Cinta atau Hanya Sebatas Rasa Kagum

35 10 20
                                    

“Rasa kagum yang setiap hari dipupuk dengan rapi dan dijaga dengan baik akan tumbuh menjadi rasa cinta dalam hati”.
-Nurul Azizah-



🌼🕊️🤍 Happy reading 🤍🕊️🌼

Mobil yang dikendarai oleh Zuhayrah dan Zahra, telah sampai di depan rumah. Setelah memarkirkan mobilnya, Zuhayrah menghela nafas panjang. Ia pasti bisa biasa saja tanpa memikirkan hal-hal yang terjadi hari ini. Lalu  Zuhayrah membangunkan Zahra.
“Ra... bangun, udah sampai rumah!” ucapnya sambil menggoncang pelan lengan Zahra.
“Hmm.” Zahra hanya membalas dengan gumaman.
“Yaudah aku tinggal yah, Ra.”
Setelah mengatakan itu Zuhayrah benar-benar meninggalkan Zahra, ia akan mengambil belanjaan di bagasi mobil untuk dibawa masuk ke dalam rumah. Tidak lama kemudian Zahra muncul dibalik pintu, mukanya masih khas bangun tidur.
“Mau langsung masak Zu?” tanya Zahra yang melihat Zuhayrah sibuk mengeluarkan belanjaan dari plastik.
“Nggaklah... mau salat dulu baru buat seblak. Eh sekalian mau masak lauk untuk makan siang.”
“Yaudah sana cepetan salat! Gue udah laper. Tadi pagi cuma sarapan roti dan minum susu,” suruh Zahra yang tidak sabaran.
“Sabar... baru juga selesai azan .”
Zuhayrah melangkah ke kamarnya setelah mengatakan itu kepada Zahra. Ia akan mengganti pakaian yang lebih santai sebelum salat. Setelah mengganti pakaian ia langsung wudhu, dan keluar dari kamar mandi ia menggelar sajadah dan memakai mukena. Disaat sujud terakhirnya, ia sengaja berlama-lama. Melangitkan semua kegundahan yang dirasakannya. Begitupun setelah selesai dengan zikir Zuhayrah mengangkat kedua tangannya untuk meminta petunjuk, apakah rasa dalam hatinya itu hanya sebatas rasa kagum atau sudah tumbuh menjadi rasa cinta? Tapi biarkan waktu dan takdir yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dia langitkan. Selepas berdoa ia merapikan mukena dan sajadahnya lalu menyimpan pada tempatnya.
Langkah kaki terdengar, Zahra langsung menoleh ke arah suara. Senyumannya langsung terbit bagaikan bulan sabit. Zuhayrah membalas senyuman Zahra dengan candaan.
“Kenapa tuh senyum-senyum sendiri?” ucapnya sambil berputar-putar bergidik ngeri. Seakan senyuman Zahra sangat menyeramkan.
“Apaan sih, salah mulu perasaan. Senyum salah, ngambek pun salah,” gumamnya yang masih didengar oleh Zuhayrah.
Hal yang pertama kali dilakukan oleh Zuhayrah saat sampai di dapur adalah menyiapkan alat-alat untuk memasak. Setelah itu memotong-motong bahan yang akan dicampur dengan seblak. Zahra hanya menjadi penonton setia, tidak ingin membantu Zuhayrah. Zahra takut malah mengacaukan masakan serta dapur rumah Zuhayrah. Zahra tidak terlalu pandai memasak seperti Zuhayrah, yang bisa memasak macam-macam makanan. Tapi Zahra tipe orang yang suka makan tapi tidak bisa memasak. Berbeda dengan Zuhayrah, ia pandai mengolah bahan-bahan makanan menjadi makanan yang enak tetapi Zuhayrah bukan tipe yang suka makan.

✨✨✨

Aroma dari seblak ceker ayam yang dimasak Zuhayrah sangat menggoda untuk dicicipi. Selesai memasak, Zahra membantu menyiapkan makanan di atas meja makan. Tidak hanya seblak ceker ayam yang dimasak Zuhayrah, tetapi ia juga memasak udang asam manis serta sambal cumi-cumi.
“Dari aromanya aja udah bikin gue gak tahan untuk makan,” ucap Zahra dengan sebelah tangan yang mulai menyendok seblak ceker ayam ke dalam piringnya.
“Tapi seblak cekernya kurang pedas, sengaja sih bikin yang original. Biar nih lambung istirahat dulu,” jawab Zuhayrah tak lupa pula dengan senyum tipisnya.
“Ini a-wja uwdah e-wwnak”, komentar Zahra dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.
“Dikunyah dulu makanannya, Ra!”
“Zu.... yang jadi suami lu nanti pasti beruntung banget. Soalnya dapat istri paket komplit! Udah cantik, baik, saleha, rajin, dan pintar masak.”
“Biasa aja kali Ra,”
“Tapi lu cocok deh sama Mas-mas cogan tadi yang menyampaikan materi seminar,” seru Zahra mengingat pembawa menteri di seminar yang ia ikuti beberapa jam yang lalu.
Uhukk... Uhukk....
Zuhayrah tersedak dengan makanan yang ia baru saja telan. Zuhayrah kaget dengan ucapan Zahra yang terlalu ceplas-ceplos.
“Nih minum dulu, makanya kunya yang bener tuh makanan baru ditelan pelan-pelan,” omel Zahra seperti sedang memarahi anaknya yang nakal.
“Iya-iya ibu Zahra.”
Seblak ceker ayam buatan Zuhayrah masih lumayan banyak. Dan Zuhayrah yang tak ingin membuang-buang makanan, berniat untuk membaginya ke pada tetangga. Masih ada sekitar 4 porsi, berarti cukup untuk tetangga yang ada di samping kiri-kanan dan depan rumah Zuhayrah. Jika ditanya kemana orang tua Zuhayrah? Jawabannya adalah orang tuanya ada di Bandung. Zuhayrah tinggal sendiri di Jakarta sejak beberapa bulan lalu karena ia baru masuk kuliah jadi pindah ke rumah yang ada di Jakarta. Rumah ini adalah tempat tinggalnya dahulu sebelum pindah ke Bandung.
“Ra... seblak ceker ayamnya masih lumayan banyak. Kayaknya bagikan ke tetangga aja yah, soalnya takut mubazir.”
“Yaudah nanti gue bantuin bagi-bagi ke tetangga,” ucap Zahra.
Zuhayrah menuangkan seblak ceker ayam pada beberapa tupperware kecil. “Udah selesai nih, tinggal bagi-bagi deh.” Zuhayrah berjalan ke arah Zahra yang berada di ruang tengah. Setelah itu ia meletakkan tupperware-tupperware kecil itu dihadapan Zahra.
“Mau nganterin sekarang banget, Zu? tanya Zahra.
“Iyalah, kalau bisa sekarang kenapa harus menunggu sampai nanti ?” setalah berucap Zuhayrah berdiri dari tempat duduknya. Lalu menarik tangan Zahra agar ikut berdiri.
Dengan ogah-ogahan, Zahra berdiri mengikuti Zuhayrah “Pelan-pelan aja jalannya!” Sambil menghentakkan kakinya.
Sesampainya di depan rumah tetangga yang berada di sebelah kanan rumahnya, Zuhayrah mengetok pintu sambil ngucapkan salam.
Tok... Tokk... Tokk...
“Assalamu’alaikum,” ucapnya
Namun tidak ada yang menyahut dari dalam. Kini Zahra yang mengetok pintu itu dengan tidak sabaran.
Tokkkk...Tokkkkk...Tokkkkk....
“Bapak, Ibu.... Penghuni rumah ini ada tamu cantik di depan pintu kalian,” teriak Zahra dengan suara membahananya.
“Pelan-pelan Ra, nanti pintunya rusak.” Membayangkannya saja Zuhayrah sudah meringis sendiri.
“Kelamaan tau”.
Tidak lama kemudian, pemilik rumah ini membuka pintu dengan tergopoh-gopoh. “Eh kalian sudah lama? Maaf tadi Tante gak dengar ketukan pintu soalnya lagi di belakang.”
“iya Tante gak apa-apa kok, ohiya ini ada sedikit makanan,” ucap Zuhayrah kepada pemilik rumah itu yang tidak lain adalah tetangganya.
“Makasih banyak yah Zuhayrah, kamu memang baik, cantik, dan pintar masak pula. Calon mantu idaman banget,” pujinya.
“Hehehe, sama-sama Tante. Kalo begitu kami berdua pamit dulu yah.” Zuhayrah menarik tangan Zahra pergi dari situ.
Zahra yang kesal karena sedari tadi Zuhayrah selalu menarik tangannya. Ia langsung berlari ke depan Zuhayrah, sehingga tangan Zuhayrah langsung terlepas.
“Woy Ra, kenapa lari-larian sih,” ucapnya dengan suara yang agak keras.
“Siapa suruh lu deman banget narik tangan gue dari tadi,”
“Y-yaa kan biar cepat Ra.” Zuhayrah menyusul langkah Zahra yang sudah tidak lari-larian lagi.
Setalah mengantar makanan kepada para tetangga-tetangganya, kini tinggal tersisah satu tupperware. Yah Zuhayrah dan Zahra belum mengantar tupperware ceker itu ke tetangga depan rumah Zuhayrah, karena mereka berdua bingung apakah ada orang yang tinggal disana? Karena setahunya tidak ada penghuninya. Tetapi kenapa ada mobil yang terparkir di depan rumah tersebut. Kan mereka berdua jadi bingung. Setelah berhenti beberapa saat mereka berdua bersepakat untuk mengantar makanan itu kepada tetangga depan rumahnya, siapa tau memang sudah ada penghuninya akan tetapi Zuhayrah tidak mengetahuinya. Mereka berdua melangkah ke arah rumah itu sambil menikmati udara sore.

✨✨✨

Hai guys gimana part ini?
Kalo kalian suka komen dan vote yah!
Pokoknya author maksa.

Btw sebelum lanjut part absen dulu kalian dari mana aja?

Zuhayrah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang