Wilona yang membuat Naufal tertawa yang membuat Wilona heran, memang apa yang salah dengan kata-katanya.

Naufal mengelus surai rambut Wilona dengan lembut dan tersenyum tipis. "Bukan dengan duit Wilona. Gue mau lo ikut gue hari minggu haunting foto. Gimana mau gak?" tanya Naufal yang di beri senyuman manis oleh Wilona.

Our Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang