Happy Reading, Dear💕
________________
Suara deru kendaraan terdengar semakin mendekat di area rumah Pandu, tak lama suara bising juga terdengar nyaring. Mahesa yang sedari tadi terus memposisikan dirinya berbaring, kini mau tak mau mesti bangkit dan mengganti posisinya untuk menyenderkan punggungnya pada dinding. Dika sendiri hanya mengalihkan pandangannya dari ponselnya saat menyadari tuan rumah sudah kembali, terlebih membawa banyak pasukan.
"Tidur mulu, Lo!" seru Chrysan setelah memasuki kamar Pandu. Pemuda itu tetap melangkah, sampai tiba di samping Dika, meletakan bawaannya di atas tikar frozen Pandu. "Nih, makan!"
"Sa, di mobil Chrysan juga ada bahan-bahan yang abis di angkringan, semalem gue sama Chrysan cek, cuma kalau masih ada yang kurang atau salah, ya lo bisa beli sendiri lagi." kata Anggara dengan tubuh yang ikut memasuki kamar Pandu.
"Gil lo ah, ngerepotin banget nih gue." sahut Mahesa dengan perasaan yang tidak enak. "Besok gue ganti kalau udah ada."
Chrysan menatap Mahesa kesal, "Alay, segala mau ganti. Udah deh, Sa, gue sama yang lain juga ikhlas kali." ujarnya.
Mahesa berdehem lirih, mau ia membantah pun, Chrysan akan tetap memaksa dirinya untuk tetap menerima apapun pemberiannya.
Chrysan itu keras kepala, egonya tinggi, namun ia juga sangat baik.
"Nji, ntar gue nyontek tugas ya, sumpah yang minggu lalu aja belum gue kerjain." ucapan Mahesa jelas langsung mendapat tatapan sengit dari Panji yang terduduk di dekat lemari.
"Ngga usah gitu lo, Nji! Lo aja nyontek gue!" desak Pandu membela Mahesa. Namun, alih-alih terlihat keren, Pandu justru mendapat dorongan di pundaknya.
"Lo juga nyontek gue, Pan!" kata Abbas dengan memelototi temannya itu.
Pandu tertawa palsu, "Ya lagian, lo pinter," sahutnya masih berusah membela dirinya.
Anggara mengambil risol pembelian Chrysan, kemudian memasukkannya pada mulut Pandu yang hendak berucap lagi. "Kalau masih ngga diem, gue jejelin botol minum Hesa, Pan!" tekannya.
Pandu mengangkat tangannya menyerah, ia paham betul bagaimana watak Anggara, nekat dan selalu sesuai dengan ucapannya. Pandu mengunyah risol dengan cepat, menelannya dengan kasar, dan meneguk minum di botol Mahesa.
"By the way, Sa... Dara tadi nanyain lo, kayaknya dia khawatir karena ada desas-desus lo sakit." ucap Pandu setelah risol pemberian Anggara ia telan seluruhnya.
Mahesa mengerutkan keningnya, "Dara?" raut wajah Mahesa tampak berpikir keras. "Ssshh,"
"Dara? yang mana sih?"
Panji menendang kaki Mahesa pelan, "Dara yang suka sama lo,"
"Bisa-bisanya lo ngga inget, cewe yang intinya pernah kita-kita ceng-cengin." imbuh Panji.
Namun nyatanya, Mahesa masih belum dapat mengingat dengan jelas data diri gadis yang diucapkan Pandu dan Panji.
Mahesa memejamkan matanya sekejap, mengingatnya sedalam mungkin. "Ada fotonya ngga?"
"Ngga ada lah, dikira gue demen cewe mana aja, sampe koleksi foto-fotonya?"
Dika mendorong gemas kepala Panji, "Santai kali, Nji! Lo mau ambil pun, Hesa ngga bakal peduli!"
"Yaudah lah. Tapi, lo kasih tau kalau gue sakit, Pan?" alih-alih ikut marah, Mahesa justru tak mau meributkan hal seperti ini lagi.
"Iya, dia cantik, manis, kalem juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMARADERIE || 7Dream's (SEGERA TERBIT)
Teen FictionMemiliki impian yang begitu tinggi bukanlah masalah besar, justru masalah besar tersebut berada pada titik jiwa yang tak yakin dengan impian tingginya. "Besar impiannya, maka harus besar pula usahanya." Semua orang berhak bermimpi, berhak menentuka...