⚠️Dilarang keras untuk melakukan plagiat🚫
🍀Selamat Membaca🍀
Barra kini tengah duduk di dalam mobilnya sembari memainkan ponsel menunggu barang yang baru saja ia beli dengan harga yang sangat mahal itu.
Tak lama Erlan dan Marco datang dengan seseorang yang berjalan gelisah di sampingnya bersama para pengawalnya.
Pintu terbuka dan tubuh kecil Ruby di dorong pelan untuk masuk kedalam sebuah mobil.
Sedari tadi Ruby hanya diam menunduk, tidak menyadari seseorang yang duduk di samping sembari menatap Ruby datar. Orang itu tidak lain adalah Barra Nathaniel.
"Jalan" perintah Barra pada supirnya.
Dan tidak menunggu waktu lama mobil Barra meninggalkan tempat itu, sedangkan Erlan pulang bersama Marco dimobil yang lain.
Hening di dalam mobil. Barra sibuk membalas pesan yang masuk dari bawahannya dan juga dari Erlan yang pamit untuk ia dan Marco pulang lebih dulu.
"Hikss" tiba-tiba terdengar suara isakan yang mengalihkan fokus Barra.
Barra menatap Ruby di sampingnya yang kini tengah terisak sembari meremas bajunya kuat.
"Hikss sa-sakiiitt" lirih Ruby sembari meremat kemeja bagian bawahnya untuk melampiaskan rasa panas yang menyiksa tubuhnya sedari tadi.
Tanpa banyak bicara Barra langsung mengangkat tubuh kecil Ruby dan membawa Ruby duduk dalam pangkuanya.
Barra menyandarkan kepala Ruby pada dada bidangnya.
"Sssttt" ringis Ruby saat merasakan sesuatu menusuk lenganya, dan tak lama pandangannya pun berubah gelap.
Saat merasakan sudah tidak ada pergerakan pada orang di pangkuanya berarti obat tidur yang ia suntikan berkerja dengan baik. Kini hanya terdengar deru nafas halus dari pria itu yang tidak lain adalah Ruby.
Barra pun melepaskan jas mahalnya dan memakaikannya untuk menutupi tubuh Ruby yang terekspos di pangkuanya itu.
Barra mendekap tubuh mungil itu erat seolah takut jika seseorang akan mengambilnya. Lagi?
David yang tidak lain adalah supir sekaligus orang kepercayaan Barra itu sedikit meneteskan air matanya saat melihat tuannya itu kini tengah mendekap kembali seseorang yang selalu di nantikannya siang dan malam.
Ia lah salah satu saksi perjalanan hidup yang terjadi pada tuan mereka yang kejam dan tak kenal ampun itu. Saksi dari kejamnya dunia pada seorang Barra Nathaniel.
"Kita pulang sayang" ujar Barra dengan suara lembutnya, mengecup kening Ruby lama dan semakin erat mendekap tubuh kecil itu.
🍀🍀🍀
Tak lama mobil Barra telah sampai dan telah memasuki pekarangan mansion besar milik keluarga Nathaniel.
Saat mobil berhenti dengan cepat pengawal yang berjaga langsung membukakan pintu untuk Tuannya.
Barra turun dengan Ruby yang berada dalam gendonganya.
Barra memasuki mansion dan di sambut para pengawal juga para maid yang sudah berbaris rapih menyambut kedatanganya.
"Siapkan air hangat dengan handuk kecil dan antarkan ke kamar saya" titah Barra dan langsung di laksanakan oleh maid disana.
Barra berjalan menaiki tangga menuju lantai dua di ikuti dua pengawal di belakangnya.
Dan saat sampai di depan pintu kamar yang dituju, pengawalnya dengan cepat membukakan pintu dan menutupnya kembali setelah Barra masuk.
Barra merebahkan tubuh kecil pria yang dibawanya itu pada ranjang yang empuk dan nyaman.
Barra menatap wajah damai Ruby dengan pandangan sendu.
"Aku tau kau pasti pulang sayang" ucap Barra perau.
Tangannya terangkat dan membelai wajah Ruby lembut penuh kasih sayang.
"Mungkin kau tidak mengingatku, tapi aku akan selalu mengingatmu" ucap Barra sendu.
Saat Barra hendak mendekatkan wajahnya pada wajah Ruby, tiba-tiba pintu di ketuk dari luar.
"Permisi tuan, saya membawa apa yang tuan minta" ucap seorang maid di luar kamar.
"Masuk" titah Barra.
Maid itu pun masuk dan berdiri di depan pintu.
"Simpan di meja" titah Barra lagi.
Setelah menyimpan air dan handuk, maid itu pamit untuk pergi.
Barra bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju meja membawa air hangat dan handuk kecil itu ke arah Ruby.
Barra kembali duduk di samping Ruby, ia berniat untuk membersihkan tubuh Ruby agar dia bisa tidur dengan nyaman.
Setelah membersihkan dan mengganti pakaian Ruby, Barra memutuskan untuk berlalu menuju kamar mandi, dia pun harus membersihkan dirinya.
"Jaga dia" titah Barra pada dua pengawalnya yang berdiri di kedua sisi pintu kamar yang Ruby tempati.
Barra kini tengah berendam untuk menenangkan pikiran dan tubuhnya sembari menikmati segelas wine di tangan kirinya.
Sorot matanya menatap lurus pada bingkai poto berukuran kecil yang ia genggam di tangan kanannya.
Senyum tipis terbit di bibir pria berumur 29 tahun itu saat memandangi poto di depannya.
"Tidak lama lagi" ujar Barra.
🍀🍀🍀
Ruby menggeliat dari tidurnya, mata cantiknya perlahan mulai terbuka.
Ruby memandangi sekeliling tempat yang menurutnya sangat asing.
Dan seketika Ruby teringat kejadian semalam, tubuh Ruby terperanjat bangun.
Ruby memandang ke samping tempat tidur yang ia tempati.
Dapat Ruby lihat ada seorang pria yang sangat dikenalnya yang tengah tertidur damai di atas sofa.
Dengan penuh keberanian Ruby pun bersuara.
"Ba-Barra" panggil Ruby gemetar dengan wajah ketakutannya.
Pria yang tengah tertidur itu pun perlahan membuka mata dan terbangun dari berbaringnya menyesuaikan tubuhnya untuk menghadap Ruby.
"Kau sudah bangun?" tanya seorang pria yang duduk di sofa menatap Ruby lembut yang tidak lain adalah Barra.
"Di-dimana kita?" tanya Ruby takut-takut.
"Kita sedang berada di mansionku" jawab Barra santai.
Ruby pun menghela napas lega dan mengangguk kecil.
Barra bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri Ruby yang masih terdiam mematung menatap Barra dengan wajah pucatnya.
Tangan Barra terulur menuju wajah Ruby. Ruby dengan refleks menutup matanya dan meremat selimutnya kuat.
Namun seketika matanya kembali terbuka saat merasakan tangan dingin seseorang menyentuh dahinya.
Mata Ruby membola lucu dan menatap Barra penuh kebingungan.
"Demamnya sudah turun, aku akan panggilkan maid untuk membawakan makanan untukmu." ucap Barra lalu setelahnya berlalu meninggalkan Ruby yang masih termenung.
Jadi semalam Ruby terkena demam dan seluruh tubuhnya bergetar menggigil. Mau tidak mau Barra harus merawat dan menemani Ruby sepanjang malam.
Barra sebenarnya bisa saja menyuruh salah satu maidnya untuk menjaga Ruby namun Barra lebih memilih jika ia sendiri yang akan merawat dan menjaga Ruby.
Sehingga sepanjang malam Barra tidak tidur karena terus memastikan Ruby baik-baik saja. Barra bisa tidur pada pukul 4 pagi di saat demam Ruby sudah turun dan Ruby sudah tidur dengan tenang.
🍀Bersambung🍀
©️icih20, 20/08/2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Girare Nel Vuoto [Sungjake]
General FictionKehidupan yang selalu berputar dalam kehampaan. Tidak tahu sampai kapan penantiannya akan berakhir dan kehidupannya kembali lengkap dan terisi penuh. Harapannya hanya satu, yaitu merasakan kembali kebahagiaannya yang sempat di rampas paksa darinya...