Cukup Memantau dari Jauh

14 7 8
                                    

“Setiap orang memiliki tiga cerita dalam hidupnya; cerita yang sedang dia jalani, cerita indah yang ingin dia jalani, dan cerita pahit yang ingin dia lupakan.”
- dari Seseorang –



🕊️🤍🌼 Happy reading 🌼🤍🕊️

Malam ini adalah pertemuan kedua keluarga, untuk membahas perjodohan anak-anak mereka. Keluarga Gozali lebih dahulu hadir di restoran, tempat pertemuan mereka. Sekitar 5 menit, datanglah keluarga perempuan.
“Assalamualaikum,” ucap pak Rofiq Muhammad Zein dan istrinya.
“Wa’alaikumsalam,” jawab keluarga Gozali.
Mereka memesan tempat private, agar lebih santai dan leluasa untuk mengobrol.
“Apakah kalian sudah lama disini?” Bu Tania bertanya, karena tidak enak kepada calon besannya.
“Belum kok jeng, ohiya sebelum memulai pembicaraan lebih baik jika kita memesan makanan dulu!” saran Bu Fatimah.
“Iya benar juga jeng,”
“MAS....” Gozali menaikkan suaranya agar terdengar oleh pramusaji.
Tidak lama kemudian datanglah seorang pramusaji membawa buku menu, lalu ia menyerahkan kepada orang yang memanggilnya tadi. “Silahkan Tuan dan Nyonya,” ucapnya sangat ramah.
“Ma, pah kalian mau pesan apa? Oh iya om dan Tante juga mau pesan apa ?” tanya Gozali sambil melihat menu yang ada ditangannya.
“Kalau kami samain aja nak,” jawab mamanya.
“Iya kami juga samain aja,” ucap Bu Tania.
“Kalau begitu saya mau pesan menu yang best seller yah Mas! Dan minuman juga yang paling enak.”
Pramusaji itu pun mencatat pesanan yang disebutkan oleh Gozali lalu ia pamit undur diri. “Baik Tuan dan Nyonya, mohon ditunggu.”
Hanya menunggu kurang lebih 10 menit para pramusaji datang membawa pesanan mereka. Setelah meletakkan makanan dan minuman itu merekam pun undur diri untuk kembali melayani pelanggan lain.
“Silahkan makan dulu,” ucap Pak Farhan papahnya Gozali.
“Baiklah.” Mereka serempak menjawab lalu mulai makan malam bersama.
Setelah mereka semua sudah selesai memakan makanannya, Pak Rofiq memulai pembicaraan. “Jadi bagaimana? Apakah Gozali setuju jika dijodohkan dengan putri kami?” tanyanya.
“Iya, in syaa Allah Gozali sudah setuju,” jawab pak Farhan.
“Maaf Om, apakah putri Om sudah setuju dengan perjodohan ini?” tanya Gozali.
“Untuk Saat ini putri Om bekum tau kalau akan dijodohkan dengan seseorang.” Bukan pak Rofiq yang menjawab melainkan istrinya.
“Tapi bagaimana jika ia tidak setuju dengan perjodohan ini.” Gozali terus bertanya sebab takut ditolak nantinya.
“In syaa Allah jika jodoh akan dimudahkan.” Kini mamanya yang menjawab.
“Berarti perjodohan ini akan kita lanjutkan, masalah putri saya in syaa Allah dia akan mau,” ucap Pak Rofiq.
Mereka juga membahas mengenai pertukaran CV antar keduanya, hingga pukul 21.00 akhirnya mereka pun akan pulang. Jika ada info perubahan atau hal lain-lainnya akan saling berkabar lewat handphone saja.

✨✨✨


Pagi ini langit sedikit berawan, cuaca pun lumayan dingin. Zuhayrah pagi ini akan berangkat ke kampus, namun jika bukan karena tugas dari dosennya itu ia akan bolos saja. Zuhayrah rasa jika ia memaksakan dirinya ke kampus, ia takut terjatuh atau hal lainnya sebab ia lagi kurang sehat sebab kelelahan. Tapi mau gimana lagi ada amanah yang ia pegang tidak boleh seenaknya untuk bolos.
Telat saat Zuhayrah sampai di koridor kampus, hujan pun turun. Namun, dasar Zuhayrah yang ceroboh ia lupa membawa jaket padahal ia sedang kurang sehat. Suhu tubuhnya pun sangat panas dan sangat di gin yang ia rasakan.
Zuhayrah melangkah ke kelas untuk mengumpulkan makalah teman-temannya, mungkin setelah menyelesaikan amanahnya ia akan izin tidak ikut kelas sebab ia tidak kuat untuk belajar.
“Assalamualaikum... Teman-teman sekarang kalian kumpulin makalahnya yah saya akan membawanya ke ruangan Pak Gozali!” ucapnya saat memasuki kelas.
“Sabar Bu,” ucap salah satu mahasiswa.
“Zu... Lu mau gue bantuin gak.” Usul Zahra.
“Nggak usah Ra, ini dikit doang kok.” Zuhayrah menolak dengan halus, sebab tak ingin membebani temannya.
“Yaudah deh kalau gitu,” ucap Zahra.
Setelah makalah itu terkumpul semua, Zuhayrah langsung membawanya ke ruangan Pak Gozali. Walau kepalanya sedot berdenyut serta dingin yang ia rasakan.

Tok...Tokk...Tokk...

“Masuk!” ucap orang yang ada di dalam ruangan.
Setelah ia dipersilahkan untuk masuk, Zuhayrah pun masuk dan bertanya dimana ia akan meletakkan makalah teman-temannya. “Assalamualaikum, maaf pak makalahnya diletakkan di mana yah?”
“Waalaikumsalam. Letakkan saja di atas meja san,” ucapnya lalu menunjuk meja yang ia maksud, tapi Gozali tidak sengaja melihat ke arah Zuhayrah yang seperti sedang kedinginan. Dengan inisiatif Gozali, ia bertanya.
“Apakah kamu sedang tidak enak badan?”
“Hmmm, a-anu pak. Saya baik-baik saja.” Zuhayrah tidak mungkin memberi tahu dosennya itu bahwa yang ia rasakan saat ini adalah kepala yang rasanya mau pecah dan sangat dingin hingga ia menggigil.
“Tidak usah berbohong,” ucapnya lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke arah Zuhayrah. “Ini dipakai jaketnya, kamu kelihatan menggigil. Ohiya setelah dari ruangan saya, kamu boleh pulang kerumah untuk istirahat. Untuk izin saya akan menelpon ketua tingkatmu!” Gozali menyerahkan jaketnya dan memerintahkan kepada Zuhayrah untuk pulang istirahat.
“B-baik pak, terimakasih. Assalamualaikum.” Pamitnya kepada Gozali.
“Wa’alaikumsalam, hati-hati,” jawabnya namun tidak di dengar oleh Zuhayrah.

✨✨✨

Selama 3 hari Zuhayrah tidak ke kampus, ia sangat lemas badannya pun masih panas namun sudah mendingan. Sejak itu juga Gozali selalu memantau perkembangan kesehatan Zuhayrah lewat art yang dikirim oleh orang tua Zuhayrah sendiri. Setiap jam makan, Gozali menanyakan Zuhayrah dan sesekali ia mengirim makanan sehat untuk Zuhayrah.
Seperti saat ini, jam makan siang Gozali mengirim bubur ayam dan buah-buahan. Bi inem yang sudah tau, makanan yang yang dia terima pasti dari calon dari majikannya itu. Bi inem pun menyiapkan makanan itu lalu ia antar ke kamar Zuhayrah.
“Non, yuk makan dulu,” ucap Bu inem setelah ia berada di kamar Zuhayrah.
“Pait Bi! Nanti Zuhayrah muntah lagi, terus  gimana?”
“ In syaa Allah nggak non, ini bubur kesukaannya non tau,” bujuk Bi inem.
“Yaudah dikit aja yah bi,”
“Iya non, yang penting makan setelah itu minum obat yah.” Bi inem tersenyum kala melihat Zuhayrah memakan buburnya.
Zuhayrah hanya memakan sekir 10 suap, setelahnya ia sudah tidak kuat lagi menelan buburnya. Setelah itu ia meminum obatnya lalu istirahat.
Bi inem keluar dari kamar Zuhayrah, lalu meletakkan makanan yang disisa oleh Zuhayrah.
Gozali Saat ini hanya bisa memantau Zuhayrah dari kejauhan, saat ini ia juga sedang berada di luar kota untuk urusan pekerjaan. Kemungkinan besar Gozali akan pulang ke rumahnya 2 atau 3 hari lagi, jika bukan pekerjaan yang sangat penting mungkin ia akan berada di rumahnaya saja untuk  memantau Zuhayrah . Walaupun ia tidak melihatnya secara langsung, akan tetapi jika ada apa-apa ia bisa siap saat itu juga.

✨✨✨

Hai guys gimana part ini?

Kalo kalian suka komen dan vote yah!
Pokoknya author maksa.

Next 👉

Zuhayrah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang