Argumentasi Yang Berarti

33 12 1
                                    

Happy Reading, Dear 💕

___________

"Aku rela nurunin harga diri, demi kamu."

Senia masih terus mengikuti kemana saja Dika melangkah, terhitung sudah sedari 7 menit yang lalu. Dika sebennarnya pening mendengar berbagai ocehan Senia yang tak bermutu, biasanya jika ia bersama Anggara dan Chrysan, pasti Chrysan akan mengusir Senia dari ketiganya, sialnya siang ini ia sedang tak bersama teman-temannya itu.

Anggara izin tak masuk lagi, sebab Papahnya membawa pemuda itu ke Singapura. Dika mendapat kabar, bahwa Anggara mulai dikenalkan dengan rekan kerja keluarganya di Singapura. Anggara sudah memutuskan untuk menerima permintaan kedua orang tuanya, berkat Abbas dan Pandu yang telah memberi masukan. Walau tak sepenuhnya rela menerima permintaan orang tuanya, Anggara akan mencobanya terlebih dahulu, seperti jawabannya kala itu.

Chrysan kini sedang mengikuti perlombaan basket antar kelas 12, berbeda dengan Dika yang gampang bosan, pemuda itu memilih keluar dari area lapangan basket, dan sialnya ia justru bertemu dengan Senia.

"Dika, aku bisa kasih apapun itu, ke kamu."

"Serius nih, cewek se cantik aku, kamu anggurin?"

Dika menghentikan langkahnya, membuat Senia turut berhenti.

Senia masih terus menatap Dika, dan kini, Dika menatap Senia sebal.

"Lo emang cantik, tapi lo gatel." sahut Dika apa adanya.

Senia tersenyum, "Aku gatel, ke kamu doang." jawab Senia cepat.

Sungguh, Dika sangat kesal, sebab Senia tak ada habisnya berbicara, dan selalu saja bisa menyahuti ucapannya.

"Lo mending pergi, Sen."

Dika memasukan tangannya di saku, kegiatannya, tak luput dari pandangan Senia. Senia justru semakin berbinar melihat Dika yang mulai emosi, dengan pergerakan laki-laki itu yang menurutnya menarik.

Senia menggeleng, tak mau pergi. "Aku mau kamu." ujarnya.

Dika menghembus nafasnya, emosinya sudah menyulut.

Keadaan koridor indor sangat sepi, hanya ada Senia dan Dika di sana. Di depan loker, keduanya berhenti dan saling hadap.

Senia tersenyum kecil, kedua telapak tangannya terangkat, mengusap dada lebar Dika, perlahan usapan itu semakin naik, sampai pada bagian bahu, Senia tersenyum dengan menatap Dika tanpa rasa takut.

Dika menahan emosinya, ia tak mau meledak begitu saja, selain membuang energi, yang kini bersamanya itu seorang gadis. Dika menatap Senia tanpa ekspresi, sesekali ia melirik tangan Senia yang tidak sopannya meraba tubuhnya.

Dika memejamkan matanya sejenak, kemudian, ia melangkah maju, niatnya ingin membuat Senia takut, namun sialnya, gadis itu tak sama sekali berkutik.

Senia semakin senang dibuatnya, gadis itu justru semakin berani, telapak tangannya kembali bergerak, merambat ke atas area leher Dika.

Dika jelas tak bisa menahan emosinya lagi, ia menghempas tangan Senia, telapak tangannya meremas kedua bahu Senia, mendorong kasar tubuh Senia, hingga punggung Senia terpentok loker.

Buggshh

Siapa yang tidak marah jika diperlakukan seperti itu? Tanpa rasa yang sama.

"Gue udah sabar ngehadapi lo, Sen!" Suara Dika mengeras, kesabarannya sudah terpecah belah.

Dika menatap Senia tajam, matanya memerah. "Lo udah kelewatan, ngerti ngga!?"

"Lo semena-mena pegang badan gue! Tanpa izin, dan se-enak jidat lo!"

CAMARADERIE || 7Dream's (SEGERA TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang