08. menemani

978 65 2
                                    



*******
Happy Reading
*******









"Ngga sabar gue liat ayang al" semangat melvin. Hari ini mereka akan menonton latihan bian dan aludra lagi.

"Dari segi manapun aludra ngga cocok sama lo vin. Dia itu anggun, kalem, pinter. Sedangkan lo kerjaan nya bolos mulu. Aludra cocok nya sama bian" Cerca azriel

kaivan menoleh ke arah bian yang sepertinya acuh dengan godaan azriel. Jika di pikir pikir ucapan azriel ada benarnya, aludra dan bian cukup cocok untuk jadi pasangan.

"Nah itu masalahnya, kan neng al kalem kalo di sanding ama bian ngga cocok ngga ada yang mau mulai pembincaraan ngga seru. kalo neng al sama gue, cocok dia bakalan ketawa terus" balas melvin semangat.

Kai terkekeh sepertinya melvin benar benar jatuh cinta dengan tetangganya. Mereka sedang menuju ke arah latihan memanah.

"Eh itu caca ama marcel" tunjuk melvin

Sabian menoleh ke arah kai "Jaga sikap kai, disini ada pak dandi. Jangan buat keributan" peringat sabian

"Lo harus move on. Sampai kapan pun caca hanya anggap lo abang kalo dia suka lo udah dari dulu kalian pacaran" ucap azriel membuat sabian dan melvin mengangguk setuju.

Kai hanya diam. Bisa ia lihat caca tertawa lepas bersama marcel, ia tidak buta untuk melihat mata yang saling menatap cinta satu sama lain itu. Ah sepertinya hanya dirinya yang tau kalau kedua nya sudah jadian.

"Udah siap?"

Suara pak dandi menyadarkan kai dari lamunan nya. Ternyata mereka sudah tepat di lapangan. Sudah ada aludra, tasya, marcel, salma, dan pak dandi.

"Aura nya itu loh" bisik melvin kagum melihat aludra yang memakai seragam panah, dengan topi menutupi rambut ekor kudanya.

"Gua ngga menufik aludra memang sememikat itu ternyata" balas azriel

"Dasar buaya" cibir salma yang mendengarkan ucapan azriel dan melvin.

"Eh ada pawang buaya. Maaf ngga liat sayang" ucap azriel terkekeh.

Sudah menjadi kebiasaan azriel memanggil
salma pawang buaya. Karena menurutnya salma itu galak dan paling ngga suka sama dirinya yang di sebut buaya.

"Bacot" sinis salma

Melvin hanya mendengus melihat kedua orang itu yang tidak pernah akur. Sedangkan di lain sisi ada kai yang mendekati caca yang duduk di sebelah marcel.

"ca"

Caca tidak menyahut ia sibuk dengan kamera yang membidik ke arah aludra. Sudah menjadi hobby nya untuk memfoto apapun kegiatan aludra.

Marcel yang melihat itupun memberi ruang agar kai mendekati kekasihnya. Mau bagaimana pun mereka berteman sejak kecil. Caca juga sudah menceritakan perihal kai yang menyatakan perasaan waktu itu.

"Aku ke toilet dulu yah" Pamit marcel

Baru caca menoleh dari kameranya. Kai tersenyum miris, sebegitu penting nya marcel.

"Jangan lama" Peringat caca

Marcel tersenyum ia mengusap kepala kekasih nya sebentar setelah itu ia menatap kai dan mengangguk. Baru ia pergi menuju toilet.

Kai yang melihat itu segera duduk di sebelah caca "Ca gue minta maaf"

"Selalu itu yang vano katakan" balas caca tanpa mengalihkan pandangan nya dari aludra yang sedang latihan.

Caca meletakkan kamera nya di pangkuan. ia menatap ke arah sahabat nya itu.

"Buang perasaan vano. Banyak orang sekitar caca mengatakan kalau vano ada rasa sama caca. Dari dulu caca nepis pemikiran itu, karna caca pikir vano ngga akan kayak gitu.  Dari dulu pun caca selalu anggap vano itu abang kayak bang el" lirih nya.

Perihal Luka [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang