“Selama apapun engkau menghilang, dan sejauh apapun engkau pergi jika takdirmu dan takdirku telah tertulis dilauful Mahfudz maka kita akan bertemu kembali dan bersama dengan sebaik-baik jalan”.
-Zuhayrah-Sesampainya di depan gerbang, Zahra terlebih dahulu membuka pintu pagar dan melangkah masuk. Setelah itu disusul oleh Zuhayrah, mereka berdua terpukau melihat halaman rumah ini. Sangat luas, dengan pepohonan yang rindang serta bunga-bunga berwarna-warni dan juga kolam ikan minimalis.
“Gila ini rumah bikin nyaman banget,” ucap Zahra masih terpesona dengan keindahan halaman rumah ini.
Zuhayrah tak menjawab apapun ia langsung melangkah ke arah pintu. Saat sampai depan pintu Zahra yang terlalu excited mengetok pintu dan berteriak salam.
Tokkkk.... Tokkkk... Tokkkk....
“Assalamualaikum!”
Tokkk..... Tokkkk.... Tokkkk.....
“Assalamualaikum!”. Zahra sudah kesal karena tidak ada yang menyahut dari dalam, padahal ia sudah mengetok pintuk dan mengucapkan salam dengan suara yang keras.
Zuhayrah yang melihat sahabatnya itu hanya geleng-geleng kepala. Setelamemencet langsung memencet bel pintu. Tidak lama kemudian pintu terbuka lebar, menampakkan seorang laki-laki berperawakan tinggi, kulit hitam manis, cambang tipis dengan alis tebal warna hitam pekat. Dan jangan lupakan senyum tipis yang membuat ia lebih manis dan gagah.
Zahra yang melihat itu langsung terpukau hingga mulutnya terbuka. Zahra adalah tipikal cewek bar-bar yang suka dengan cogan, apalagi bening seperti yang ada dihadapannya saat ini. Sangat berbeda dengan Zuhayrah yang bergeming. “Apakah ini adalah mimpi?” hingga suara seseorang yang ada dihadapannya menyadarkan Zuhayrah dan Zahra dari keterkejutannya.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya kepada Zuhayrah dan Zahra sambil menundukkan kepalanya.
Bukan apa-apa, laki-laki itu hanya menjaga pandangannya dari kedua perempuan yang ada dihadapannya. Namun, lagi-lagi suara Zahra yang membuat Zuhayrah ingin menampol sahabatnya itu.
“Hello... Kok lu dari tadi menunduk sih? Emang uangnya jatuh?” bukannya menjawab pertanyaan laki-laki itu Zahra malah bertanya balik.
Akhirnya Zuhayrah langsung menyerahkan tupperware yang dibawanya. Laki-laki itu tidak mengambilnya langsung , karena bingung tiba-tiba disodorkan tupperware oleh perempuan di depannya.
“Ambil aja itu seblak ceker buatan sahabat gue. Dijamin lu bakalan suka dan ketagihan setelah nyobain tuh seblak.” Zahra langsung menjelaskan maksud Zuhayrah memberinya tupperware, ia sudah geregetan sedari tadi sebab laki-laki itu tidak mengambil tupperware itu di tangan Zuhayrah dan tidak mengatakan apapun selain raut wajahnya yang kebingungan.
“Hmm.... Syukron katsiron,” ucapnya setelah mengambil tupperware itu di tangan Zuhayrah.
“A-afwan... Kami berdua pamit dulu. Assalamualaikum.” Setelah menjawab ucapan terimakasih dan salam kepada laki-laki itu Zuhayrah langsung melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan tempat itu.
“INI TUPPERWARE-NYA SAYA KASIH KE SIAPA JIKA SUDAH HABIS SEBLAKNYA?” teriaknya kepada Zuhayrah dan Zahra.
“ANTARIN AJA KE RUMAH ZUHAYRAH, YANG ADA DI DEPAN NOH,” teriak Zahra tak kalah kencang.
Deg.....
Ia tak salah dengar-kan dengan nama yang diucapkan oleh salah satu perempuan tadi. Dan apa lagi katanya di depan rumahnya? Kini ia langsung tersenyum dan memegang dadanya yang berdetak kencang. Akhirnya mereka dipertemukan kembali, bahagia? Tentu saja ia sangat bahagia. Ia akan segera memberi kabar kepada orangtuanya bahwa ia telah bertemu kembali dengan Zuhayrah-nya.
Setelah menutup kembali pintu rumahnya, ia tidak berhenti senyum-senyum sendiri. Ia langsung melangkah ke arah dapur tidak sabar mencicipi masakan Zuhayrah. Hanya butuh waktu 15 menit ia telah menghabiskan seblak buatan Zuhayrah.
“Enak, ternyata sekarang ia pandai memasak,” gumamnya sambil tersenyum.
Senyum manis yang tak pernah berhenti sedari tadi. Ia sudah seperti orang gila senyum-senyum sendiri dari tadi. Rasa senang, bahagia dan hati yang berbunga-bunga sedang menguasainya. Siapa yang tidak berbunga-bunga hatinya jika dipertemukan kembali dengan seseorang yang sudah mengisi hati sejak dahulu.
Azan magrib telah berkumandang, panggilan sang Pencipta kepada semua hamba-nya agar segera mendirikan salat. Gozali bersiap-siap untuk berangkat ke masjid untuk salat magrib berjamaah. Masjid tidak terlalu jauh dari rumahnya, hanya melewati beberapa rumah saja. Saat keluar dari pintu pagar hal yang pertama kali ia lihat adalah rumah seseorang yang membuatnya senyum-senyum sendiri dari tadi. Gozali tidak langsung pulang ke rumahnya ia lebih memilih menunggu waktu isya di masjid saja.
✨✨✨
Di seberang rumah Gozali tepatnya di rumah Zuhayrah, ia sedang makan malam bersama Zahra. Malam ini Zahra akan menginap di rumah Zuhayrah, ia sedang malas pulang katanya. Padahal ia ingin memantau laki-laki yang tadi sore ia temui di seberang sana.
“Zu, besok gak ada tugas kan yah?” tanyanya setelah mereka berada di dalam kamar Zuhayrah.
“Nggak ada,” jawab Zuhayrah.
Beberapa menit hening sejenak kemudian Zahra mulai mengeluarkan semua isi pikirannya yang dari tadi bersarang.
“Zu, gue mau nanya deh tapi lu harus jawab dengan jujur yah!” Zahra memulai pembicaraan di antara mereka berdua.
“Mau nanya apa emangnya, kayak serius banget deh,” tanya Zuhayrah mulai penasaran dengan apa yang akan ditanyakan oleh Zahra, seperti penting.
“Hmmm... Itu Zu, semenjak lu ketemu sama laki-laki yang tadi kenapa tiba-tiba kayak ada yang beda dengan gerak-gerik lu?” tanyanya serius tak lupa dengan mukanya yang menjengkelkan.
“Beda bagaimana maksudnya?”
“Pokoknya beda, dari selesai seminar lu lebih banyak bengong ditambah lagi tadi sore, setelah nganterin seblak ceker ke tetangga yang ada di depan sana.” Tunjuknya ke arah jendela. “ lu juga lebih banyak diam,” ucapnya.
“Perasaan kamu doang itu mah,” jawab Zuhayrah masih memilih bungkam.
Bukan Zahra namanya jika ia gampang menyerah, ia masih bum puas dengan jawaban yang diberikan oleh Zuhayrah. Dari 100% Zahra hanya percaya 1%, dan 99% ia akan berusaha mencari tau agar jiwa kuriositas-nya tidak berperan dalam pikirannya.
“Lu gak percaya yah sama gue?” Zahra mulai melakukan segala hal agar Zuhayrah mau bercerita kepadanya.
“Nggak gitu ihh,”
“Terus maksudnya gimana?” tanya Zahra.
“Yaudah iya aku bakalan cerita ke kamu, tapi kamu jangan ember mulutnya!” Zuhayrah akhirnya memilih untuk mengalah dan akan bercerita kepada Zahra.
Flash back on
Dua anak berbeda jenis dan umur sedang bermain di taman, dekat dengan rumah mereka berdua. Setiap harinya mereka akan bermain setelah pulang dari sekolah. Umur anak laki-laki itu sekitar 12 tahun dan anak perempuan itu berumur sekitar 8 tahun saat itu, mereka sangat dekat hingga keduanya tumbuh menjadi anak bujang dan anak gadis. Mereka adalah Gozali dan Zuhayrah, seiring dengan berjalannya waktu diantara mereka berdua tumbuh sebuah rasa aneh dalam hati mereka. Setiap bertemu ada rasa bahagia yang mereka rasakan dan jika mereka tidak bertemu sehari maka rasanya hampa dan ada yang kurang. Awalnya Gozali menampik perasaannya sendiri, sedari kecil ia hanya menyayangi Zuhayrah seperti seorang adik. Namun, kenapa rasa itu berbeda setelah remaja? Gozali berusaha untuk biasa saja tetapi semakin perasaannya tumbuh kepada Zuhayrah. Begitupun dengan Zuhayrah yang merasakan hal yang sama dengan Gozali. Pada saat Gozali lulus dari SMA, ia mendaftar kuliah di Riyadh ibukota Saudi Arabia. Ia berfikir ini adalah jalan yang terbaik bagi mereka berdua agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Zuhayrah pun setahun setelah keberangkatan Gozali ia ikut pindah dengan orangtuanya ke Bandung. Di sana Zuhayrah melanjutkan sekolah SMA-nya, ia memilih untuk masuk ke pondok pesantren.
Setelah Zuhayrah lulus SMA di pondok-nya ia akan melanjutkan studinya di Jakarta. Tepatnya di perguruan tinggi swasta milik keluarganya. Sekitar 2 tahun setengah ia kuliah tepatnya di semester 5, Zuhayrah dilertemukan oleh seseorang yang telah menghilang beberapa tahun yang lalu. Namun bukan itu masalahnya, tetapi rasa yang ia telah kubur dalam-dalam kembali muncul ke atas permukaan hatinya. Begitupun dengan Gozali Perasaan yang telah lama ia simpan kini kembali lagi setelah beberapa tahun terakhir. Siapa sangka rasa kagum mereka berdua sudah tumbuh menjadi rasa cinta, akan tetapi Zuhayrah akan berusaha biasa-biasa saja. Ia takut jika nanti kekecewaan yang mendalam akan ia rasakan jika tidak menghentikan perasaannya dari sekarang. Namun, berbeda dengan Gozali ia berfikir bahwa takdirlah yang telah mengatur semua ini. Ia akan berusaha menjemput takdirnya dengan memulai membicarakannya dengan kedua orangtuanya. Setelah itu jika diberi lampu hijau ia akan menemui langsung kedua orang tua Zuhayrah tanpa memberi tahu orangnya.
Flash back off
Hampir 1 jam mereka bercerita, akhirnya rasa penasaran Zahra terbayar lunas. Akan tetapi yang ada sekarang malah merasakan baper setelah mendengarkan kisah sahabatnya itu.
“Uhuyyy kayaknya bentar lagi bakal ada yang sold out deh,” ejeknya kepada Zuhayrah.
“Tuh kan giliran udah diceritain malah ngemedekin.” Raut wajah Zuhayrah telah berubah menjadi masam setelah diledek oleh Zahra.
“HAHAHAHAH.” Suara ketawa Zahra yang menggelegar dalam kamar Zuhayrah. “Aduh sakit perut gue, Hahahaha. Aduhhh...,” ujarnya sambil memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa.
“Rasain, makanya jangan ngeledek orang terus! Udah ah aku mau tidur besok ada kelas pagi.” Setelah mengucapkan itu Zuhayrah langsung membaringkan tubuhnya dan menarik selimut hingga kepalanya.
Tak lama kemudian Zahra pun menyusul Zuhayrah. Sebelum itu ia mematikan lampu dan mengganti dengan lampu tidur.✨✨✨
Hai guys gimana part ini?
Kalo kalian suka komen dan vote yah!
Pokoknya author maksa.Next 👉👉👉
KAMU SEDANG MEMBACA
Zuhayrah [TAMAT]
RomanceApa yang salah jika mengagumi seseorang? Namun, ketika kamu siap mengagumi seseorang secara diam-diam, berarti kamu juga harus siap terluka secara diam-diam. Tetapi jika diam-diam dicintai oleh orang yang kita cintai, tiada yang lebih indah dari dua...