09. Malam sebelum perang

169 23 3
                                    

"Okey~ Aku tidak masalah nona bertudung menjadi wasit kita! Bagaimana menurutmu, Game-chan?" Choji menepuk tangannya lalu menoleh kearah Togame dengan wajah cerianya.

"yah, kalau kau tidak keberatan, aku juga tidak masalah, Choji." Togame mengangkat bahunya acuh tak acuh.

"Oi, Rumi-chan! Jangan melibatkan dirimu! Kau tetap-"

"Nee... Umemiya, tidak ada jaminan jika situasi nanti akan semakin parah. Aku merasa pertarunganmu dan bocah itu akan lebih brutal. Jika firasatku benar, aku akan menghentikan kalian bagaimanapun caranya. Jangan lupakan, aku adalah pemegang medali emas bela diri cabang karate. Aku bisa melindungi diriku sendiri," potongku

"Eh?! EEEHHHH?! HANA-SAN, KAU ADALAH ATLIT KARATEEE?!" teriak Nirei syok

Choji lalu menghampiriku, "Kau benar-benar atlit, nona bertudung? Nee, nee... bergabunglah dengan kami, nona bertudung!" ucapnya dengan bersemangat dan berputar disekitarku.

"Aku menolak," tolakku sambil menggeleng.

"Ehh.. sayang sekali." Choji lalu tersenyum kembali dengan tatapan mata yang kosong.

"Yah, itu tidak masalah. Jika aku menang, kau pun akan menjadi milikku seperti Ume-chan."

Maaf saja tapi aku tidak berniat menjadi babu. Jika aku tahu Furin adalah sekolah berandalan, aku akan menolak tawaran ayahku mentah-mentah saat itu.

"Kalau begitu kami akan menunggu kalian besok di markas Shishitouren. bersiaplah untuk menjadi samsakku, Othello-kun." Togame mendekati Choji dan menepuk pundaknya, "Ayo kembali, Choji."

Choji berbalik menoleh kearah Togame lalu mengangguk, "Oke! Kalau begitu sampai jumpa besok, Ume-chan, nona bertudung!" Bocah itu melambai kearahku dan Umemiya.

<------>

"Ahhhhh... sial sial sial... ini buruk, ini mengerikan.." frustasi Nirei.

"Kapan kau bisa diam?" sarkas Sakura sambil bertopang dagu.

"KAU KIRA INI SALAH SIAPA?!"

"Nirei, panik tidak berbuah apapun. Isi perutmu dan tenang sedikit, oke?" Koto-chan menaruh sepiring oumurice dimeja mereka berempat.

Aku mendekati Koto-chan setelah berwudhu tadi, "Nee, Koto-chan, apa kau ada ruangan kosong yang bisa kugunakan untuk beribadah?" tanyaku sambil menyimpan tasku dan mengambil sujadah juga mukenah.

"Kau habis basah-basahan, Hana-san? wajah, tangan dan penutup kepalamu sedikit basah," tanya Suo.

Aku menggeleng lalu menjawab, "Tidak, aku tadi habis wudhu.  Dalam agamaku, kami tidak boleh beribadah sebelum dalam keadaan suci. Untuk itu kami diwajibkan melaksanakan Wudhu untuk menyucikan diri."

"Begitukah? Tapi saat berpatroli dan saat menemui Umemiya tadi kau juga izin untuk beribadah bukan? Kau sungguh taat sekali, ya, Hana-san?"

"Tidak juga, aku hanya melaksanakan kewajibanku saja. Ibaratnya hidup ini adalah sebuah game, dimana seorang player harus menyelesaikan quest utama yang diberikan. Itu belum termasuk quest harian, quest sampingan, dll."

"Souka. Tapi tetap saja, kau sangat konsisten melakukan ibadahmu."

Aku hanya bisa tertawa canggung mendengar itu, "Itu karena.. waktu aku berumur 7 tahun, kakekku mulai mendidikku tentang agama. Bahkan beliau pernah mencambukku dengan rotan yang tebal karena nggak sholat," jelasku yang teringat kejadian itu, sungguh masa-masa yang berat.

"Hee... Itu pasti sakit, bukan, Hana-Nee?" Tanya Koto-chan setelah menyajikan sepiring terakhir omurice.

"Ha.. ha.. begitulah." Aku mengalihkan pandanganku kearah lain menghindari tatapan koto-chan.

Napa Ku Masuk Furin?! |||windbreaker ( by NIISATORU) x hijab!readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang