"Halo, Tante. Ini aku, Dika, temennya Hesa."
Dika berdiri di depan jendela kamar Pandu. Pemuda itu sedang melakukan panggilan dengan Ibu Mahesa melalui ponsel Mahesa.
"Oh iya, Dika. Mahesanya kemana emang? Kok kamu yang telfon?" sahut Ibu Mahesa demikian.
"Oh ini ada sama aku, Tan. Kami lagi di rumah Pandu, lagi ngerjain pohon mimpi tugas klompok sekolah, Tan." kilah Dika tidak menjawab pertanyaan Ibu Mahesa dengan sesuai keadaan.
"Loh? Bukannya kalian beda sekolah? Kok ada tugas klompok bareng, Le?" tanya Ibu Mahesa panasaran.
Dika memandangi teman-temannya yang berada di ruang kamar Pandu. Mata Dika seolah mengkode, meminta bantuan untuk menjawab pertanyaan Ibu Mahesa.
"Emmm, iya emang gitu, Tante..." Dika tertawa kecil di akhir ucapannya sebelum berujar lagi. "Jadi ini emang tugas Hesa, Pandu, Abbas sama Panji, Tante..."
"Makanya ini aku yang telfon Tane, karena Hesa masih ngurusin bagiannya."
"Oalah begitu, ya udah, dia ngga pulang buat siap-siap buka angkringan? Ini udah abis Isya, loh??"
"Nah itu tante, dia lagi ngerjain tugasnya, dan kebetulan aku juga mau ngabari, ini sih pesan dari si Hesa, kalau dia hari ini libur, Tan."
"Lah? tumben? Kemarin yang katanya sakit aja masih buka angkringan sampe jam tiga... Kok ini karena tugas aja dia tutup?"
Dika menggigit bibirnya panic, ia mencoba memandangi teman-temannya lagi, ia hanya melihat gerakan tangan Abbas yang menyalurkan ide untuk menjawab pertanyaan Ibu Mahesa. Namun, Dika tak memahami gesture Abbas, membuatnya sedikit sebal.
"Eum, jadi gini, Tan. Hesa masih ngerjain tugasnya kan, terus nanti dia nginep di rumah Pandu, dia ngga buka angkringannya..."
"Kenapa?"
"Tante bisa bicara sama di-"
"Ah ngga bisa, Tan. Dia lagi fokus banget sama tugasnya, oh ya, dia ngga buka karena katanya mau istirahat setelah ngerjain tugasnya."
"Lah kenapa ngga langsung pulang kalo gitu? Aneh banget dia, banyak alasannya, padahal si Dian baru aja masuk SMP, pasti butuh banyak keperluan, bukannya kerja dulu baru istirahat."
Dika sontak memelankan volume ponsel Mahesa, tak mau Mahesa mendengar ocehan ibunya.
Walau begitu, Mahesa sendiri tetap tahu apa yang Ibunya katakan. Lagi-lagi, ia hanya pura-pura terpejam, telinganya terbuka lebar untuk mendengar ujaran sang Ibu.
Mahesa bangun dari tidurnya, membuat Dika, dan yang lain sontak memelototi dirinya.
"Ah ya udah ya tante, intinya Hesa hari ini nginap di rumah Pandu, dan angkringannya tutup dulu. Tante jangan khawatir, kita ngga boong kok, kita beneran ada di rumah Pandu!"
"Ya sudah, Tan. Selamat malam!"
Dika benar-benar tidak memberi space ibu Mahesa untuk menyahuti ucapannya lagi, ia memutuskannya sepihak.
"Ngapain lo bangun, dodol!" seru Pandu dengann berusaha mendorong bahu Mahesa untuk segera kembali tidur di kasurnya.
Mahesa menggeleng kecil, "Gue udah baikan, gue mau buka angkringan aja. Sayang kalau libur."
"Ngga! Gila lo?!"
"Iya gue gila, Dik." sahut Mahesa dengan memandangi wajah Dika yang memerah.
Dika melangkah dua langkah, mendekati Mahesa yang sudah terduduk. "Gue bela-belain boong ke orang tua demi Lo! Selain lo tega bikin gue dosa, lo juga tega sama diri lo!" bentaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMARADERIE || 7Dream's (SEGERA TERBIT)
Teen FictionMemiliki impian yang begitu tinggi bukanlah masalah besar, justru masalah besar tersebut berada pada titik jiwa yang tak yakin dengan impian tingginya. "Besar impiannya, maka harus besar pula usahanya." Semua orang berhak bermimpi, berhak menentuka...