Happy Reading, Dear💕
Paling suka sama karakter siapa nih, Dear??
_________
"Angga, hari ini ikut Papah ke Jakarta. Papah udah izin ke wali kelas, sampai hari Rabu."
Anggara sontak mengangkat kepalanya kasar, mendengar ucapan Papahnya yang bahkan sebelumnya tidak ada komunikasi dengannya.
Anggara meletakan sendok makannya kasar, "Kalau bahas hal begitu, ngga usah waktu makan, Pah." Anggara menatap Papahnya tanpa takut.
Anggara kurang suka dengan sikap Papahnya yang selalu kurang dalam mengkomunikasikan segala hal terlebih dahulu, dan selalu menuntut dirinya untuk menjadi seperti apa yang beliau inginkan.
"Lagian kamu kalau bukan di jam makan, pasti ngga bisa ditemuin. Main lah, ngurung di kamar lah, di sekolah sampe malem lah. Gimana Papah mau komunikasi sama kamu, Ngga?"
"Lagian kamu udah besar, seharusnya bisa memanagemen waktu. Gimana nanti kalau AK Group Papah serahin ke kamu? Papah ngga selamanya hidup, Ngga... Papah cuma mau kamu yang meneruskan AK, banyak orang yang kesusahan buat bermimpi karena ngga punya modal, kamu harusnya bersyukur masa depannya udah Papah tata begini."
Papah masih terus menatap putra keduanya, ia mencoba menjelaskan serta memohon padanya.
"Pah, aku punya impian sendiri, Pah... Aku emang ngga ada passion di bussines begitu, aku juga udah sering bilang, Papah ngga bisa nuntut aku terus, aku udah bisa memilah dan memilih."
Anggara tak kalah berani, ia masih mengutarakan kemauannya, dengan mata yang terus menatap sang Papah.
"Nggaa... Seandainya saja Mas Algan masih hidup, mungkin Papah bisa mempertimbangkan mimpi kamu, dan tetap ngewariskan AK Group ke Masmu. Tapi ternyata ngga bisa lagi, Masmu udah meninggal, dan cuma kamu yang kami punya." Mamah Anggara tak luput ikut andil, ia sebenarnya bingung, mendukung suaminya, atau mendukung putranya.
Mamah tersenyum penuh harapan pada Anggara, "Percaya sama Mamah, Ngaa... Mama jamin, hidup kamu bakal tertata."
Anggara memandangi kedua orang tuanya bergantian, "Kalau nanti aku bener-bener ambil alih AK Group, aku ngga akan punya waktu kayak Papah. Mamah sebenarnya juga kesepian kan? Dengan Papah yang harus bolak-balik Yogyakarta – Jakarta, belum lagi kalau tiba-tiba perlu ke Singapure, atau mungkin ke Bandung?"
Anggara menggeleng kecil, "Aku ngga mau keluargaku nanti rasain apa yang aku rasain ini, Mah, Pah... Menyedihkan." Tubuhnya lekas bangkit setelah mengutarakan hatinya.
Anggara melangkah, setelah tiga langkah, tubuhnya terhenti. "Aku mau jadi atlet, aku suka olahraga... Bukan bussines, tapi kalau Mamah sama Papah bisa buat aku yakin..."
Anggara menahan ucapannya, ia menghela nafasnya kasar. "Sampai Minggu, biarin aku pergi, kasih aku waktu buat mikirin semua beban ini." lanjutnya dengan kalimat yang terbilang kasar.
_______
Mahesa tak membiarkan tubuhnya duduk, ia terus berjalan ke sana ke mari. Respon tubuhnya terlihat jelas, bahwa pemuda itu sedang tidak tenang. Di teras rumah Pandu, Mahesa terus berpikir mengenai banyak hal.
"Kerja apa lagi?"
"Dapet duit dari mana lagi?"
"Gimana lunasin hutang Ibu sama Ayah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMARADERIE || 7Dream's (SEGERA TERBIT)
JugendliteraturMemiliki impian yang begitu tinggi bukanlah masalah besar, justru masalah besar tersebut berada pada titik jiwa yang tak yakin dengan impian tingginya. "Besar impiannya, maka harus besar pula usahanya." Semua orang berhak bermimpi, berhak menentuka...