27. Nevandra

956 75 3
                                    


Kai membenarkan selimut di tubuh aludra. Ia menghela nafas, kenapa mereka berdua malah berakhir di rumah sakit. Menatap ke depan dimana sesosok terbaring tak berdaya di atas brankar.

Sekarang sudah menunjuk pukul empat pagi. Ia sempat tertidur sebentar namun kembali bangun ketika merasakan pergerakan seseorang di pangkuan nya.

Kai menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah aludra, entah kenapa ia merasa kehangatan di bandingkan risih aludra di dekat nya.

"Kalian masih di sini?"

Kai mendongak menatap marcel yang sudah sadarkan diri itu.

"Menurut lo" sarkas kai

Marcel tersenyum tipis matanya menatap ke arah aludra yang terlelap seraya mendekap perut kai. Sejak kapan mereka berdua berbaikan seperti itu. Ah tidak lebih tepatnya sejak kapan kai menerima keberadaan aludra.

"Kenapa lo bisa kayak gitu?" tanya kai dengan ekspresi datar nya

Marcel menghela nafas kembali mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

"Gue baru pulang kerja terus ketemu beberapa preman. Seperti yang di duga gue di rampok, gue sempat melawan yah namanya preman pasti bawa senjata. Cuman ponsel yang berhasil gue selamatin"

"Lo kerja?" tanya kai tak percaya

Marcel terkekeh sinis "Menurut lo? orang miskin kayak gue dimana bisa dapet uang kalo ngga kerja"

Kai berdehem pelan, kata 'miskin' itu sedikit mengusik nya. Ternyata kehidupan marcel serumit itu, ada setitik rasa bersalah mengingat ia sering memperlakukan marcel begitu kasar dulu.

"Uang pengobatan ibu sudah hilang" gumam marcel namun kai masih mampu mendengar kan.

"Biaya pengobatan ibu lo udah gue lunasin" Ucap kai

Ia baru mengetahui kalau ibu marcel di rawat di rumah sakit. Ia tidak mengetahui jelas penyakit orang tua satu satunya marcel itu. Ia menyuruh orang kepercayaan kenzo untuk membayarnya

Marcel menoleh, raut wajah nya kentara kalau ia terkejut. Kai mengangkat tangan nya untuk mengelus surai aludra. Bukan kah ia pernah bilang kalau dirinya suka dengan rambut aludra. Itu bukan kebohongan.

"Lo mau apa?" tanya marcel dingin

Kai menatap bingung pacar sahabat nya itu "Apa maksud lo?"

Marcel menghela nafas dengan pelan "Kai gue ngga punya tenaga untuk memenuhi keinginan lo"

"Keinginan apa?" tanya kai yang masih bingung

"Lo mau imbalan apa? mau gue lepasin caca?" tanya marcel to the point

Kai menghentikan gerakan tangan nya, ia menatap dingin laki laki tak berdaya di depan sana.

"Kalau bisa udah gue minta. Nyatanya hati caca bukan buat gue, lagian gue sama al akan tunangan"

Marcel melotot ia mencoba bangun seraya menahan nyeri di perut nya yang habis di operasi. Untung nya benda tajam itu tidak terlalu dalam menusuk nya.

"Dendam lo apa harus sejauh itu?"

Kai menatap malas marcel "Ngga ada dendam. Gue tunangan karena permintaan orang tua, gue ngga bakal gangguin lo sama caca maupun dia" ucap kai seraya menatap aludra

Entah apa reaksi perempuan itu ketika bangun melihat dirinya tertidur di pangkuan nya. Awalnya aludra hanya terlelap dengan menyenderkan tubuh nya di sofa, namun ia yang tak tegaan ini malah menarik aludra untuk tidur di pangkuan nya.

"Lo jangan banyak gerak deh. Tambah nyusahin nanti"

"Maaf" sesal marcel kembali membaringkan tubuh lemah nya.

Perihal Luka [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang